Minggu, 10 Januari 2016

Menulis Harapan

Gue terbangun di sofa. Ternyata jam 5 pagi.

Terakhir gue inget, gue sedang tidur-tiduran di sofa setelah menerima feedback script terbaru gue. Terlalu komik.

Memang.

Setelah bertemu banyak produser yang sepertinya tahu film apa yang bisa dijual, gue tidak berani lagi menyentuh hal-hal yang meresahkan gue.

Mulai teman-teman yang gak ngucapin selamat natal sampai the rise of fundamentalism. Mulai Jaguar yang gak mau ngantri sampai the lost of self respect. Mulai budaya ngopi impor sampai the fools of capitalism.

Yang gue tulis malah adegan action lucu-lucuan tanpa menyentuh suku, agama, ras, dan IP. No wonder pagi ini gue bangun dengan perasaan gak guna gue nulis.

Memang gak guna.

Kalau isinya begitu. Sama sekali gak mengobati keresahan gue. Ngapain dibikin mahal-mahal.

Mungkin film ini cuma akan jadi kicau kecil di tengah banyaknya film impor yang dengan sangat universal menyuarakan kegelisahan gue. Tapi gue butuh menulis yang sejujur-jujurnya. Barulah at least film ini berguna buat gue,  bikin gue sedikit punya harapan.


Kalau yang nonton juga jadi punya harapan, even better.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar