Pertama kali Atid pindah sekolah adalah ketika
dia kelas 2 SD. Dia sangat sedih meninggalkan sekolahnya di Padang
Panjang. Udaranya sejuk, halamannya
luas, gedungnya pun indah. Karena Papi pindah tugas ke Siantar, dengan sedih Atid
pindah sekolah ke sekolah berpagar tinggi dan berhalaman beton.
Lebih mirip
ruko raksasa daripada sekolah.
Atid menjadi anak baru yang pemalu. Setiap
istirahat, dia selalu berdiri di pojok pintu kelas, memandangi teman-temannya
yang main karet di lapangan beton tanpa takut
jatuh.
Hari itu pelajaran terakhir menjelang pulang.
Atid sudah merasa pupupnya gak bisa lagi ditahan, tapi terlalu malu untuk
berdiri minta izin ke guru. Pupupnya pun mulai memenuhi celana.
Untung setelah itu Atid pulang tanpa ada yang sadar. Hanya Deden yang mengomel-ngomel sepanjang perjalanan pulang mobil
bau tai.
Karenanya ketika hari itu Atid pupup lagi di
celana, Atid tidak terlalu khawatir. Toh sebentar lagi pulang.
Tapi Ibu Guru sepertinya sudah lelah mengajar.
Kami disuruh bergantian nyanyi ke depan. Yang dipilih kemudian memilih orang
berikutnya.
Biasanya Atid tidak pernah dipilih. Tidak banyak juga yang tahu nama Atid di kelas itu.
Tapi hari itu dia dipilih.
Padahal taik sudah terkumpul di celananya.
Dengan ketakutan, Atid maju juga ke depan dan
mulai menyanyi. Dia masih berharap taik ini gak ketahuan.
Baru sebentar, satu kelas sudah menutup hidung.
Ibu Guru langsung menyuruh Atid ke WC,
membersihkan diri.
Dua tahun kemudian, papi pindah lagi.
Kali ini Atid tidak sedih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar