Kamis, 07 Januari 2016

Tiarap

Versi online sebuah acara berita TV mengabarkan kalau di Indonesia ada webseries gay perusak moral. Yang nulis anak baru lulus di tempat dia mengajar.

Seorang anggota DPR diwawancarai soal tanggapannya dan dijawab tentunya dengan  jawaban standar menghujat tanpa perlu perenungan apa isi webseries ini.

Lalu berita itu dicopy paste modif modif oleh banyak web online lainnya. Seolah-olah banyak yang peduli, bukan karena media masa kini malas nulis berita sendiri.

Belajar dari kasus Demi Ucok,  gue menyarankan dia lebih baik tiarap. Berita beginian di Indonesia cuma heboh sehari, besoknya hilang.  Kecuali kalau ditanggepin.

Besoknya hilang.

"Gue diundang majalah Forbes buat ngomongin film Indonesia di pasar internasional.  Kita mau wajah Indonesia yang kaya apa? Yang toleran dan terbuka ama perbedaan? Atau yang galak dan backward, gak suka kalau ada yang berbeda dari apa kata agama kita benar? Lo kira mana yang akan lebih disambut pasar internasional?" tanyanya.

Mungkin mereka suka yang galak. Biar brand  kita sebagai sarang fundamentalis semakin mantap.


Kembali berdiri, gak tiarap lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar