Kamis, 16 Desember 2010

cinta

Diawali dari harapan, dia tumbuh.
Diakhiri dengan kenyataan, dia sembunyi.
Tidak mati, hanya diam-diam mengintip.
Malu mengakui karena takut ditolak lagi.

Pelan-pelan dia dikira hilang.
Siap menyeruak di setiap sinar harapan.

Dia yang ingin memiliki.
Tak ingin berbagi.
Tak lagi peduli arti ketulusan hati.

Hari ini aku mencoba pahami
Indahnya hati yang selalu memberi
Dan tak gentar ditolak lagi

Education

All the education you need is one click away.

You Tube. Google. Wikipedia. X Tube.

Belajar bikin efek guntur hujan petir gondoruwo?
Belajar bikin web?
Belajar bikin perut rata?
Belajar gaya kamasutra?

All in one click away.

You tube is the 2010 professor.

Does anyone still need to go to school? This year Time's Person Of The Year is a drop out. Mark Zuckerberg is 26 and learned nothing in school.

He has no degree and no need to find a job.

He makes us think there's no more reason to go to school.

And no social life.

Ok. Mungkin itu gunanya sekolah. Buat berteman dan cari pacar.

Wait. Gue gak punya pacar di sekolah. Padahal sudah tiap hari memandang malu semut-semut merah.

Oh... mungkin untuk berteman. Biar gak anti social kaya Mark.

Wait. Gue punya temen gak ya di sekolah?

Jadi untuk apa sekolah?

Mak Gondut Media Playlist

Mak Gondut umroh ke Israel.

Lagi.

Setelah perjalanan Mei lalu yang dinodai insiden berantem ama adeknya di gereja orang , hampir ditangkap polisi Mesir, dan buyarlah semua 'memaafkan adalah sebagian dari iman', Mak Gondut memutuskan ke Israel lagi demi menyucikan hati.

Sejam menemani Mak Gondut sebelum berangkat berperang, Mak Gondut sudah menyulut api peperangan di negeri sendiri. Baru datang, gue udah diberondong berbagai amunisi curahan hati.


Serangan pertama: Mana pacar kau?

Jawaban: Doain aja, Mi. Gimana mau dapet kalo gak didoain mami.
Artinya: Ihhhh males banget kawin. Kasian banget tuh papi gue tampangnya menderita.



Serangan ke dua: Kapan kau beli rumah di Jakarta?

Jawaban: Doain aja, Mi. Gimana mau dapet kalo gak didoain mami.
Artinya: Ihhhh males banget beli rumah di Jakarta. Gue pengen keliling dunia.



Serangan ke tiga: Mana pacar kau?

Jawaban: Doain aja, Mi. Gimana mau dapet kalo gak didoain mami.
Artinya: Ihhhh playlist pertanyaaan doi ternyata cuma dua lagu, repeat mode on.



Serangan ke empat: Udah ada gaji tetap?

Jawaban: Doain aja, Mi. Gimana mau dapet kalo gak didoain mami.
Artinya: Eh ada playlist baru selain dua di atas.



Serangan ke lima: Mana pacar kau? Biar ada rumah dan gaji tetap.

Jawaban: Doain aja, Mi. Gimana mau dapet kalo gak didoain mami.
Artinya: Ternyata lagunya sama... hanya yang ini versi medley.



Dan playlist Mak Gondut terus repeat mode on sampai waktu tak terbatas. Untung doi ke Israel, jadi bisa di-pause sementara.

Kalau udah harus di-play lagi, gue udah punya jurus.

'Doain aja, Mi. Gimana mau dapet kalo gak didoain mami.'

Balada Oportunis

Kata kakakku aku oportunis karena sesuka hati minta dijemput, trus ninggalin dia setelah ada pilihan teman lebih menarik.

Kata abangku aku tukang kompas karena sehari bersamaku, dua tiga toko terlampaui.

Kata abang baruku, aku tikus karena kalau ninggalin rumah gak pernah nutup jendela, membiarkan tikus-tikus bebas merdeka maemasuki rumah dan menjarah roti.

Tapi bayangkan dunia mereka tanpa aku.

Kakakku akan selamanya menanam farmville dan membangun social city di Malam Minggu. Gak pernah kenal kota tak maya.

Abangku akan kebingungan kebanyakan uang karena cewenya gak ada yang matre. Bisa-bisa terjerat dunia kelam dan perjudian. Untung ada adik kecil yang pandai menghabiskan uang abang.

Abang baruku pasti perutnya tambah buncit, kalau malam-malam tak lagi olah raga berburu tikus-tikus nakal.

Semua manusia itu ada kelebihannya. Aku senang sekali karena aku bisa menjadi berkat bagi orang lain.

Sadarilah. Aku, si kembang Pulo Gadung, ditempatkan Dia di sini untuk membuat kalian lebih berarti.

=D

Nyeletir

Gruduk!

Pulisi... pulisi...

Tidur bikin jantungan, bangun bikin deg-degan.

Tidur bikin nyetir pelan-pelan
Kalau gak mau gruduk

Bangun bikin nyetir takut-takut
Kalau gak mau diciduk

Siap memangsa semua mobil belok kiri gak dari jalur terkiri.
Atau yang curi-curi masuk jalur bus no it's way.
Atau yang nyetir sambil hahahihi di telepon.

Pulisi...pulisi...
Cobalah mengerti kami
Betapa frustasinya nyetir di Jakarta tanpa BB menemani
Haruskah kami selalu menatap ke depan
Menatap kemacetan yang kunjung padam

Hanya BB hiburan kami
please don't take that away from me

Denda 700 ribu katamu?

Bilang sama tuanmu
50 aja deh cyinnnnn.

Jupe

A Cun penggemar berat Jupe.

Dia rela dicemooh teman-temannya yang menganggap rendah Jupe. Dia menggunakan segala macam produk yang diiklankan Jupe. Dia datang ke setiap konser Jupe. Poster Jupe menghiasi kamarnya. Boneka voodoo Dewi Persik pun ditikam tiap hari demi membantu Jupe. Bahkan A Cun mendaftar jadi warga Pacitan demi menambah satu suara Jupe menjadi wakil bupati.

Tapi A Cun belum juga bisa foto bersama Jupe.

Sampai suatu hari A Cun menemukan KTP Jupe. A Cun menganggap ini berkah dewata atas usahanya selama ini. Walaupun nama pada KTP itu bertuliskan Vivian Idris, A Cun yakin itu pasti KTP Jupe.

Dengan membawa duren yang belum dibelah, A Cun melintasi satpam Plaza Indonesia untuk mengembalikan KTP idolanya.

Itulah sinopsis film ke dua dari seri film pendek proyek Udang Di Balik BAtu. Setelah 7 Deadly Kiss, hari ini Vivian Idris akan jadi korban.

Sunny Coon bertamasya ke Plaza Indonesia dengan legging gue (dengan jurus lipat kenti tentunya), kaos kutung, dan membawa sebuah duren.

Vivian yang tak tahu menahu tentang seri ini mencoba-coba baju dengan bahagia. Tiba-tiba seorang cowo berlegging memeluk dia dari belakang sambil teriak...

"Huliaaaaaa...."

Vivian bengong. Gak jadi nyob baju.

"Apa kabar Haston?"

Vivian tambah bengong. Siap melempar duren ke cowo legging ini.

Apakah kelanjutan film ini? Akankah duren bersarang di muka A Cun? Ataukah Vivian benar-benar Hulia?

Nantikan dan saksikan... di entahlah terdekat yang mau menayangkan=D

0 Comment

Gue update status. Mari nonton filmku. Hari ibu ini di Salihara jam 6PM.

Lima jam berlalu.

Cuma ada 3 likes.

Sedih gak ada yang comment.

Kenapa sebuah status facebook bisa mempengaruhi hidupku? Membuat senang sedih dan terluka.

Ah ternyata aku masih manusia, walaupun bodinya dewata. Bt-bit maya ini masih mempengaruhi hati.

Hari ini aku mau bercerita tentang hati. Hati yang mudah terluka, hanya karena status facebook gak dikomentari.

Apakah ini artinya aku tak ada lagi yang peduli?

Atau Mark Zuckerberg sudah bergabung dengan myspace dan friendster? Dilupakan dan dinonaktifkan.

Semoga yang ke dua=D

Maaf ya, Mark. You have your 250 billion. I got no other joy but a glimpse of comments.

Rabu, 15 Desember 2010

Kita Butuh Bioskop

"Mending lo ga usah bikin film deh. Jualan karpet aja," kata salah satu publicist film berbudget M-M di Indonesia. Di minggu ke dua, angka penontonnya sudah mencapai 700 ribu.

Penuh percaya diri.

Tak disangka besoknya, film doi tinggal tayang di dua bioskop. Didepak sebuah film hantu dan kekerasan.

Ternyata pemilik bioskop merangkap pemilik sang film hantu dan kekerasan. Mending nayangin film sendiri karena untungnya 100%, gak usah bagi-bagi.

Kita butuh bioskop baru.

Melihat salah satu dari 2 bioskop di indonesia terancam bangkrut, apakah ada yang berani bikin bioskop?

Kalau begini terus, mati suri perfilman indonesia tak terhindari. Kalaupun ada yang bikin film bagus, akan kapok bikin lagi setelah 2 minggu diturunkan.

Kita butuh bioskop baru.

"Bioskop digital jawabannya!" kata dia menyebar dogma.

Serentak di 33 kota kecil. Gak usah di kota yang udah ada bioskop that who cannot be named.

Butuh 1 M untuk bikin 1 kota. Total 33 M.

Mari cari orang gila yang mau invest 33 M.

Hmmm... kalau species gila yang mau gambling 1M lebih banyak ditemukan. Kita bikin franchize bioskop kaya Mc D. Konsep, equipment, dan promo urusan kita . Owner di tiap kota tingal nge-run dan menikmati uang.

Atau menikmati kerugian.

How about that?

Segitu pentingkah bikin film di negara yang rakyatnya banyak yang kerja pagi malam hanya digaji 30 ribu? Apa mending 33 M kita bikin untuk makan aja?

Kita nggak butuh makan. Kita butuh harapan.

Kita butuh film yang memberi harapan.

Boooo... harapan sih lo sebar pake lagu dangdut aja deh. Gak usah bikin film. Murah meriah mantap.

Kayak ada aja yang mau nonton film. Sebanyak-banyaknya penonton paling 4 juta. Penduduk lo ada 220 juta, jeng. Yang 216 juta kaga pada nonton tuh film lo.

Pada dengernya Keong Racyunnnn.

Gue gak bisa nyanyi dangdut=C

Kalau gitu kita bikin film dangdut aja???

Terserah lo dehhhhh. Dasar anak muda idealis. Kita liat aja ntar lo tua Akbar Tanjung apa nggak.

Conversation With Dog

Sambil menunggu komputer ngextrak Adobe CS 5 bajakan, diiringi semilir tai anjing yang mencerna dog food impor, I have a conversation with Dog.

Yow Dog, what do you want from me?

Nothing. Nothing. Nothing, Dog. Just grow near me so I can grow near you.

Yow Dog. Firmanmu pelita bagi kakiku, I have no idea what you said. What is pelita anyway? Firmanmu sering kali sulit dicerna! Gak lagi kontekstual ama alay nan lebay.

Can't you speak in a more straight forward way?

P45tinj4... You are just too ignorant to understand me.

I want to understand you.

Takut akanku adalah permulaan pengetahuan dan mengenalku adalah pengertian.

See? Another puisi-puisi susah dimengerti. No wonder more people love Lady Gaga more than your words.

Hey... I'm also into pop music, you know? Who do you think responsible putting those 100 top songs of all time?

Even Ronan Keating?

Even Ronan Keating.

You're cool, Dog. You're cool. Me no cool. Gue semakin gak deket ama Lo akhir-akhir ini. Semakin gak tau lo maunya apa di hidup gue ini.

Rrrr... Tau sihhh... hanya takut.

See? Takut : Another sign lo mulai jauh dari gue.

Where was my confidence? I used to be so brave. When you were by my side, who can stop me? I can't believe after all your miracles in cin(T)a, I'm back here to a place where I don't believe you can get 10000 people who will finance me.

Heaven is my kingdom and the earth is my footstool. What can you do that I cannot do?

Is this really the phase? Apa memang gue harus jatuh dulu baru gue bisa pede dengan tanpa kesombongan mencemari?

I gotta fall apart and put it back together again?

Again and again?

Is there any shorcut? An easier way to go?

Remember Ronan Keating? I hope you never took the path of least resistance.

Ya... but it sucks.

Kau hancurkan hatiku... hancurkan lagi... hancurkan hatiku tuk melihatmu. Gimana cara ngelihatmu?

Ternyata hanya those with a pure heart yang bisa.

And me... selidiki hatiku. Ternyata memang ada udang di balik hati. I love your blessing more than I love you.

Give me a sign. Give me back my confidence. I don't wanna stay in this sinking point forever.

Dan tweeter pun berbunyi.

The world is hungry with humble people with absolute confidence in God. Obedience, not ego, is the source of deep confidence.

Is twitter contemporary enough for you ? Or should I try a more advanced way of talking? But I'm afraid your clan are not there yet.

You really are cool, Dog.

You too. Now go and get me yourself.

I love you.

I love you more.

Selasa, 07 Desember 2010

Memilih

Sejam bertemu dia, kamu tidak lagi ada.

Whitney Houston track 10, pengen megang tangan dia.

Whitney Houston track something, pengen nyium dia.

Whitney Houston track 3, inget muka dia.

Muka dia kaya apa ya? Lupa. Ketemunya cuma sejam, tapi rasanya kaya 'I feel like I know you from another life' ...

Inikah cinta? Atau too much Whitney Houston track 3?

Masa sih segampang ini gue gak lagi mikirin kamu?

Mungkin memang aku gak cinta kamu. Atau aku bosan sama kamu?

Gue berpikir untuk kembali dan menyatakan cinta tapi gak jadi.

Kamu gak lagi ada.

Cuma ada dia.

No more U turn.

Dan telepon pun berdering.

Dia=D

What is essential?

1. Subuh-subuh nganterin ke airport, gak mandi dulu.

2. bayarin sharondeng, bang gigit, dan mama singa makan, tapi kalau di atas 100 ribu biar sharondeng yang bayar

3. gigit-gigit Kubus, kalau mandiin biar bang gigit

4. jemput papi di stasiun, gak jadi nonton DVD my big fat greek wedding

5. ketawa-ketawa nonton rekaman shooting semalam

6. Kangkung belacan dan tempe penyet

7. Ditelpon dia=D

7 Deadly Kisses

Gue gak suka ciuman. Mungkin karena ciuman pertama gue bikin pengen muntah.

Karenanya, proyek ambisius penuh maksud yang gue kasih judul 'udang di balik batu' diawali dengan film tentang ciuman.

7 Deadly Kisses.

Film pendek educational, 5 menit, full graphic, full saliva, tentang seorang Cici Asdos yang mengajari kedua muridnya 7 ciuman terlarang yang akan bikin cewe menderita.

1. Ciuman ular keket – belum apa-apa udah pake lidah. Bikin muntah.
2. Ciuman ubur-ubur – melahap bibir seperti ubur-ubur... blurp... blurp...
3. Ciuman naga – belum ciuman, udah metong karena bau.
4. Ciuman pluto – dijilat dijilat dijilat. Yang basah cuma muka. Bawah nggak.
5. Ciuman piranha – Gigit gigit.
6. Ciuman landak – bulu menusuk-nusuk pipi.
7. Ciuman kelinci – mau nyium, nabrak gigi.

Sekarang kedua muridnya siap dilepas ke luar untuk memuaskan wanita. Tapi tampaknya mereka tidak tetarik mencium orang lain. They already found each other.

Cici Asdos memble.

Di balik kamera, sutradara juga memble sambil tersenyum iri.

How come their kiss look so good?

Jadi pengen ciuman.

Clear

“You are very sctattered,” kata dia mengomentari sinopsis gue.

Setelah 4 kali bertemu, gue belum juga bisa bikin sinopsis dengan clear storytelling. Ada awal, tengah, akhir. Ada tujuan, keinginan, dan hambatan.

Haruskah semua film 3 babak?

Gak harus. Tapi semua film yang gue suka punya clear storytelling. Dan gue pengen bikin film yang emak bapak gue bisa ngerti.

You all out there yang menganggap struktur 3 babak itu gampang, think again!

You all out there yang menganggap struktur 3 babak itu terlalu Amerika, think again!

Syrian Bride.
The Way Home.
Le Grand Voyage.
Grey Garden.
My Big Fat Greek Wedding.
Pursuit of Happiness.
The Proposal.

Mulai dari Korea, Syria, Kanada, sampai Amerika, semua pakai 3 babak.

“I will be back from Holland in 10 days. I want to see a clear storytelling.”

Sayangnya gue gak cukup puas dengan clear storytelling. Gue tetap ingin memasukkan beberapa elemen publikasi dan distribusi di film ini. Clear storytelling... I need more.

Harus clear production and clear distribution plan juga!

Rempong deh ai. Akibat kebanyakan ingin: director/writer/producer.

Untung gue gak mau jadi aktor juga. Now that will be a real challenge to sell the movie.

Interesting Gue

“Film saya ini dibuat... karena saya... makanya saya... saya sukanya... saya.... saya... saya... saya...”

Dia menikmati semua tanggapan penonton yang angkat tangan. Semuanya memuji filmnya. Dia tambah cinta diri sendiri, mengira orang suka filmnya.

Dia tidak meyadari penonton bete memilih absen bertanya dan tidak menyalami di akhir pemutaran.

Cukup. Gue tahu film lo personal. Dan film-film terbaik selalu personal. Gue percaya harus ada 'saya' di setiap film bagus.

Tapi film lo gak menarik! 'Saya' lo gak menarik.

Jadi inget diri gue sendiri.

“Film gue ini dibuat... karena gue... makanya gue... gue sukanya... gue.... gue... gue... gue...”

Gue menikmati semua tanggapan penonton yang angkat tangan. Semuanya memuji film gue. Gue tambah cinta diri sendiri, mengira orang suka film gue.

Gue tidak meyadari penonton bete memilih absen bertanya dan tidak menyalami gue di akhir pemutaran.

Cukup. Gue tahu film gue personal. Dan film-film terbaik selalu personal. Gue percaya harus ada 'gue' di setiap film bagus.

Tapi film gue gak menarik! 'Gue' gak menarik.

The irony of 'gue'.

Menonton dia, gue sadar. Ketika 'gue' hanya peduli dengan 'gue' , 'gue' menjadi tidak lagi menarik. Ketika 'gue' lebih peduli dengan 'gue' lain, 'gue' menjadi lebih menarik.

To make 'gue' more interesting, I have to be interested in others.

The irony of 'gue'.

Mulai hari ini gue mau bikin 'gue' yang lebih menarik.

Mediocre

Membaca list pemenang FFI, gue putus asa. Film kaya gini doang menang 7 piala?

Ternyata ada perpecahan di tubuh juri FFI. Ada pemenang versi lain: versi juri-juri dipecat. Pemenangnya adalah sebuah film di mana mbak-mbak Muhammadiyah di zaman itu tiba-tiba digambarkan berjilbab semua.

Hhh.... tambah putus asa.

Mungkin ini karena filmmaker-filmmaker terbaik Indonesia gak mau ikutan FFI. Karenanya, gue berharap pada festival lain sebagai alternatif. Mungkin yang ini lebih baik, apalagi jurinya bule.

Best director adalah....

Tambah putus asa.

Best ini. Best itu. Best whatever. Masih bisakah kita bangga dapat piala?

Tambah putus asa.

Gue gak berhak ngomentarin orang sementara film gue juga sangat mediocre.

Tambah putus asa.

Untung ada joget Ichsan Bachsim, menghibur hati yang putus asa.

Irfan!

Yeah. Pokoknya yang goyangnya yahud itu deh.

Hari berikutnya Indonesia kalah. Dan gue baru sadar ternyata dia pemain bola.

Another Fame

1 Desember 2010: hari AIDS sedunia, premiere film WORKING GIRLS.

Sengaja dipilih hari ini karena salah satu film dari 3 film di antologi ini bercerita tentang waria AIDS yang pulang ke kampungnya: Aceh!!! ULFIE PULANG KAMPUNG karya Daud dan Nazyra.

Film ke dua tentang grup kesenian nomaden, Ketoprak Tobong, yang ternyata menjadi Melrose Place ala Jogjakarta. ASAL TAK ADA ANGIN karya Anggi Cecep.

Dan tentunya 5 MENIT LAGI AH AH AH atau 5 MINUTES OF FAME UH UH UH (salah tulis jadi 5 MINUTES TO FAME AH AH AH) karya Sammaria dan Sally ANOMA Sari (ANOMA menambah daftar panjang salah ketik di undangan festival ini). Isi filmnya tentang juara salah satu kontes penyanyi instan ala TV yang merindukan ketenaran baru.

Premier film kami ini dihadiri para undangan festival yang terlalu sibuk untuk datang dan undangan kami: teman, pacar, keluarga, calon keluarga, produser, calon produser, dan tentunya narasumber .

Gue udah nonton film ini berkali-kali, tapi nonton bareng narasumber tetap bikin gue pipis berkali-kali.

Adegan Ayu dipegang-pegang. Adegan teman Ayu hamil 7 bulan. Adegan Ayah marah-marah.

Mereka marah gak ya?

Risih gak liat anaknya dipegang-pegang?

Tersinggung gak dikatain istri sendiri gak bisa ngatur uang?

Sedih gak liat anaknya gak punya mimpi sendiri?

Penonton kebanyakan langsung menyatakan pemikiran gue sendiri, betapa keluarga ini aneh, shocking, dan memerah anak sendiri.

Dengan raga siap dibacok dan hati siap dicecar, gue dekati keluarga ini. Mereka sedang tersenyum bahagia, foto-foto sama artis dangdut idola mereka.

“Mamah mah bukan gimana-gimana... tapi kayanya film kita mah paling menarik ya? Yang lain mah gak menarik,” kata Mamah narsis.

Ternyata mereka suka. Mereka gak ngelihat kalau film ini adalah pertanyaan terhadap gaya hidup mereka. Meeka gak ngeliat ada yang salah. Mereka hanya ngelihat diri mereka yang paling menarik.

Beda dunia?

Beda norma?

Pemikiran gue yang terlalu middle class?

Atau mereka yang teralu narsis untuk melihat fakta?

Gue memilih tidak menghancurkan delusi mereka dan menikmati raga yang tidak jadi dibacok. Ayu dan keluarga pulang ke Bandung dengan bahagia.

Malam ini juga gua seharusnya bahagia karena pujian datang membanjiri. Hinaan juga banyak, tapi mereka lebih memilih menulis atau ngomong ke orang lain daripada bilang ke gue tentunya. Jadi malam ini gue harus puas hanya dibanjiri pujian saja.

Setelah terlalu banyak pujian, sulit untuk kembali memikirkan Riana. Tapi apa yang harus dipikirkan?

Riana tidak merasa haknya sebagai anak sudah terebut. Dia tidak merasa ada hidup lain yang lebih baik dari ini. Riana tidak keberatan kebanjiran berkali-kali (cuma 2 meter kok) Riana tidak ingin film ini dibawa ke komisi anak.

Dia hanya ingin ketenaran baru.

Dan gue hanya ingin bikin film. Bukan ketenaran baru?