"Atid mau ke Jakarta pagi ini?"
"Iya, Mi."
"Nggak bahaya nyetir sendiri?"
"Ah Atid kan nyetirnya pelan-pelan. Gak
pernah lebih dari 100. "
Lagian mobil Inova itu masih baru banget.
Belum 2000 km. Gak mungkinlah mogok.
Lalu sebuah batu kecil menghantam kaca depan.
Kecil banget. Membuat retakan yang kecil banget.
Damn.
"Dipasangin kaca film aja, Kak. Biar gak
pecah," kata mas-mas penjual kaca film.
Baru selesai dipasang, retakannya
tambah panjang.
Monyet. Hilang 300 ribu. Gak akan lagi gue
datang ke tempat ini.
"Atid ke Senen aja. Di sana paling
murah," usul Papi.
"Tiga koma dua juta aja, Kak," kata
Abang-Abang Senen.
"Hah? Di internet satu koma lima?"
Gue langsung pindah ke lain kios. Si Abang
mengikuti. Gak ada yang berani ngasih harga.
Pantesan tempat ini sepi.
"Papi, mobil baru gak diasuransiin aja?
Asuransi paling dua juta. Sama kaya ganti kaca baru," usul gue melupakan
doktrin no insurance Paulo Coelho. Bukan mobil gue ini.
Kalau gue, emang gak mau punya mobil. Selain
karena gak ramah lingkungan, gue gak mau hidup gue dihabiskan di bengkel.
Hari ini tambah yakin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar