"Jadi yang gue tangkep Ibu butuh satu
video sekitar lima menit buat di Youtube, dan semacam teaser dua menit buat
nyari duit ke sponsor. Gitu?" tanya gue setelah dia menceritakan panjang
lebar pagelaran kain perca yang dia rencanakan bersama ibu-ibu PKK dalam rangkaian melawan korupsi.
"Ah gua mah nggak ngerti nyari duit nyari
duitan. Yang penting gue pengen videonya bisa jadi karya sendiri. Bisa
menginspirasi," jawabnya.
Biasanya gue enggan diajakin bikin karya dari
sebuah acara yang dipenuhi jargon pemerintah. Apalagi baru dihubungi H-3. Tapi
gue percaya sama dia.
"Kok Ibu mau sih bikin acara sama ibu-ibu
PKK? Gak males, Bu?" tanya gue yang seram dengan Bandung yang semakin
ekstrim kanan.
"Nggak. Mereka justru kalau udah temenan
mah biasa aja. Yang di atas-atas itu justru yang suka ngaco,"
jawabnya PD.
Tambahlah
gue semakin ingin ikutan.
Tapi semakin mendekati hari H, acaranya
semakin ditebengi berbagai instansi yang ingin terlihat berpartisipasi.
"Jadi nanti lapangan ini dibarikade aja
sama Satpol PP, biar masyarakat gak bisa masuk ke tengah," kata
koordinator lapangan.
Lah jadi Ibu-Ibu PKK gak bisa masuk ke tengah?
Gak.
Terpaksalah gue mencari figur lain yang bisa
gue jadikan cerita.
Dan dia berdiri di sana, memukul-mukul katel
dengan kebaya diangkat dan kaca mata hitam.
Bisalah dia mewakili.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar