Sabtu, 09 Januari 2016

Film Internasional

Gue menjagokan film itu karena dia bisa mengkritik agama tapi dengan  cara yang menggelitik. Bukan menghujat.

Si Produser Perancis bilang dia udah sering lihat di Eropa banyak sutradara yang menggelitik dengan lebih nakal. Salah satunya sebuah film Inggris tentang seorang pendeta yang lagi khotbah tentang cinta kasih, lalu seekor kucing datang mengganggu kekhidmatan khotbahnya. Langsung ditendanglah si kucing.

Film yang ini kurang berani, katanya.

Kalau gue pernah nonton film si kucing dan pendeta, mungkin gue akan berpendapat serupa.

"You need to know what has been done with the medium before. Then you can create something new. Something original. Something that might excite the international audience," kata si distributor Perancis di lain acara ketika ditanya apa film Indonesia yang bisa laku di luar sana.

Intinya gue kurang banyak nonton.

"At the same time, you need to talk about something universal.  I was watching Teddy's film last night. The praying scene was new for me, but I really had no idea that  it was such a big no no. So I did not feel the significance," lanjutnya.

Intinya anggap aja penonton gak tahu apa-apa.


Makanya film gue kurang internasional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar