Minggu, 31 Maret 2013

The Art Of Doing Nothing

Hari ini membership renang gue berakhir, setelah 15 bulan jarang dipakai. Rencananya hari ini mau berenang, steam room, sauna, dan maksimalisasi 5 juta gue yang baru terpakai di bulan terakhirnya. Gak kesampaian gara-gara hujan.

Lebih baik gue membaca, mencoba memahami gerak politik Si Komo dan Para Sengkuni, mengapa minyak tetap disubsidi, dan mengapa Para Menteri Demokat semakin gemar muncul di billboard. Di catatan pinggir, Zuangzhi meyakinkan gue untuk menutup buku dan mencoba menikmati kesunyian dan hal-hal yang konon tak produktif lainnya. 

Sambil memandangi langit mendung  bandung dari lantai tiga sebuah kamar berkayu, gue mendengarkan playlist BB yang gak berubah sejak lebaran tahun lalu. Musik-musik penuh kemarahan yang membuat gue ingin menari berjam-jam, turun 26 kilo, dan pamer pacar baru.

Sejak kapan gue jadi pendendam?

Hujan mulai turun, tapi gue gak menangis. Udah abis.

Makanya gue gak suka kesunyian dan perenungan, hanya akan membawa pikiran gue  bolak balik kepada dia yang harus disyukuri, tidak boleh dibenci, tapi selalu memuakkan hati. Apalagi menjelang pendarahan bulanan.

Lebih baik gue  mengedit teaser 2 menit, biar mereka tahu betapa serunya keluarga gue. Seru, hanya ada satu yang nggak. Wajah gue  marah permanen, lebih kurus 8 kg tapi tidak semenarik dulu.

I don't like me this way.

Gue membuka twitter, yang sudah berbulan-bulan tidak dibuka dan membaca timeline-nya yang penuh kepalsuan. Semenit bersyukur gue gak harus lagi bolak-balik Tangerang cuma meladeni kemanjaannya yang ternyata gak cuma sama gua. Semenit lagi marah kenapa gue begitu sembarangan mempergunakan BBM  subsidi negara atas nama cinta. Semenit lagi pengen manjain dia, lupa kalau dia punya dua.

Fokus! Back to art of doing nothing.

Sudah jam 10, gue gak mau my only 31 Maret 2013 gue akhiri dengan rasa benci. Apakah ini efek samping dinding vagina yang meluruh tak dibuahi, atau kekerdilan mental yang tak rela memaafkan?

Gue mengulang hari dan coba mensyukuri.

Thanks God untuk hujan deras yang tak berhenti-berhenti, sehingga gue gak perlu berenang dan menjawab  rentetan rayuan perpanjangan membership.

Thanks God untuk wajah yang penuh kemarahan, sehingga karakter Demi Turki jadi lebih berwarna.

Thanks God karena dia pernah ada. Thanks God dia sudah gak ada.

Tiba-tiba whatsapp berbunyi:

"Hey babe, 5 Juni gue ke Indonesia. Pokoknya gue booking ya! Bilang dari sekarang ama pacar."

Thanks God gue gak punya pacar :D


Sabtu, 30 Maret 2013

Demi Turki


Setiap Tahun Baru di Rumah Opung, empat Sepupu Gondut (Atid, Chica, Melda, dan Echa) selalu bertekad untuk kurus. Tahun demi tahun berlalu, dan Empat Sepupu makin menggondut.

Tapi tahun ini berbeda. Melda datang membawa kabar kalau Bulan Oktober ada tur murah naik balon udara ke Turki. Hanya saja sekali naik berat total maksimal 300 kg. Kalau mau naek berempat, mereka harus turun sampai 75 kg. Empat Sepupu Gondut yakin tahun ini bakal berhasil diet Demi Turki.

Bang Deden yang bosan dengan ritual janji langsing yang tak kunjung terjadi ini melempar umpan: Yang turun paling banyak akan dia bayarin tur ke Turki!

Empat Sepupu Gondut curiga dengan penawaran Bang Deden si penjudi ulung. Deden tidak akan bertaruh kalau dia tidak yakin menang. Pasti ada apa-apanya.

Bang Deden menambahkan hadiah: juara 2 dapet 75% biaya tur, juara 3 dapat 50%, dan juara 4 dapat $1000 plus bikini.

Empat Sepupu Gondut langsung kalap mengiyakan.

Tapi... terms and conditions apply!

Kalau sampai ada satu saja yang turun kurang dari 15 kg, mereka yang harus membayari Bang Deden ke Turki.

Akankah Empat Sepupu Gondut berhasil ke Turki? Atau malah Deden yang pergi?

Diceritakan ke salah satu TV, mereka tertawa terpingkal-pingkal membayangkan The Kardashian, versi  + 60 kg each. Pasti lucu.

Ada Melda, yang mudanya selalu langsing dan dikejar-kejar pria. Sekarang 40 years old, and 100 kg. Eh, 99 kg.

Ada Chica, yang udah 4 tahun nikah belum punya anak, dan divonis gara2 lemak oleh dokter tanpa pemeriksaaan apapun.

Ada Echa, yang udah berhasil diet 10 kg, dan tambah kurus tambah bolot. Disinyalir  akibat kurang karbo.

Ada Sammaria, yang baru patah hati turun 6kg seminggu. Berencana turun sampai 63 kg, biar bisa pakai wedges dan membuktikan di dunia ini ada kok yang mau ama gue selain elo.

Now, it's not so funny anymore. Mulai menyentuh sisi-sisi hati yang gak ingin diusik, apalagi masuk TV.

"Diet is not less food. It's less stress," kata instruktur cantik tak berlemak.

Should I display myself again on TV? Kali ini tanpa sembunyi di balik actress yang 15 kg lebih kurus.

Ah gue konsepin aja si tiga gondut laennya di depan.Gue di belakang kamera, jadinya gue suaranya aja. Tunggu  63. Hihihi.

Tapi kemudian Deden memesan keju berbalut karbo tak kompleks. Sammaria tak kuasa menolak, muncullah doi dari lubang persembunyian ke depan spotlight kamera.

Last day. Besok nggak lagi.

Really?

Jumat, 29 Maret 2013

The Croods


"Always listen to your fear! Fear keeps us living!" kata si ayah barbar, setelah semua tetangga mereka terinjak mamot, termakan ular, atau tergigit  flu. Semua yang baru itu bahaya! Curiosity kills us!

"This is not living. It's just... not dying," kata si anak barbar yang ingin melihat dunia, mengejar kunang-kunang, dan jatuh cinta dengan pemuda yang tak berotot, tapi bisa membuat api.

Dengan dia, malamnya tak lagi gelap. Mereka tak lagi harus sembunyi di gua. Si anak bisa melihat dunia. Dia ingin pergi ke Tomorrow. Dan terbang menuju matahari.

Drama para manusia gua ini ternyata masih berulang sampai sekarang. Tiga Batak dan satu Batak angkat meneteskan air mata saat sang ayah melemparkan semua keluarganya ke tebing seberang. Dia sendiri tertinggal, tak ada yang melemparkan.

"Ih aku nangis tadi pas si bapaknya meluk anaknya. Bagus kali pilimnya," kata seorang Batak yang baru saja 2 jam lalu mengancam memukuli supir yang mengampil tempat parkir kakaknya dan songong ketika si kakak protes.

Tapi ini film Hollywood. Cerita harus diakhiri dengan seluruh keluarga menuju matahari bersama-sama. Si ayah akhirnya terbang menuju keluarga barbarnya dengan mengendarai tulang belulang paus dan memanfaatkan tenaga burung-burung barbar yang dijerat lem ter.

Hollywood or not, this is the best movie I see after so many 'must see' movies. 'Must see' karena bikinan Indonesia, ayo dukung film Indonesia.

"Gue tuh sukanya nonton film, bukan film Indonesia," kata seorang teman yang banyak menulis film Indonesia.

Kenapa sekeluarga barbar tak bermoral membuat gue lebih tersentuh daripada cerita keluarga mantan presiden bermoral yang terlihat saling mencintai dengan bahasa-bahasa Pendidikan Moral Pancasila?

Mungkin karena sebenarnya kita masih hidup di gua dan bertahan hidup sekadar untuk tidak mati. Lupa lirik kanan kiri betapa berwarnanya sebenarnya Indonesia tanpa mindset Pendidikan Moral Pancasila.

Selamat hari film nasional.

Kamis, 28 Maret 2013

(500) DaysOf Winter

Salju turun di kebunku selama 500 hari.

"Salju... Salju... Kamu mau ke mana?" tanyaku.

Salju ingin ke Eropa. Amerika. Salju ingin melihat dunia.

Aku ingin suatu hari mengajak salju mengunjungi dunia. Tapi Salju tidak ingin diajak, ia ingin terbang sendiri.

Aku ingin menemani salju mengejar mimpi. Amerika. Eropa. Sambil berpelukan tiap hari.

Tapi tidak hanya denganku salju berbagi mimpi.

Salju. Aku terlalu lama bermain-main di tengah indah putihnya, tak sadar tulang dan darah mulai membeku.

Salju memang indah dilihat, tapi hanya dari dalam. Lebih baik aku diam di rumah, menikmati secangkir coklat hangat dan air mata bersama keluarga dan teman, mereka yang benar-benar menyayangi si babi kecil dalam comberan.

Hari ini salju meleleh.

It's spring time, babe.