Jumat, 31 Mei 2013

Kafe Sehat

"Press Here to know the Korean Tea that fits your personality."

Di duit-duit  won terakhir menjelang boarding, gue gak jadi beli hot choco Burger King, terbelokkan melihat sebuah kafe dengan interior kayu-kayu coklat muda dan kue warna warni yang menarik mata. Warna warninya sangat rendah hati, tidak mencrang  seperti kue-kue Perancis-Perancisan di sebelahnya.

Si komputer bersabda  sebaiknya orang dengan bentuk wajah dan temperamen seperti gue, sebaiknya minum  Korean Blackberry  Tea and live a stress free life.

Tarik nafas, buang stress. Korean Blackberry Tea 5000 won, duit tinggal 3000 won.

Gue mulai melihat-lihat deretan kuenya. Green tea selalu mengundang mata. Dan hanya 1500 won.

Beli 2. Green Tea dan Almond.

So worth my last won.

You are what you eat. I feel so good after eating this green tea cookie. Dan berasa punya jati diri, karena memakan sesuatuyang benar-benar Korea.

Jadi teringat Indonesia. Apakah  yang benar-benar Indonesia? Ah, kata Indonesia aja tidak benar-benar Indonesia.

If I am what I eat, what am I?

I do not want to be whatever the billboard tell me to. I want to be a healthy tasty and well designed food.

Kamis, 30 Mei 2013

Confession Of A Fat Feminist

Namanya Ap Gu Jeong. Begitu keluar subway, dia sudah dihadang 3 rentetan billboard dokter-dokter pria bersenyum profesional lengkap dengan bukti-bukti foto  before after pasien mereka.

Berjalan naik tangga keluar dari bawah tanah, kiri kanannya berjejer iklan-iklan operasi pelastik dari ujung rambut sampai ujung perut. Kaki jarang yang mau operasi. Siapa yang mau liat kaki?

Ternyata ada.

Begitu keluar dari bawah tanah, kita disambut jalan besar terang benderang yang dihuni deretan gedung operasi pelastik dengan desain K pop sampai Renaissance,  lengkap dengan rekomendasi bintang lima dari Pemerintah Korea yang dengan senang hati menambah devisa negara.

One stop shopping for plastic surgery. Semua bisa dioperasi di sini, bahkan kaki.

Dia memandang refleksinya sendiri di kaca salah satu klinik. Apa yang ingin dia rubah? Wajahnya gak cantik tapi dia gak perlu cantik-cantik amat. Segini cukup. Tapi perut? Dia memandang perut buncit menahunnya yang udah diet 4 bulan dan sepertinya belum menunjukkan tanda-tanda pengempisan.

Apa sebaiknya dia sedot lemak?

Gak akan ada yang tahu. Bisa disamarkan. Gak kaya mbak-mbak berkacamata hitam atau bermasker yang banyak seliweran  di jalanan mendung ini. Dicurigai  baru operasi kelopak mata, hidung, dan sekitarnya.

Tapi cewe-cewe Korea tidak malu mengakui mereka operasi pelastik. 73 persen sudah terjamah tangan dokter. Terutama kelopak mata.

Ah lebih baik yang natural aja. Dia baru diet 4 bulan.  Murah dan menyehatkan.

"I really don't get why people go on diet. You should eat whatever you enjoy,"  kata seorang feminis.

Gampang buat dia ngomong gitu. Si feminis tinggi langsing pirang dan gak kelihatan 43.

Dia kembali memandang perut buncit menahunnya, dan menangkis tuduhan si Feminis dengan jurus-jurus demi kesehatan. Perut buncit rawan penyakit. Jadi dietnya beralasan. Dia berbeda dengan cewe-cewe insecure korban doktrin kecantikan versi industri kosmetik.

Tapi dalam hati dia tahu pasti. Ini bukan tentang kesehatan.

Dia pengen cantik.

Gue pengen cantik.



Rabu, 29 Mei 2013

The Jury

"The film is a fake. It doesn't have a feminist perspective, and the camera work is very sexist. I don't believe the film is made by a real lesbian."

"Don't you guys love this film? The director is very brave in terms of storytelling"

"There are too many technical problem."

"It observes the women problem in Asia. It should get a special mention."

"We should judge it by the work, not by the hiddden potential."

Pertama kalinya jadi juri, gue dimasukkan ke kumpulan 2 festival director yang sangat artikulatif dan 2 sutradara yang tak kalah artikulatif walau tak berbahasa inggris.

Semakin menyadari betapa pentingnya menjadi artikulatif dalam industri ini. Kita harus bisa menjelaskan perasaaan kita.

"Jangan kasih gue skrip, kasih gue gambar,"  teringat seorang sutradara yang tak bisa berkata-kata. Tapi filmnya tetap menyentuh.

Mungkin bukan artikulatif, tapi sensitif. Sutradara harus tahu apa yang ingin dia bicarakan.

Visually.

Kalau bisa verbally, lebih baik lagi.

Kaya Park Chan Wook. Visualnya sudah membangkitkan emosi yang tidak bisa gue mengerti. Mendengar dia berbicara dan menjelaskan perasaaan gue dalam kata-kata , visualnya jadi lebih mempesona.

So many things to observe before I can make Raja Kata.


Selasa, 28 Mei 2013

Film Mahal

"Only second feature... Not good for jury director...,"  katanya merendah dalam Bahasa Inggris patah-patah ketika dipilih jadi ketua juri.

Gue berusaha meladeni  dia ngobrol, kasian terkucilkan karena keterbatasan bahasa di rumahnya sendiri, Korea. Ibu-ibu sweet 40 tahunan yang lebih banyak ketawa dan mengangguk daripada ber-kalimat.

Kesan yang berbeda pas nonton filmnya.  Filmnya sangat tenang, percaya diri, efektif, galak, dan agak psycho!  Tak ada jejak ibu-ibu sweet yang berusaha mingle di antara crowd berbahasa Inggris cas cis cus.

Well written, well directed, well produced, dengan sinematografi dan art yang mempesona.

Film seperti ini yang gue pengen bikin. Film yang menang Berlin atau Cannes, tapi masih dimengerti bankir-bankir tak berbudaya kaya Mamasinga.

"Gambar kaya gitu mahal tapinya," kata mahasiswa beasiswa film di Korea.

Gue mau jadi director mahal! Gue mau bikin film kaya gini!

Tapi jangan gambarnya doang yang mahal. Isinya juga.

"Kayanya sutradara harus tua dulu deh, baru kontennya bisa mahal."

Gue melihat si Ibu-Ibu sweet yang masih berusaha berbahsa Inggris di sela-sela bir ke dua. Mungkinkah director muda tinggi hati bisa bikin film kaya dia?

Sepertinya sebelum memperkaya diri, gue harus memperkaya hati dulu.

Raja Kata, you will be expensively beautiful.

Senin, 27 Mei 2013

Gondut

Mak Gondut dapat piala lagi. Setelah dari SCTV, MAk Gondut dapat piala Pendatang Baru Wanita Terbaik dari RCTI.

Gue ketawa melihat namanya. Gondut. Tanpa Mak. RCTI tau aja doi tambah gondut akhir-akhir ini.

"Tahu Mami bakal menang dulu, gak Mami bikin nama Mami Mak Gondut'" katanya sambil menitahkan revisi poster Demi Ucok lengkap dengan gelar Doktor dan Master dari universitas  di kawasan Pasar Baru.

Bangga bercampur takut menyusupi Sammaria di Korea, tempat di mana gak ada yang nonton RCTI atau SCTV.  Tak ada TKI di sini.

Bangga: karena gue sekarang sejenis Gading Martin, species anak selebriti.

Takut: karena khawatir Mak Gondut terlalu terpesona dengan gemerlapnya 2 piala. Lupa kalau 5 menit kemudian orang akan lupa.

Tapi gak jadi khawatir melihat foto lainnya dengan telunjuk menunjuk ke atas, melambangkan nomor 1.

Ternyata doi tak lupa kampanye.

At least setahun ke depan gue tahu Mak Gondut gak akan dimensia.


Feminis

Begitu mendengar kata Feminis, yang terbayang di kepala gue adalah cewe-cewe galak pembenci laki-laki bersepatu boots butut yang ngegeng sama cewe galak lainnya.

Gak mungkin gue membenci laki-laki, tahu ada cowo kaya Papi.  Papi gue baek banget. Walaupun dia masih bapak-bapak yang gak bolehin anak cewe naek angkot, gue tahu itu karena dia sayang. Bukan karena merasa cowo lebih baik. Gak mungkin gue jadi feminis.

Ternyata cewe-cewe galak yang nge-geng sendiri  itu namanya separatis , bukan feminis. Banyak feminis yang pacarnya banyak, tasnya fendi, dan tiap hari pake SK 2.

Terlalu banyak label yang tidak gue mengerti.

Kalau untuk cewe-cewe yang merasa semua manusia itu berhak dipandang sama, labelnya apa?

Itu pluralis.

Bukannya pluralis itu buat kaum ekstremis yang menganggap semua agama sama saja?

Bukan. Pluralis itu sikap hidup yang tidak menyalahkan manusia lain (baik diam-diam atau terang-terangan)  dan menganggap golongan kita paling benar.

Kalau gue merasa benar, gue bisa tetap pluralis?

Bisa, asal gak menganggap orang lain salah.

Kalau orang kaya Hitler, pasti salah dong?

Tergantung nanya ke siapa di zaman apa. Sejarah itu tergantung penulisnya.

Ah mending gue cari aman aja. Gak usah mikirin orang lain, fokus ke masalah sendiri. Gue masih bisa dianggap feminis?

Bisa. Bahkan bisa jadi penulis terkenal.

Kalau gue kawin aja dan cari aman, gue bisa dianggap feminis?

Bisa, bahkan bisa jadi pahlawan nasional.

Semua itu harus dilihat konteksnya. Kenapa dia menikah? Kenapa dia harus cari aman?

Ah sayang, semakin kamu menyadari semua manusia itu benar, semakin bebas hidupmu.

See you in heaven, Mas Adolf.

Minggu, 26 Mei 2013

Body Image

Mengikuti saran temannya, seorang ABG Korea gak pake celana dalam biar cowo mau ML ama dia. Seorang Nenek tato alis biar pacar Nepalnya gak cari pacar baru yang seumuran. Seorang anak pengen pake BH karena teman-temannya punya pacar setelah ber-BH.

Menonton semua film ini, gue marah. What do you wanna suggest to your audience? Loose your underwear to get a boy?

Pantesan banyak banget toko make up di Korea. Dengan berbagai packaging lucu-lucu tapi di baliknya messagenya cuma satu: You are not good enough to be loved. Wear this and get others to love you.

Dan Operasi Plastik jadi kaya belanja baju.

Dan culture seperti ini yang mulai digandrungi ABG Indonesia?

Gue kembali ke masa-masa SMP di mana yang keren masih didominasi Amerika. Gue gak suka badan gue. Terlalu gendut, terlalu lebar, terlalu hitam, terlalu berbulu, terlalu berminyak, terlalu gak kaya model-model majalah Amerika. Dan sialnya, semua ABG seumur gue saat itu pun terkontaminasi doktrin kecantikan versi Beverly Hills 90210, jadinya gue tersisihkan dari perdagangan bursa pacar.

Kali ini I should have known better. Gue dikasih kesempatan bikn 13 episode Demi Turki. Apa yang pengen gue suarakan?

Gue bukan lagi ABG insecure umur 13 tahun. Gue punya seribu satu alasan kenapa cantik itu tidak identik dengan kurus.

Tapi gue juga gak mau sembunyi di balik delusi 'Big Is Beautiful'. Big is full of health problem.

Girls, get on your grip. We are blessed with a very beautiful Asian body. Take care of it. Love it. Jangan ditimbun lemak.

Gak perlu putih. Gak perlu ceking. Gak perlu perut rata. Kita bukan orang Eropa. Apalagi Korea.

Kulit kita kuning langsat. Tulang kita besar. Kulit kita berminyak. Rambut kita bergelombang.  Berbulu banyak. Asal tanpa lemak berlebih, pasti akan tetap mempesona.

Tiba-tiba 13 episode jadi berasa kurang.

Sabtu, 25 Mei 2013

Lost In Translation

English cannot take you around the world. Not in Korea.

Di sini lebih baik gue berbahasa Indonesia. Aksen Wisconsin gue gak berguna menghadapi generasi K pop yang berusaha melatih Inggris mereka. Lebih baikbicara sepelan mungkin dengan bantuan gerakan tangan dan kaki.

Gue ditemani seorang volunteer mantan NAVY bertato love love di  leher. Bahasa Inggrisnya bolelebo untuk ukuran Korea. Hari-hari pertama gue masih mengingat masa-masa susah gue di Amerika gak dimengerti lawan bicara, jadi gue berusaha meladeni Inggris Gangnam style-nya. Di hari ke tiga gue lebih banyak tersenyum dan tertawa, tidak berusaha berbicara.

Di hari ke empat gue udah menjelma menjadi Scarlett Johansen dalam Lost In Translation. Lebih banyak menatap kosong ke jendela sambil membayangkan di samping ada kamera.

Eh apa gue Bill Murray ya?

Strong Women Of The World

Ada yang pernah diperkosa. Ada yang pro Palestina. Ada yang dulunya pria.

Film mereka penuh perjuangan. Mereka penuh perjuangan. Pantas wajah mereka keras dan tanpa basa-basi. Wajah-wajah gak berusaha disukai, karena hidupnya terlalu banyak konfrontasi.

Dan di antara mereka ada gue, dengan film remeh temeh yang dibintangi emak sendiri. Berusaha berwajah keras pun tidak ada gunanya. My life has been a series of joy.

Ah tapi kan mereka gak pernah direcokinMak Gondut 30 tahun. So I have an excuse dong to be bitchy.

*pasang wajah keras


Jumat, 24 Mei 2013

Komunikasi

Bentuk komunikasi paling primitif adalah kata-kata. Begitu banyaknya kata, tidak mampu mewakili perasaan kita. Kalaupun mampu, bibir bicara beda.

Kita diciptakan untuk saling mengerti satu sama lain. Percuma bicara.

Tatap mata ini, kamu pasti mengerti.  Jeritan hati yang ingin mencintai walaupun bibir berkata benci.

Hari ini malam bulan purnama. Kalau sarigala melolong, belum tentu dia lapar.

Mungkin dia merindu sepasang mata mahkluk galak lainnya.

Gym

Dulu gue tergabung dalam Masyarakat Anti Gym. Sebegitu luasnya  Indonesia yang belum dijalani, ngapain gue lari di tempat di atas mesin jutaan rupiah?  Bayangkan jika semua energi hasil treadmill kaum urban Jakarta  dijadikan satuan listrik, mungkin pemadaman giliran tak lagi memusingkan Jokowi. Dan bahan bakar fosil tak perlu lagi disubsidi, digantikan  energi terbarukan hasil pembakaran lemak para selebriti.

"Itu  fitness model lama, Mbak. Fitness sekarang udah lebih banyak metoda dan kelasnya," tangkis instruktur ganteng berjiwa GKI ber-raga selebriti.

Dengan bermodal 6 bulan keanggotaan gratis, gue akhirnya mau nyobain.

Ternyata banyak kelas yang gue suka. Kelas seduce:  bisa menari seksi bersama lagu terbaru Britney.

Kelas body combat:  bisa mukulin musuh bayangan tanpa pernah dipukul balik.

Kelas core ball:  bisa maen bola-bolaan tanpa tuntutan menjadi dewasa dan bonus perut rata.

Kelas RPM: udah ah. Gak kuat...

Selesai fitness, gak ada lagi sisa tenaga untuk menghina kaum urban Jakarta. 

Mungkin kalau Obama, SBY, dan semua pemimpin dunia fitness,  gak akan ada lagi tenaga memikirkan perang berikutnya.

Let there be peace on earth, and let it begin with gym.

Grekka

4 Sepupu Gondut rela nge-gym 2 hari demi mengejar Instruktur E yang indah dipandang tapi ternyata sudah ada yang memiliki. 

Rencana jual pesona belanja oleh-oleh ke toko yang dimiliki Instruktur E dan istri dibatalkan. 4 Gondut Patah Hati melarikan diri ke kedai teman sendiri.

Namanya Grekka, kedai makanan Yunani dengan harga kaki lima.

One step closer to Turki, one step away from Turun Kiloan?

Jangan salah! Konon travelling ke Yunani malah bisa menurunkan kiloan. Tradisi makan di Yunani udah  4.000 tahun,  lebih tua dari Perjanjian Baru.  Bahan-bahannya menyehatkan: gandum, minyak zaitun, ikan,  wine, madu, sayuran dan buah-buahan.

Lo kira kenapa dewa dewi Yunani pada kece-kece? Makan Souvlaki tiap hari.

Ayo pesan-pesan.... Didiskon 50% amayang punya ;D

Souvlaki, daging.  Gue makan nasi menteganya aja. Mmmmm...

Moussaka, keju... Dikit gapapalah.

Loukoumades... Penuh gula...  tapi yang ini beda. Fusion ama peyeum, harus dicoba!

"Bikinin yang vegetarian dooong,"  protes gue pada yang punya.

Cream Spinach... Lezat dan kaya zat besi.

Memandang body di kaca, kok belum kaya Athena?

Mungkin bayamnya kurang banyak.

"Mas, satu lagi ya!"

Ambeien

Empat botol besar Aqua per hari. Makan hijau-hijau.  Power walking 5000 langkah.  Kenapa 3 hari ini boker gue susah dikeluarkan, vbetah banget nongkrong di ujung usus. Semakin hari semakin mengeras, menghambat antrian pengeluaran tai-tai baru.

"Ambeien gak cuma kurang minum atau kebanyakan duduk. Bisa juga karena susah let go," kata si Kunyir.

Damn.

Curiga seluruh populasi Jakarta ambeien. Kecuali SBY. Masalah hidupnya hanya Yenny Wahid gak jadi masuk Demokrat. UN kacau dan Freeport mematikan tak mengganggu hidup.

"Perasaan terintimidasi juga bisa membuat infeksi saluran kencing."

Pipis gue baik-baik aja.

*lirik kanan kiri.

Fatwa stress ngerjain laporan keuangan bulanan sendirian.

Mungkin Fatwa dan seluruh populasi radius Sammaria yang  bermasalah pipis.

Kita memang terdiri atas body mind and soul, masuk akal banget masalah pantat ini akibat perih di hati.

Jadi mana yang harus gue benerin dulu biar selalu cantik walafiat? Body, mind, atau soul?

Tiga-tiganya dong. Di dalam tubuh yang sehat pasti terdapat jiwa yang kuat. Mensana pasti inkorporesano.

Ah tapi instruktur gym berdada bidang banyak yang galau tuh?

Sehat ya. Bukan six pack.


Healing

"Katanya gue bisa jadi healer," katanya mengutip seorang healer tebengannya di Pulau Dewata yang konon pernah membaca Lola Amaria dan Nicolas Saputra.

Dulu juga pernah ada yang bilang gue bisa jadi healer. Bukan karena jempol gue besar dan enak mijitin punggung Mak Gondut, ndut ndut kaya kepompong.  Tapi karena perut gue besar.

"Energi dalam itu nyimpennya di perut," katanya sambil merokok. Dia tidak pernah makan di sela-sela pengobatan. Metabolisme menyerap terlalu banyak energi.

Makanya Plato dan Socrates selalu puasa menjelang berkarya. Lebih baik energinya dipakai berpikir daripada habis mengolah souvlkaki.

Sejak bergaul dengan mahkluk-mahkuk pemikir,  gue mulai percaya manusia bisa menyembuhkan diri sendiri. Kalau batuk gak harus langsung sedia OBH.Demam gak harus Termos Es. Mens gak harus feminax. Maag gak harus promag.

Lihatlah Bobot dan Boni. Kalau sakit tinggal makan rumput dan sembuh sendiri. Kalau Bobot dan Boni dianugerahi kemampuan menyembuhkan diri sendiri, kenapa kita tidak?

"Gue gak pernah minum obat. Kalau sakit, gue minum brotowali  yang tanam sendiridi belakang rumah."

Atau beli di Pasar  Dago. Belinya jalan kaki pagi-pagi, gak nyuruh bibi.

Pantesan 53 kulitnya masih sehat benderang.

Ketika sakit, yang dibutuhkan tubuh bukan obat, tapi istrirahat. Tubuh butuh konsntrasi energi membentuk sel-sel baru, jangan diganggu dengan aktivitas yang tak perlu.

Seperti mikirin jadwal film baru.

Ngik.

Makan apa kita besok?

Makanan: sumber penyakit nomor satu.  Tubuhmu adalah Bait Allah, jangan dirusak dengan kolesterol dan karbo tak kompleks.

Kali ini gue bersyukur diberi penyakit. Sementara sel-sel merenovasi diri, otak bisa flashback dan merenungi kenapa gue diberi kesehatan.

Untuk menyembuhkan?

Tapi kan Agustus nanti perut gue gak besar lagi...

Amin.

Sate Gereja

Jam 7 pagi, semua Sepupu Gondut sudah bersiap-siap ke Gereja. Terlalu telat untuk kebaktian jam 7.

Ternyata  4 Gondut langsung hadap kanan grak menuju Sate Gereja.

Sate itu sudah mereka makan sejak 1997. Saat tiap Senin Satu masih berrok merah-merah, dan  gereja masih jadi kewajiban yang bisa memerahkan rapor sekolah.

"Ah biasa aja rasanya," kata Kak Melda mengomentari sate. Mungkin Atid dan Chica terjebak nostalgia 1997, jadi tiap Minggu wajib ke  situ.

"Kalau yang ini enak," katanya berbinar-binar setelah mencicipi siomay yang konon tanpa babi. Melda langsung berburu di manakah dia berjualan. Minggu gereja, malamnya di kawasan pelacuran.

Siomay ternyata tidak mengenal  gelap terang kehidupan. Dari pendeta sampai pendosa, semua cinta.

Setengah jam kemudian, Bang Deden datang bergabung, langsung dijarah  4 Sepupu Gondut yang 5 menit yang lalu berikrar diet.

"Itu kan buat Kubus," protes Bang Deden.

Kubus dibungkusin sate baru.

Jam 10  bel berdentang, tanda kebaktian berikutnya akan dimulai.

4 Sepupu Gondut pulang dengan perut kenyang dan hati riang.

Manusia tidak hidup hanya dari firman saja.


Rabu, 15 Mei 2013

Echa

"Kak Atied...
Makasih bwt hari ini ya...
Aq senang..."

Echa whatsapp. Gak gue bales.

Makasih untuk apa? Tadi pagi gue shooting kegiatan dia mulai bangun pagi sampai ngantor buat footage Demi Turki. I didn't do anything worth her thank you.

Pagi-pagi Echa sudah bangun, nyapu halaman dan rumah yang tidak berpembantu. Dilanjutkan mencuci pakaian dan menjemur.

Konon Mamaknya punya harta berkarung-karung yang disimpan di bawah bantal dan 5 account bank BTN yang berbeda. Karenanya, tiap minggu Keluarga Simanjutak dapat gratis tiket Blitz Velvet 5 pasang. Sayangnya tidak ada tabungan berbonus pembantu. Echalah yang bertransformasi sementara adiknya yang di Kedokteran dibebastugaskan dengan alasan banyak tugas.

Gak kaya Echa. Akuntansi. Harus nyuci.


Baru sadar gak banyak yang gue tahu tentang Echa. Sepupu gue ada 50an. Gak semua gue kenal. Apalagi yang pendiam dan tersiksa seperti Echa.

Memori pertama gue tentang Echa adalah Echa Agustus 2010 di ruang tunggu Rumah Sakit Singapur, menunggu giliran  mendonorkan hatinya untuk Papa melalui operasi 10 miliar. Siap seumur hidup harus bolak balik rumah sakit sampai hatinya tumbuh lagi.

Tapi Papa keburu pergi, jadi hati Echa tak jadi dibagi.

Sekarang Echa rajin olahraga ke gym tetangga. Apakah karena tak ingin sakit seperti Papa?

"Si Meta masa nanya kaya gini sama aku kak. Kak, kalau aku kawin duluan gimana? Kan aku lebih cantik."

Tak terima dilangkahi adik, Echa berusaha cari pacar.

"Tapi yang aku sukak  sukanya cewek kurus," kata Echa.

Karenanya Echa ke gym kompleks tiap sore. Nyapu halaman dan mencuci baju tak cukup melangsingkan pantat Echa sesuai standar calon pacar.

Bukan pantat yang mengecil, Echa malah jadi bolot akibat kurang karbo.

"Aku sukanya anak band, kak. Kayak Kak Kutil inilah."

Sejak ikutan Demi Turki, Echa berkenalan dengan teman selebriti pertamanya.  Kutil, yang sebenarnya nama aslinya Jarwo, mantan gitaris grup Naif.
 

Kutil tidak mengiyakan. Tapi Echa percaya.

Mungkin inilah mengapa Echa berterima kasih. Berkat gue, Echa jadi bisa kenalan sama Naif.

Oh well then...

You're most welcome, Echa.


Selasa, 14 Mei 2013

Chica

"Gue stress sampai perut gue melilit baru hari ini," kata Chica sebelum bobo.

Demi Turki di ambang perpecahan karena 2 saudara kita bertengkar di Whatsapp. Satu cabut dari Whatsapp Group dan mengancam cabut dari Demi Turki.

"Gue kasian ama lo. Ini kan kerjaan lo. Lo pasti kepencet banget di antara mereka berantem."

Dan gue seharian berbinar-binar makan ketan susu srikaya. Lupa ada yang berantem.

"Apalagi bosnya bilang ini buang-buang waktu. Itu kan sama aja bilang kerjaan lo buang-buang waktu. Kan kasian didenger kru lo, si Osman,si  Kutil... kalau buat kita sih ini have fun aja. Buat kalian kan ini kerjaan."

Buat gue ini have fun juga kok.

Baru nyadar ternyata Chica sesensitif ini.

Gue makan ketan susu bukan berarti gak peduli. Hanya gue yakin 2 saudara gue ini sebenarnya saling sayang dan gak akan tega membuat gue kehilangan pekerjaan. Jadi gue tetap fokus merencanakan shooting wiken ini tanpa pernah terlintas siapapun akan mundur.

Half full glass - type.

Beda dengan Chica, si half empty glass yang peduli sekitar dan baik hati. Gue lebih memilih menikmati setengah sisa gelas gue sendiri dan sering gak ngeh gelas sekitar gue setengah kososng.

"Hari ini gue pulang cepat..." kata Chica penuh senyuman.

Jam 8 malam.

Biasanya jam 10 malam.

"Lo gak resign aja, hur?" tanya gue. Pergi jam 6 pagi, sampai jam 11 malam. Gak ada waktu nonton X Factor atau treadmill. Weekdays-nya habis untuk memperkaya some rich American, dan  nanam Farmville di sisa-sisa malam.

"Kalau gue gak kerja, gue ngapain? " tanya Chica bingung.

Nanam Farmville seharian hanya akan membuat Chica kehilangan jati diri.

"Sebenernya gue pengen kerjanya yang sosial sosial.  Kalau aja gue ketemu bos kaya Rick Warren, gue mau bantuin dia. Tapi kan orang kalau mau bantuin orang harus punya uang. Harus kerja."

Sebenarnya Chica gak kekurangan. Bang Gigit udah dikasih naik gaji berlipat-lipat biar istrinya gak usah kerja. Tapi Chica gak juga resign.

Sekarang tiap jam 5 - hopefully 10 malam, Bang Gigit pulang kantor harus bobo di mobil, nungguin istrinya  pulang malam.

Entah kenapa Chica masih bertahan. Padahal karena pekerjaan ini, Chica jadi kurang perhatian ama badan sendiri. Stress pekerjaan, tiba-tiba Chica udah jadi 94 kilo dan tidak lagi memperhatikan penampilan. Ke kantor selalu pakai baju curian (dari lemari gue) dan gak pilih-pilih Apa aja asal muat.

Padahal dulu konon waktu kuliah, Chica 60kg berpantat bohai pernah disuitin anak-anak Teknik Mesin pas lewat kandang mereka.

Sekali, tentunya.

Dan sekarang akibat kegendutan, Chica divonis dokter gak bisa punya anak.

"Kurusin berat badan dulu baru balik kemari," kata Dokter Galak.

Di Demi Turki ini, Chica ceritanya pengen banget punya anak makanya dia mau ngurusin badan. Tapi apakah yang terjadi di episode 13? Gue belum tahu.

Mungkin Chica berhasil  nurunin berat badan. Mungkin Chica lebih berani ngomong ke bosnya biar pulang lebih cepat. Mungkin Chica berhasil punya anak.

Atau mungkin gak ada yang perlu dirubah. Semua sudah baik apa adanya.

Baru kali ini gue bikin film di mana endingnya gak suka-gua gue. Harusnya tagline 'God is a Director' lebih cocok buat Demi Turki.

Sekarang gue cuma bisa menanti dengan kamera sambil harap-harap cemas dan berusaha memahami kalau kenapa semua baik adanya. Tapi kalau boleh gue yang menulis, pasti episode 13 Chica gue bikin bahagia.

Dan baju gue balik semua.

Amin.

Woody Allen

Gue pengen jadi kaya Woody Allen, lucu. Dia pandai mengkomedikan diri sendiri bahkan di momen-momen hidup paling tragedi: dikatain Yahudi, bercerai, tulisannya dianggap gak lucu, dipecat kerjaan, dan Tuhan.

"I don't like his movies. They are way too self centered," kata seorang actress yang pendapatnya sangat gue dengarkan.

Gue gak mau ketahuan narsis. Gue selalu berusaha membuat cerita yang bukan tentang gue, tapi selalu ujung-ujungnya curhat. Jiwa narsis + kurang imajinatif + biaya minim, jadilah film gue selalu tentang gue.

Kali ini takdir membawa gue ke sebuah reality show scripted yang membuat orang lebih banyak alasan menuduh gue narsis karena diperankan gue sendiri.

Dan budget minim menaruh gue di spotlight sebagai narator utama Demi Turki.

Gue takut.

Gue takut dibilang narsis. Gue takut orang gak suka nonton gue. Gue takut gak lucu.

Apa yang orang mau nonton?

Hhhh... I can't believe gue kembali ke titik pertanyaan ini. Gue kira setelah Demi Ucok, gue gak akan peduli lagi penonton mau nonton apa. Gue tahu gue lebih baik memikirkan apa yang gue mau tonton, bukan yang orang mau tonton.

Apakah gue mau noton gue?

Jawabannya adalah ya. Kadang-kadang gue lucu dan inspiratif kok. Kadang-kadang intimidating dan menyebalkan. Tapi gue malu mengakui gue pengen nonton gue.

Gue malu mengakui gue narsis?

Narsis. Do I really love myself that much?

Setelah hidup 30 tahun dengan badan ini, dijodohin gak laku-laku, bohong kalau gue bilang gue cinta diri sendiri. Gue takut untuk tampil di depan kamera karena gue gak suka badan gue. Gue gak suka suara gue. Gue gak suka attitude gue.

Kalau gue aja gak suka, ngapain juga penonton harus suka?

Gue pengen suka ama badan gue. Gue pengen sayang ama badan gue. Gue pengen menghargai suara gue. Gue pengen gak masalah melihat gue yang pemalas dan lemak di mana-mana.

Narsis?

I would love to be narsis. I would love to love myself more.


This is my way to be narsis. This is my way to love myself more.

Kalau dengan bikin ini, gue bisa suka ama badan gue, Bring it on!


Yang pengen gue tonton adalah 13 episode yang jujur, menghibur, dan menyentuh tentang cewe-cewe yang gak suka ama badannya sendiri.

Gue gak butuh nonton yang lucu doang. Gue menderita 30 tahun hidup di badan ini.  Badan yang gak bakal pernah dipajang cover Cosmopolitan. Badan yang gak dilirik kalau jalan. Badan yang dijodohin gak laku-laku. Gue mau Dramaaaaaaaaaaaaaaaaa !

Pasti banyak cewe-cewe di luar sana yang gak suka ama badannya sendiri. Mudah-mudahan abis nonton ini mereka bisa lebih sayang sama badan sendiri.

No!

Ini bukan buat orang lain. Gue bikin ini biar gue lebih bisa sayang sama badan gue sendiri.

Welcome me! The main narrator of Demi Turki. Mulai Juni di Kompas TV.

Sejenak menciut lagi. Orang udah pada sibuk. Ngapain juga mereka harus nonton gua?

Siapa bilang orang harus nonton?

Nggak harus kok. Kalau mereka gak mau, tinggal pindah channel.

Ribet amat.

Tapi...

I have a feeling you would not want to change the channel. It's a very interesting program indeed.

Dasar narsis.

Selasa, 07 Mei 2013

Melda

"Hari ini gue jalan pagi.  Dapet 7000 langkah!" whatsapp Melda di pagi hari. 

Melda, mantan figuran model iklan minuman energi yang mendadak jadi pemeran utama setelah sang bintang dicekal FPI,  kini melipat dua menjadi 100 kg.

"97 kg!"

Oh iya. 97 kg.  

Melda merindukan kejayaan masa mudanya, ketika semua mata lelaki menoleh dan dia dimusuhi semua cewe-cewe Naposo. Melda bertekad  akan merubah mindset dietnya dengan lebih menikmati makanan dan bergerak lebih banyak.

Melda rela melewati angsa tetangga yang mengancam jiwa demi jalan pagi. Terpaksa Melda jalan berpegangan tangan dengan tukang bangunan sebelah.

Harus 10 ribu langkah!

Walau hari ini lupa bawa pedometer.

Kemaren juga lupa.

"Ahhh paling ini euforia sesaat," sahut Bang Gigit, geng lelaki beristri gemuk yang tak lain sepupu Melda.

Sudah 10 tahun Melda diet, tapi tak kunjung terlihat. Turun 5 kilo, naek 10 kilo.

Kemaren Melda berhasil makan HANYA juice buah, juice sayur, pisang, 4 sendok nasi merah, salmon panggang, 1 biji baso ita suki, dan 1 lumpia duren.

Dan nyicip Red Bean #sumpeh! Cuman dikit!#

Total power walking 2,5 jam

Hari ini Melda mau foto passport sama suami. Kemaren sayang otaknya terlanjur sudah menerima info kalau di dekat pembuatan passport Depok ada duren buah enak.  Setelah browsing ketahuan namanya Sop Duren. Ada yang pake brownies, roti, ketan keju, dan  kelapa.

"Kenapa laki gue ngajaknya mesti di Imigrasi Depok?" kelluh Melda tak mampu menolak Duren Ketan Keju.

Ketemu klien, Melda menularkan body mind dialog sebelum makan pada para calon nasabah.   Singkong dan kue nampan benar-benar dicicip dikit doang.

Ketemu klien lagi. Kali ini Starbucks. Frappucino Red Bean ternyata tak bisa ditolak hanya dengan Body Mind Dialog.

Dua Frappuciono green tea dengan Red Bean pun dibawa pulang. Si Hani kegirangan seumur-umur baru sekali kebagian Green Tea Frappucino dari si majikan.  Hanya Red Bean  keliatannya  enak.

Diicip dikit=D

Jatah nasgor dari Hermina,mata Melda bilang aih aih aih... hidung slurrrpp....  Lambung bilang monggooo...

Cuma dimakan setengah.

Hubby Bernard bertanya, "Tadi nasgor sisa banyak banget?  Kirain lo lapar bgt."

Melda tersenyum bangga. Malamnya pun mie tiongsim cuma dimakan setengahnya.

"Ya udah sianya buat gue aja," hubby mencoba mengambil mie. 

Eits!

"Ntar malam mau gue makan lagi!Sekarang mau treadmill dulu sambilnonton DVD,"  kata melda sungguh-sungguh.

Nonton Silver Lineing Playbook sambil treadmill 2 jam. Romantis...

Langsung mandi, siap-siap lapar. Ada klepon, sisa tiongsim, dan lupis. Malam ini ditutup agak nakal. Tiongsim dilahap dengan alasan sayang. Mulai besok mental kaya-nya mesti diasah lagi.

Lebih sayang makanan atau sayang tubuh? Buanglah sampah pada tempatnya, bukan ke tubuh sendiri.

Melda tambah sayang tubuhnya sendiri.

"Itu Ibu beli baju melulu ya?" tanya Hubby pada Hani di sela-sela Frappucino Green Tea.

"Iya pak... mau aku bilangin jangan?"

"Nggak. Biarin aja."

Melda semakin kece, suami tambah naksir.

Sebelum ikutan Demi Turki, Melda jadi banyak hunting baju. Selama ini bajunya udah jelek semua, dan  nunggu beli dengan alasan nunggu kurus dulu. Ternyata efeknya bagus.

Pas ditanya dalam skala 10, berapakah self esteem Melda? Tadinya 2, sekarang 6.

Sebenarnya Melda mau jawab  8 tapi takut dibilang kepedean.

"Di Ambas banyak ternyata  jual baju besar cantik-cantik.

Belum kurus, sudah berasa pede. Kalau sudah ada cowo yg melirik lagi, artinya aku sudah melangsing #cant wait that to have that moment back #"

"Ih kayanya nanti paling kece bakal kak melda nih."

"Kalau udah kece, gue kuras duit si Bernard. Sekarang aja udah kleper2 dia ama aku."

"Kayanya gue tambah kece juga kak. Siap2 banyak yg minta ke lo kenalan ama gue ya. Bolehlah ntar lo prospek asuransi."

"Selama masih bisa tandatangan, pasti gue prospek!" seru Melda semangat.

Hari ini Melda mengakhiri hari dengan mendengarkan CD goLangsing. Posisi lagi gak emosional dan gak lapar berkat tiongsim. Malah ngantuk. 

Nite all... Janjian ya besok jalan pagi jam 5.30

Soang dan tukang bangunan, here I come!


Inferior Complex

"Di Lampung ini kan fasilitas belum maju, Mbak. Nggak kaya Jakarta,"  kata seorang filmmaker Lampung. Entah orang ke berapa yang ngomong dengan nada sama.

Di jaman Google dan BB High Definition,  apalah artinya fasilitas. Kenapa harus melihat ke Jakarta sementara di sekitar kita banyak yang harus diceritakan?
Baligo seorang putra daerah ARB bersama ketua KAMI yang mulai luntur warnanya.

Kopi Lampung yang gak boleh ketahuan kopi lampung karena tumbuh di Taman Nasional.

Gajah yang semakin terdesak.

Sambal Tempoyak  yang membuat rela sembelit.

Universitas daerah yang didominasi duit borjuis lokal.

Di antara sebegitu banyak cerita, kenapa kita harus seperti Jakarta? Kenapa harus Dewi Lestari yang berfilosofi kopi?

Tapi gue diam saja karena Jakarta juga sama saja. Selalu melihat ke Amerika. Atau Eropa. Atau Korea.

Setelah feodalisme berabad-abad, disambung penjajahan 3,5 abad, mungkin kita memang terlahir untuk diperbudak.

Hari ini gue gak mau menjadi budak. Gue akan bercerita apa yang mengganggu gue. Tidak didikte Jakarta, Amerika, dan semua film festivalnya.

Gak usah bikin film bagus.  Bisa jujur aja udah bagus.

Tidur

Semalam kurang tidur, gantiinnya harus 3 malam.

Tidur harus 6-8 jam biar kulit dan pencernaan tetap terjaga.

Tidur itu adalah cara jiwa kembali kepada penciptanya, setelah lelah dengan kepalsuan ragawi.

Kurang tidur bisa bikin orang berubah singa.

Setelah bermalam-malam kurang tidur,  di malam ke lima gue tidur 10 jam. Terbangun hanya karena jadwal shooting memanggil.

Hari ini badan gue lelah setelah lima hari jarang bertemu pencipta. Tinja 3 hari tertimbun di pantat. Jerawat muncul 2 di muka. What a perfect day to start a shooting day.

Hari ini bukan shooting biasa. Hari ini gua muncul bukan hanya sebagai sutradara, tapi juga di depan kamera. Tidak bersembunyi di nama lain, tapi tetap sebagai Sammaria.

Hari ini gue ingin tampil sebagai Sammaria yang kocak dan tidak menganggap susah dunia. Tapi sepertinya Sammaria yang jenaka tak akan muncul di episode ini. Cuma Sammaria yang pendendam dan kurang tidur, siap memakan siapa saja yang lewat di hadapannya. 

Aummmm.

Itu raungan macan. Bukan nguap. Hati-hati lo semua.

Aum.

Mindful Eating

Target minggu ini:
Naek angkot, biar lebih banyak gerak.
Nulis tiap hari, biar gak tambah gila.
Mindful eating, menikmati setiap gigitan.

Target 6 bulan ke depan:
bertahan di kilo  60 dan tetap sehat.
Pakai baju yang nyaman, fabulous, dan paling penting: GUE banget. Gak ada lagi apa aja asal muat.
Mindful di apapun yg gue lakukan.

Pagi ini gue awali dengan doa setelah training Go Langsing 2 hari. Awalnya gue skeptis dengan program menemukan diri sendiri seperti ini. Why would I need anyone to help me find myself?

Ternyata butuh.

Selama ini gue kira gue bisa langsing dengan tekad gue sendiri. 2 bulan diet gue jalani dengan modal revenge.

The best revenge is to look good.

"Muka kamu sedih terus," kata instrukturnya.

Dua bulan kemarin marah terus. Dua bulan tanpa dia, gue turun 14 kilo.

No more denial. Setelah gue tahu caranya bahagia,  tampaknya hidup gue hari ini akan lebih sederhana.

Sampai sebuah sms mengganggu.  Hari yang diawali doa berakhir dengan makian.

Sampai kapan gue menggantungkan kebahagiaan gue pada manusia malang lainnya? Berat badan gue pun tergantung orang?

Sudah cukup gue menyiksa badan gue. Badan gue bukan besi berani yang siap dikasih makan apapun di kala hati merana.  Pikiran gue bukan kaen Mangga Dua yang siap dirinso tiap terkena noda.

Sayang, sayangi badanmu. Sayangi hatimu. Udah tau gak ada yang mau. Siapa lagi yang sayang kalau bukan kamu?

Lebih baik jalan kaki,  hilangkan sedih di hati dan ambeien di pantat .

Tanpa ambeien, siapa tahu ada yang mau.