Minggu, 10 Januari 2016

Taik dan Sekolah

Pertama kali Atid pindah sekolah adalah ketika dia kelas 2 SD. Dia sangat sedih meninggalkan sekolahnya di Padang Panjang.  Udaranya sejuk, halamannya luas, gedungnya pun indah. Karena Papi pindah tugas ke Siantar, dengan sedih Atid pindah sekolah ke sekolah berpagar tinggi dan berhalaman beton. 

Lebih mirip ruko raksasa daripada sekolah.

Atid menjadi anak baru yang pemalu. Setiap istirahat, dia selalu berdiri di pojok pintu kelas, memandangi teman-temannya yang main karet di lapangan beton tanpa takut  jatuh.

Hari itu pelajaran terakhir menjelang pulang. Atid sudah merasa pupupnya gak bisa lagi ditahan, tapi terlalu malu untuk berdiri minta izin ke guru. Pupupnya pun mulai memenuhi celana.

Untung setelah itu Atid  pulang tanpa ada yang sadar. Hanya Deden yang mengomel-ngomel sepanjang perjalanan pulang mobil bau tai.

Karenanya ketika hari itu Atid pupup lagi di celana, Atid tidak terlalu khawatir. Toh sebentar lagi pulang.

Tapi Ibu Guru sepertinya sudah lelah mengajar. Kami disuruh bergantian nyanyi ke depan. Yang dipilih kemudian memilih orang berikutnya.

Biasanya Atid tidak pernah dipilih. Tidak banyak juga yang tahu nama Atid di kelas itu. 

Tapi hari itu dia dipilih. Padahal taik sudah terkumpul di celananya.

Dengan ketakutan, Atid maju juga ke depan dan mulai menyanyi. Dia masih berharap taik ini gak ketahuan.

Baru sebentar, satu kelas sudah menutup hidung.

Ibu Guru langsung menyuruh Atid ke WC, membersihkan diri.

Dua tahun kemudian, papi pindah lagi.


Kali ini Atid tidak sedih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar