Sabtu, 09 Januari 2016

Ibu-Ibu PKK

"Jadi yang gue tangkep Ibu butuh satu video sekitar lima menit buat di Youtube, dan semacam teaser dua menit buat nyari duit ke sponsor. Gitu?" tanya gue setelah dia menceritakan panjang lebar pagelaran kain perca yang dia rencanakan bersama ibu-ibu PKK dalam rangkaian melawan korupsi.

"Ah gua mah nggak ngerti nyari duit nyari duitan. Yang penting gue pengen videonya bisa jadi karya sendiri. Bisa menginspirasi," jawabnya.

Biasanya gue enggan diajakin bikin karya dari sebuah acara yang dipenuhi jargon pemerintah. Apalagi baru dihubungi H-3. Tapi gue percaya sama dia.

"Kok Ibu mau sih bikin acara sama ibu-ibu PKK? Gak males, Bu?" tanya gue yang seram dengan Bandung yang semakin ekstrim kanan.

"Nggak. Mereka justru kalau udah temenan mah biasa aja. Yang di atas-atas itu justru yang suka ngaco," jawabnya PD.

Tambahlah  gue semakin ingin ikutan. 

Tapi semakin mendekati hari H, acaranya semakin ditebengi berbagai instansi yang ingin terlihat berpartisipasi.

"Jadi nanti lapangan ini dibarikade aja sama Satpol PP, biar masyarakat gak bisa masuk ke tengah," kata koordinator lapangan.

Lah jadi Ibu-Ibu PKK gak bisa masuk  ke tengah?

Gak.

Terpaksalah gue mencari figur lain yang bisa gue jadikan cerita.

Dan dia berdiri di sana, memukul-mukul katel dengan kebaya diangkat dan kaca mata hitam.


Bisalah dia mewakili.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar