Versi online sebuah acara berita TV mengabarkan
kalau di Indonesia ada webseries gay perusak moral. Yang nulis anak baru lulus
di tempat dia mengajar.
Seorang anggota DPR diwawancarai soal
tanggapannya dan dijawab tentunya dengan
jawaban standar menghujat tanpa perlu perenungan apa isi webseries ini.
Lalu berita itu dicopy paste modif modif oleh
banyak web online lainnya. Seolah-olah banyak yang peduli, bukan karena media
masa kini malas nulis berita sendiri.
Belajar dari kasus Demi Ucok, gue menyarankan dia lebih baik tiarap.
Berita beginian di Indonesia cuma heboh sehari, besoknya hilang. Kecuali kalau ditanggepin.
Besoknya hilang.
"Gue diundang majalah Forbes buat
ngomongin film Indonesia di pasar internasional. Kita mau wajah Indonesia yang kaya apa? Yang
toleran dan terbuka ama perbedaan? Atau yang galak dan backward, gak suka kalau
ada yang berbeda dari apa kata agama kita benar? Lo kira mana yang akan lebih
disambut pasar internasional?" tanyanya.
Mungkin mereka suka yang galak. Biar
brand kita sebagai sarang fundamentalis
semakin mantap.
Kembali berdiri, gak tiarap lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar