Minggu, 10 Januari 2016

Gigi dan Napas

Gue meringkuk kesakitan di tempat tidur karena sebuah gigi. Padahal hari ini gue mau meriset tentang The Science Of Breath biar cepat bikin film.

Dua hari yang lalu, gigi itu ditambal setelah mungkin setahun dibiarkan.

"Bau ya?" katanya hari itu ketika gue mengendus-ngendus giginya. Ada titik hitam di gigi belakang.

Gue mengangguk.

"Berarti setahun kemaren gue bau dong?" Hitam gue tak lagi titik. Sudah garis.

Dia mengangguk.

"Kok lo gak bilang?"

"Kan udah gue suruh ke dokter gigi."

"Kok gak bilang bau?"

"Abis lo gampang tersakiti."

Maksudnya hati, bukan gigi.

Dua hari yang lalu gue tambal gigi karena sakitnya sudah tak tertahankan lagi. Hari ini gue coba-coba ngunyah pakai gigi itu, ternyata tetap sakit.

Menurut The Science Of Breath, tubuh kita adalah sebuah sistem. Kalau ada satu yang terganggu, semua akan terganggu. Dengan pernafasan yang benar, sebenarnya kita bisa menyembuhkan diri sendiri. 

Pernafasan yang benar adalah dengan diafragma, membuat perut atas semakin membuncit.

Tapi gue tidak pernah bernafas dengan benar.

Gue teronggok di tempat tidur di hari yang harusnya berkarya.

"Body, mind, and soul. No one can be a master ignoring one of these three."


Gigi kecil pun tetap harus disayang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar