Gue punya ponakan.
"Jadi kau mau dipanggil inang uda atau bu
lik?" tanya mamaknya.
Sebenarnya artinya sama. Sama-sama mami muda.
Yang satu Bahasa Batak. Yang satu Bahasa Jawa.
"Panggi nama ajalah," jawab gue.
Mamaknya langsung mendengus, berpaling ke
Shemok dan Sermok.
"Lihatlah auntie-mu itu. Memang gak ada
adatnya," kata si Chica sengaja
memanggil gue auntie. Tau gue paling jijay dengar kata auntie.
Shemok dan Sermok tetap modom.
"Gimana kalau Inang Cilik?" usul
gue.
Kebayang
ada duo mokmok manggil gue Inang
Cilik sepanjang hidup mereka. Setiap mereka manggil inang cilik, seperti sebuah
peringatan kalau yang dicampur itu akan melahirkan keindahan.
Seperti Shemok dan Sermok.
"Panjang kali. Disingkatlah," titah
Mama Singa.
Icil, kesannya gue kecil.
I'lik, kesannya gue jelek.
"Icil aja deh."
Mami dipanggil Opung Ti. Papi Opung Kakung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar