Gue menjagokan film itu karena dia bisa
mengkritik agama tapi dengan cara yang
menggelitik. Bukan menghujat.
Si Produser Perancis bilang dia udah sering
lihat di Eropa banyak sutradara yang menggelitik dengan lebih nakal. Salah
satunya sebuah film Inggris tentang seorang pendeta yang lagi khotbah tentang
cinta kasih, lalu seekor kucing datang mengganggu kekhidmatan khotbahnya.
Langsung ditendanglah si kucing.
Film yang ini kurang berani, katanya.
Kalau gue pernah nonton film si kucing dan
pendeta, mungkin gue akan berpendapat serupa.
"You need to know what has been done with
the medium before. Then you can create something new. Something original.
Something that might excite the international audience," kata si
distributor Perancis di lain acara ketika ditanya apa film Indonesia yang bisa
laku di luar sana.
Intinya gue kurang banyak nonton.
"At the same time, you need to talk about
something universal. I was watching
Teddy's film last night. The praying scene was new for me, but I really had
no idea that it was such a big no no. So
I did not feel the significance," lanjutnya.
Intinya anggap aja penonton gak tahu apa-apa.
Makanya film gue kurang internasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar