Selasa, 23 April 2013

Chain Of Ignorance

Sejarah terus berulang karena manusia tetap melakukan kesalahan yang sama: Gak peduli sesama.

The Chain Of Ignorance menjauhkan manusia dari  Enlightment.

It's hell on earth. Bukan neraka versi bakaran api abadi buat manusia-manusia berdosa dari agama yang berbeda. Hell is an inability to love which turns people from bearing each other's burdens into Isolated Individuals no longer related to each other but alone with their own selfish interest.

Love is replaced by its lowest form, Fear. Isolated individuals ini tidak lagi saling peduli sesama karena takut kekurangan. Ignorance bahkan sudah menjalar ke unit manusia yang dulunya pernah satu materi, orang tua dan anak.

Dongeng dimulai di suatu waktu ketika dunia masih matriarki dan mitologi didominasi dewi-dewi. Bulan masih berwarna oranye. Seorang anak laki-laki bernama Merah berusaha mendapatkan pujian Ayah dengan memanah seekor peacock jantan nan cantik. Gagal. Dia semakin haus kasih sayang ketika kemudian harus berbagi cinta Sang Ayah yang dipersunting Ibu Putih. Merah kemudian membunuh Ibu Putih dan dimulailah mitologi Patriarki lengkap dengan dewa-dewa pencemburu dan pemarah. Bulan berubah merah.

Lompat ke 1980, masa di mana Bumi masih dihuni manusia dan alien dianggap khayalan kosong. Seorang anak perempuan  kehilangan ayah dan ibunya sejak bayi. Dia tumbuh bersama buku harian sang Ayah dan percaya kalau mereka pergi diculik UFO. Dia menantikan ulang tahun ke17 saat dia akan dijemput Ayah.

Lompat ke masa Pasca Migrasi Alien. Seorang Ibu dituduh akan melahirkan monster karena kawin dengan Alien, spesies imigran dari galaksi lain yang dianggap lebih rendah dari manusia. Si Ibu dan Alien melakukan apapun untuk melindungi buah cinta mereka walaupun anaknya dituduh akan membawa kehancuran di Bumi.

Lompat ke masa sebelum Apocalypse. Dunia sudah hampir hancur dan tinggal menunggu sebuah megavulkano meletus untuk menghabisi 60% umat manusia. Para penasihat Raja menyarankan untuk menumbalkan salah satu putrinya untuk mencegah kehancuran. Mengira dia menyelamatkan umat manusia, Sang Ayah merelakan salah satu putrinya dibunuh.

Lanjut ke masa setelah Apocalypse. 40% mahkluk Bumi  yang tersisa berlindung di dalam sebuah kubus. Selamat dari kehancuran, mereka malah terjatuh kepada ego lama: siapa yang berkuasa setelah 6 tahun Musim Salju berakhir? Saling bunuh saudara seayah menyisakan 2 manusia terakhir di Bumi: seorang Ibu dan anak perempuannya yang lemah. Sang Anak ingin menari, tidak peduli permohonan Ibunya agar tetap berdiam diri dan menghemat oksigen. Sebentar lagi musim semi. Si anak tetap menari. Buat apa hidup kalau diam saja seperti orang mati.

Lima cerita di atas diisi dengan manusia-manusia yang tidak bisa menerima dirinya. Ada suatu masa di mana pria ingin jadi wanita dan merebut kekuasaan yang terlalu didominasi wanita.  Ada suatu massa di mana manusia dibohongi dengan kebenaran-kebenaran versi Penguasa. Ada suatu massa ketika manusia punya versi kebenarannya masing-masing. Dan ada satu massa ketika manusia menganggap dirinya lebih mulia dari mahkluk lain. Tapi semuanya diakhiri dengan sebuah cinta yang tak terbantahkan.

A mother's unconditional love for her daughter.

Dan bulan kembali oranye.

Bah serius kali jadinya? Kayanya butuh ngobrol ama Sali biar gak terlalu sublim. Butuh sentuhan-sentuhan duniawi dari otak penggemar MSG.

Atau yang maen Mak Gondut aja? Dijamin gak akan sublim.

Ah kenapa sih gue takut banget jadi sublim?
  

 

Senin, 22 April 2013

Menyutradarai Sutradara

"Kalau filmnya kaya gitu, gue gak mau ada di tim lu," katanya setelah menonton Demi Ucok.

Penyutradaraan, Script, dan Akting memang menjanjikan. Karenanya Demi Ucok menjadi sebuah komedi yang berhasil. Tapi di bagian-bagian yang dia sangat peduli: artistik dan kamera, Demi Ucok berantakan.

"Contohnya ya, di bagian Lapak DVD. Keliatan banget dari bayangan wajahnya take-nya beda-beda waktu."

Ngik.

"Padahal pas cin(T)a bagus. Mungkin karena kameraman dan art-nya berbeda," katanya.

Padahal Art-nya sama, kamera yang beda.  Gue berusaha membela diri dengan mengatakan kalau angle kamera itu tergantung sutradara, bukan kameraman. Demi Ucok berantakan di artistik dan kamera karena untuk film komedi prioritasnya beda. Yang paling penting untuk komedi adalah timing dan akting. Jadi selama comedic timing udah kena, Mak Gondut langsung gue istirahatkan. Art dan kamera bagus prioritas terakhir, lebih penting Mak Gondut bobo.

Tapi tetep. Art dan kameranya parah, walaupun dinominasikan untuk Best Art.

"Dan dari presentasi lima sutradara kemaren, kerasa banget punya lo mateng sendiri. Yang  lain masih kebanyakan mau, belum tau bikinnnya gimana," tambahnya.

And this is not a compliment. Gue produser lima-limanya. Kalau satu saja gagal, berarti produser yang gagal.

Tugas utama produser cuma dua: cari script dan cari sutradara. Gue yang memilih mereka semua sebelum gue mendengar konsep dan script mereka.

"Gue ngerti sih dari awal lo emang bilang pengen ngembangin teman-teman lu yang kata lu potensial. Gue juga liat mereka asik-asik dan potensial. Tapi gue kan bikin karya jarang ya. Tapi sekalinya bikin gue gak mau asal bikin. Nah dari presentasi terakhir, gue gak yakin akan jadi bener."

Gue terdiam memikirkan kata-katanya, berusaha tidak defense dan mensyukuri ada yang mengingatkan. Yang satu script-nya sempurna, tapi gak kelihatan yakin bagaimana merealisasikannya. Yang satu ilustrator yang hebat, tapi message-nya kebanyakan dan semuanya tidak diolah dalam cerita. Yang satu masih tahap riset kain dan belum pernah tahu rumitnya membuat stop motion. Yang satu bahkan belum tahu ceritanya berasal dari Padang bagian mana.

"Gue gak masalah kalau harus diundur, yang penting film ini jadinya bagus,"  setelah menjelaskan panjang lebar kalau keraguannya bukan hanya pada konten. Achievement visual pun demikian.

Gue menatap deretan angka  tanggal di kalender 2013, sambil angka-angka budget menunda produksi berenang di kepala.

"Kalau ditunda, seberapa lama ya kira-kira? "

"Ya tergantung progress sutradaranya. Gue perkirakan sih setahun."

Ngik.

Kepompong Gendut setahun hidup tanpa film?

"Ya lo bikin aja film lain dulu. Tapi terserah lu sih. Kalau mau tetap jalan dengan keadaan kaya gini ya boleh. Tapi gue gak mau ikut-ikutan," katanya tegas sambil tetap tersenyum.

"Atau mau ngembangin bareng-bareng dulu?  Paling penting sih emang duduk bareng, diskusi, nyamain referensi..."

Kembali melihat kalender. 

"Film Indonesia itu udah terlanjur jelek, jadi ada yang beda dikit udah dibilang bagus. Padahal kan udah mau globalisasi, jadi saingan kita mah gak akan film Indonesia lagi," katanya.

Dan selama ini gue selalu menyalahkan penonton yang tidak menghargai usaha gue.  Penonton mau dihibur dengan sesuatu yang matang, gak mau dengar cerita betapa segini aja udah bagus banget untuk Indonesia. Manusiawi.

"Sekarang ya lo harus lebih banyak turun tangan. Sutradaranya ya harus di-direct, biar frekuensinya sama."

Mendirect spesies kreatif memang butuh frekuensi tersendiri. DoP, art, actor, gue udah pernah gue direct. Tapi mendirect sutradara? Ini spesies baru yang udah punya ego kreatif masing-masing.

Teringat cerita Lucky tentang seorang produser badak yang harus berani dibenci.Makanya yoga tiap hari biar tetap bisa menikmati hari di tengah caci maki.

Am I Badak enough?
  
Ngik.

Minggu, 21 April 2013

Creating Reality

Membuat Reality Show ternyata gak sesederhana mengambil langsung hasil alam. Reality harus dipilah dan dipertajam agar 21 menit kita tetap penuh drama dan makna. Karakter-karakter yang terlalu sama akan miskin drama dan tidak mewakili  penonton yang lebih luas.

Karenanya hari ini gue coba belajar membuat realita menjadi drama yang penuh tawa dengan membedah 2 serial bajakan yang gue copy dari laptop Daud:  Modern Family dan  Cake Boss.  Dua-duanya kental tema keluarga. Modern Family diperankan aktor dengan gaya shooting dokumenter. Cake Boss keluarga beneran tapi tetap scripted. 

OPENING
Cake Boss - 15 detik -  efektif ngejelasin Buddy ini punya toko cake customized, yang ngerjain Family dan Kru yang dianggap Family,dan dia adalah The  Cake Boss.

Modern Family - 8 detik -  efektif ngejelasin ada 3 keluarga : 1 keluarga typical Amerika (ibu white, bapak white, dan 3 anak remaja), 1 keluarga gay + anak angkat Vietnam, dan keluarga baru ayah mereka yang kawin lagi ama latino cakep beranak satu.

ISI
Modern Family ternyata punya 3-4 drama di tiap episodenya. Pembagian waktu per drama tidak perlu selalu merata dan berkaitan, yang penting satu tema.

Episode Parenting
1. Cerita Hailey yang pertama kali masuk college diantar orang tuanya. Awalnya dia malu, lama-lama jadi kangen. (8 menit - 4 bagian)
2. Cerita Lily yang pertama kali masuk TK dan berantem. Cam yang ngebelain Lily malah jadi berantem ama orang tua lain yang ternyata lesbian (7menit - 4 bagian)
3. Cerita Jay dan Gloria, pasangan beda usia, yang ikutan kelas merawat bayi. (4 menit - 3 bagian)
+ Tambahan: intro 2 menit - makan malam dengan seluruh elemen keluarga, menjelaskan 3 cerita ini.
+ Tambahan : closing 30 detik - punch line yang menjelaskan betapa mengharukannya parenting.

Episode Fear
1. Cerita Phil dan Mom yang tak sabar menunggu 5 tahun lagi anaknya semua cabutdari rumah.  Peace on earth, finally. Phil mau vasektomi biar gak ada anak lagi. (9 menit- 6 bagian)
2. Cerita Cam yang merasa unfulfilled setelah Lily mulai sekolah dan mulai mengganggu Mitch (4 menit - 3 bagian)
3. CeritaGloria yang hamil dan takut gak kece lagi, sementara Jay takut anaknya cewe karena dia merasa kurang sensitif ( 4 menit - 4 bagian)
+ Tambahan : tanpa intro bareng-bareng, tapi cerita Jay dan Phil bersilangan.
+ Tambahan : ending 30 detik - punch line yang menjelaskan how love overcome fear.
+ Tambahan:  40 detik saling menertawakan. No drama.

Episode Balance
1. Cerita Luke yang gak mau belajar sulap, Phil takut mereka grows apart. ( 7 menit - 6 bagian)
2. Cerita Jay yang kurang tidur karena Gloria yang hamil ngorok (5.5 mernit - 6 bagian)
3. Cerita Cam yang mulai ngajar dan Mitch mulai ngurus Lily ( 6,5 mnernit - 7 bagian)
4. Cerita Alex yang mulai bitchy karena kangen ama kakaknya (1,5 menit - 3 bagian)
+Tambahan : gak ada punchline, tapi diakhiri dengan cerita Hailey yang cukup menjelaskan semua cerita.

Cake Boss juga dibagi 3-4 cerita per episode:

1. Project #1
Strukturnya : introduction client - pembuatan  cake - hambatan - delivery - client happy
Durasinya  bisa dibagi rata  dengan project 2,masing-masing 7 menit. Tapi bisa ngabisin 12 menit sendiri.
Temanya variatif dengan guest star yang unya massa sendiri. Bisa New York Jetz,  komunitas geek penggemar robot, atau penulis buku cerita terkenal.

2. Project #2
Strukturnya sama dengan Project # 1 tapi skalanya kadang-kadang lebih kecil.
Biasanya temanya menyangkut keluarga atau charity.  Misalnya bantuin tukang cat bikin kue untuk kado temennya, bikin kue ulang tahun buat ponakannya yang remaja glitter,  atau kue lamaran.

3. Family Matter #A
Durasi 2-3 menit. Biasanya berkisar drama keluarga.Paling sering berantem ama kakak-akak cewe atau emaknya gara-gara cat toko atau rebutan asisten pribadi. Atau ponakannya ngerusuhin kerjaan.

4. Family Matter #B
Durasi 2-3  menit. Biasanya menyangkut persoalan kehidupan Buddy pribadi  yang pengen ikutan maen pool ama atlet favorit,  atau ngeliatain Buddy dulunya roller skater, atau simply ngejelasin pertama kali Buddy mempekerjakan karyawan cewe.

+ Tambahan :  Summary Episode ini (30 detik)

KARAKTER

Cake Boss karakter yang ditonjolin cuma si Cake Boss. Karakter lain cenderung sama. Tapi dramanya ada di si karakter kue yang selalu beda-beda tiap episode.

Modern Family sangat kuat secara karakter:
FAMILY A : Ayah mantan geek, Ibu stay home mom yang strict dan winning driven, anak 1 cantik tapi bego, anak 2 pinter tapi geek, anak 3 geek kaya bapanya.

FAMILY B : Daddy 1 endut dan lebih artistik dan manly, Daddy 2 geek dan lebih teoritik dan penakut, anaknya penuntut.

FAMILY C :  Ayah udah tua macho n pengen tenang, Ibu latino hot yang bahasa inggrisnya gak jelas, anaknya sok dewasa. 

Karakter-karakter ini gampang banget dibuat drama mendayu-dayu, tapi Modern Family tetap lucu. Bisakah gue menyajikan sepupu-sepupu gue yang penuh drama biar Demi Turki tetap lucu?

Chica- bankir, 33 tahun, 168cm/ 96kg, pengen punya anak ketutup lemak. Life is a series of numbers.
Echa - akuntan, 27 tahun, 168cm/ 75 kg, gak pernah pacaran, rela diet mati2an dan jadi bolot.LIfe is about marriage.
Melda - agen asuransi/ ibu rumah tangga, 40tahun, 168cm/ 100kg, mantan bintang iklan, pengen cakep lagi kaya dulu sebelum melahirkan Karen. Life is a party, better when you're skinny.
Atid - sutradara, 30 tahun, 170cm/ 85kg,  patah hati turun 6kg seminggu, harus cakep biar mantan nyesel. Life is about winning.

Bisalah. No biggie. Ada Daud yang siap menulis biar ceritanya tetap gripping.

Tapi tantangan terbesar di film ini sebenarnya bukan karena cerita, tapi karena gue maen.

Teringat 3 tahun lalu gue ngomong 2 line di Film Lucky, gemeteran.

Damn.

Menonton Gue

Kemaren pertama kalinya film karya gue akhirnya ditayangkan TV. cin(T)a terlalu galak untuk dinikmati penonton TV nusantara. 

Saat ditayangkan, gue memilih OTW Jakarta-Bandung. Buat apa nonton? Sama aja kan?

"Liat iklannyalah. Biar kita tahu animo film kita,"kata Bang Deden.

Ngik.

Gue menggeliat malas. Untung ada Bang Deden.

Propan : berbagai produk material bangunan. Beberapa spot 15 detik.

Walls buavita. Beberapa spot 15 detik.

Smartfren :  spot iklan diatas 2 menit. Hmmm...

MLD Djarum : big gun yg bisa di-approach.

World of Wayang : program dari BCA group "Bakti BCA"

Hydro Coco : spot 5 detik.

Domestos Nomos.

Zee susu dari Kalbe Farma group.

Gue baru nonton pas sudah Behind The Scene. Menonton muka gue sendiri diselingi iklan Persib Aing. Gak ada iklan product.

Mungkin karena BTS dominan muke gue, obat nyamuk pun enggan beriklan.

"Gue di situ ama sekarang gendutan mana Ca?" kata gue menunjuk Sammaria versi TV.

"Ya sekaranglah! Pake nanya,"  jawab Chica ketus.

Gue emang masih 83 kg walau udah turun 10 kg dari sejak premiere. Masih lebih berat 3 kg dari gue versi TV.

Gue 80 kg masih gendut aja ya di TV?

Ya syud shooting Demi Turki 80 kg aja ah.

Jumat, 19 April 2013

Menang

HANYA SATU KATA: MENANG!

Hanya satu spanduk menghiasi ruangan besar registrasi verifikasi dan input data yang dipenuhi panitia dan calon legislator satu-satunya partai baru di jejeran wajah lama peserta Pemilu 2014. Full AC. Minim pengaturan alur manusia.

Dan kelak mereka akan mengatur negara.

Kalau menang.

Makanya menang didoktrin dari awal buat calon kader. Bukan bagaimana sensitif kepada kebutuhan masyarakat.Tapi MENANG!

At least tempat parkirnya tertata rapi.  Semuanya mobil mewah hitam-hitam mengkilat. Satpamnya lebih banyak dari jumlah mobil yang ada. Jadi budaya premanisme negara kita akan tetap terpelihara.

"Kalau ijazah SMA ya gak usahlah, Mbak,"   ibu-ibu endut  berusaha menego mbak verifikasi. Si mbak masam-masam menurut, daripada kuota 30% perempuan gak masuk.

"Mbak, saya udah janjian ama Ibu Leni,"  kata Ibu muda ber-make up mahal tanpa mengambil nomor urut.

Mbak pemegang nomor tidak menegur. Asyik memakan kue basah ke dua-nya. Untung jas partai menyamarkan lemak.

" Eh mbak duluan ya?" tanya Bapak berjas sama melihat gue berdiri gak terima saat dia mau  menyela.

Sejam hanya untuk menyerahkan kekurangan dokumen, gue jadi bertanya-tanya cemas dengan hasil Pemilu 2014.

Berapa dana yang mereka keluarkan untuk gedung ini dan kafe cantik di depannya? Apa yang mereka lakukan kalau gak dapet kursi?

Mungkin sogokan malah lebih besar kalau bukan partai mereka yang berkuasa. Lebih baik buang duit dikit mencoba peruntungan di Pemilu.

Demokrasi. Demokrasi. Lebih mirip korporasi.

"We are small here, but we are the biggest in the world," kata seorang manajer korporasi bernama Arab berwajah Mandarin dan mewakili sebuah negara perbatasan Arab Asia dan Eropa.

Korporasi betulan ternyata lebih efektif. Hanya dalam 10 menit, kepentingan gue sudah dia dengarkan dan jadwal meeting berikutnya sudah diatur.

Lo butuh apa, lo mau ngasih gue apa? Kalau gak cocok, ya gak usah basa-basi. Ngabisin waktu.

Jadi mikir buat apa buang-buang duit  kalau pemenang Pemilu kita sudah tahu.

Karena Pemilu adalah  lahan duit, jadi gak mungkin dihapuskan.

Ah kau. Naif kali pun.

Kamis, 18 April 2013

Hanya Di Jakarta

"Jam 2.45 udah sampai di Victoria ya," BBM asistennya.

Masih  2 jam lagi dan gue udah nervous gak sampai tujuan tepat waktu.

Hanya di Jakarta.

"Hujan nih mbak," jawab BBM gue. Si mbak langsung mengerti the subliminal message :  belum tentu gue nyampe.

Hanya di Jakarta.

Mobil belakang mengklakson tak sabar karena di depan mobil gue ada space kosong 1 meter.

Hanya di Jakarta.

"Parkirnya penuh, Mbak. Tapi coba aja muter-muter dulu cari."

"Saya ada acara jam 3 Pak. Valetnya ada?"

"Di sana Mbak,"  jawabnya sambil menunjuk sebuah kotak ala kadarnya nun jauh dari lobi, terguyur hujan dan petir, dan tak berpenghuni.

Hanya di Jakarta.

"Silakan tunggu sebentar, Mbak. Ruangannya sedang disiapkan," kata si resepsionis ramah. Gue melirik bawah meja.  Sendal jepitnya tak matching dengan outfit profesionalnya. Sebuah sepatu berhak teronggok di sebelah.

Hanya di Jakarta.

"Ini dari kita. Gak usah ditandatangan," kata salah satu staf menyerahkan sebuah amplop sebelum kami pulang. 5 juta.

Hanya di Jakarta.

Sejam kemudian, Gedung Victoria masih tertinggal 10 meter di belakang mobil gue. 10km / jam sudah anugerah untuk di saat hujan.

Hanya di Jakarta.

Mending nonton dulu, nungguin semua kendaraan berlalu. Belok kanan,  salah jalan.

"Taik lo, Babi!" seru pengemudi mobil seberang.

Hanya di Jakarta.

Jam 11 malam, jalanan masih ramai walau tidak lagi berdesakan.

Hanya di Jakarta.

Dulu jalan Jakarta gak kerasa sekeras ini. Mungkin karena dia.

Hanya di Jakarta.



Rabu, 17 April 2013

Dongeng

Dongeng berbeda dengan mitos. Mitos berkaitan dengan kepercayaan seseorang, jadi harus hati-hati karena menyangkut kebenaran versi seseorang. Salah-salah bisa didemo.

Dongeng berbeda karena dia bisa menceritakan kebenaran dengan cara yang menyenangkan. Tidak ada yang merasa kebenarannya diserang.

Dongeng punya 4 manfaat:
Manfaat sosial - merawat kedekatan masyarakat sekerabat
Manfaat psikologis - menuntun pendengar menjadi lebih tahu diri sendiri
Manfaat filosofis - menyamarkan arti hal-hal njelimet biar yang denger mikir sendiri
Manfaat hiburan - menyenangkan mata dengan gambar-gamabar imajinatif

Karenanya hari ini kami mau mendongeng kepada lingkaran teman terdekat sebelum Dongeng ini memasuki tahap yang lebih mahal, shooting. Mudah-mudahan bisa memenuhi 4 manfaat tadi, gak cuma jadi karnaval visual dengan tafsir suka-suka akibat riset pas-pasan.

Sebagai produser, gue seperti berdiri di dua tempat.  Satu kaki berdiri di dunia karnaval gambar keren yang memuaskan penonton muda dan menyenangkan dahaga para sutradara yang pengen bikin film yang ada UFO, alien, robot, dan baju-baju cantik. Kaki lain harus berdiri di pemahaman mendalam tentang substansi dongeng yang bukan milik kami sendiri. 

Menceritakan ulang dongeng bisa dengan dua cara. Cara pertama ya mendekatkan si dongeng  antah berantah ke penonton dengan menerjemahkannya ke kehidupan sehari-hari yang emang udah dekat dengan penonton. Tapi para sutradara centil ini pengennya bikin film science fiction. Jadi akan ada UFO alien dan robot yang jelas-jelas gak dekat dengan sehari-hari  penonton.

Robot alien UFO itu masih strata terendah dari science fiction. Science fiction itu all about cara pikir, bukan parade gambar doang. Logika sebab akibat  harus tetap jelas!

Ngik.

Lima sutradara terdiam, berpikir keras bagaimana caranya agar kecentilan visual mereka lebih bersubstansi.

Lutung Kasarung itu ternyata berasal dari pantun yang menceritakan rahasia Surgawi pada masyarakat terpilihnya : Sunda.  Dan banyak menceritakan etika perempuan Sunda.

Cinduo Mato ternyata menceritakan tentang perbatasan dua negeri yang tidak asal diberi nama Imbun Tulang. Kalau lewat dan gak cukup sakti, bisa jadi tulang belulang. Di negeri ini, perempuan punya peran besar karena berhak memilih jodoh sendiri.

Bawang Putih yang  diingat orang kerjaannya nyuci mulu, ternyata bisa nyambung dengan keinginan sutradara mengeksplorasi visualkain-kain nusantara.

Sigale-gale  ternyata gak terjadi di Batak saja. Di suku Asmat pun ada ritua menari menghidupkan kayu.

Timun Mas ternyata bisa jadi karakter yang lebih dark dan complicated karena penuh permainan psikologis.
     
Dan kita baru menyadari 5 dongeng kita ternyata diisi wanita-wanita yang penuh kemarahan. Ada yang marah karena orang tuanya hilang dan umur 17 tahun juga akan diambil. Ada yang marah karena iri dengan orang lain yang lebih disayang. Ada yang marah karena dijadikan property rebutan 2 pria. Ada yang marah karena diasingkan. Ada yang marah karena anaknya diambil Tuhan.

Seharusnya Dongeng Marah ini bisa menjadi dongeng yang kuat dan tidak cape ditonton asal kita bisa menggabungkan benang merah kemarahan ini dan menerjemahkannya lewat:

1.visual
Dominan Merah!   Ditambah karakter bulan merah yang mucul dari masa ke masa.

2. Musik
Belum tau nih. Pastinya dimulai dengan hening, dan tambah marah tambah ber-dentum.

3. Alur sambung menyambung
Dimulai dari cerita zaman dahulu kala, 1980an, 2100,  menjelang apocalypse, dan pasca apocalypse. Ending film ke 5 menjadi awal film pertama, karena dunia tetap berulang.

Berkat  masukan teman-teman hari ini, sepertinya karnaval visual kami akan menjadi puisi yang matang,

Tapi tetap. UFO robot dan alien harus ada.

Selasa, 16 April 2013

Casting

Teringat casting cin(T)a yang membutuhkan 4 bulan hanya untuk mencari pemeran Annisa, casting Dongeng Bawah Angin jauh lebih singkat dan menyenangkan.

Tinggal sebar informasi di Twitter, ratusan talent potensial berdatangan. Tinggal memilih  30 orang yang kira-kira cocok untuk beberapa peran di Dongeng Bawah Angin dan yang paling penting: menyenangkan untuk diajak kerja sama dan toleran dengan kepompong kita yang mungil tapi gendut ini.

"Saya ingin bertanya kepada Mbak Sammaria kenapa saya tidak dimasukkan dalam daftar casting dan kenapa email script saya tidak dibalas," kata salah satu peserta yang tiba-tiba muncul tanpa dipanggil. Satu dari banyak orang yang mengirimi gue script dan merasa gue wajib membuatkan filmnya untuk dia.

Gue menghela nafas panjang, tapi tertahan oleh amarah. Tadinya gue ingin menghargai usaha dia yang sudah jauh-jauh niat datang tanpa diundang dengan memberikan dia kesempatan casting. Tapi belum 1 menit dia sudah menjawab pertanyaan salah satu sutradara dengan nyolot. Emak-emak Batak inside me langsung terpancing untuk balas mengaum.

Acting is all about trust and patience, sayang. I don't trust you and I have absolutely no patience to work with you.

Ada juga talent tak diundang lainnya datang, jauh-jauh dari Jakarta. Full of talent and lack of anger. A good ending to the evening.

The rest of the 30's are great. Indri dan Deden did a good job picking them. Gak berasa casting, gue malah berasa terhibur dengan performance mereka.

Ada talent titipan Mak Gondut, anak Batak temannya yang sudah kita under appreciate pas liat CV, tapi ternyata mempesona di atas panggung dengan nyanyian selamat ulang tahun untuk Mak Gondut versi Bahasa Lutung.

Ada talent yang gerak tubuhnya menyihir, tapi aktingnya RCTI jam 8 malam.

Ada talent yang filmnya ke Sundance karena tariannya, usahanya tak dipertanyakan, tapi somehow ber-aura intimidasi ala Agnes Monica. Indri langsung nge-fans, tentunya.

Ada talent yang baru gerak dikit udah bikin gue ngakak, tapi gak tahu mau gue kasih peran apa.

Ada talent yang ternyata adiknya Jihan, kita suruh jadi Annisa. Doi cowo btw.

Dan malam itu diakhiri dengan nyanyian lagu baru ciptaan Acun, mau curi-curi kita masukin ke serial Demi Turki episode pas gue casting.  Biar Acun bisa curi-curi start promo album barunya.

Malam ini berakhir dengan bahagia, tapi harap-harap cemas.

Harap-harap cemas karena ini pertama kalinya gue galak menolak menjabarkan kenapa seseorang harus ditolak. Ternyata gue bukan seorang pendidik seperti yang selama ini gue khayalkan.

Oh well.

Harap-harap cemas karena banyak banget talent luar biasa yang gak bisa gue offer peran. Pikiran mulai merangkai cerita apa yang bisa gue buat diperankan mereka.

Harap-harap cemas  karena Acun sudah 29 tahun dan lagunya baru jadi satu bait. Dia harus langsung balik Jakarta karena mau mengurusi sebuah promo festival film, bukan menyelesaikan lagu.

Semua orang punya jalan masing-masing yang harus masing-masing mengerti dan hargai.

Teringat dulu gue juga pernah dicasting untuk masuk jadi pegawai di sebuah perusahaan advertising. Dunia berasa berakhir ketika visa gue tidak ditolak. Looking back, gue bersyukur ditolak. Kalau nggak, gue masih bikin iklan dan gak akan pernah bikin film.

Is it bad?

Semua baik, katanya.

Semua baik, adanya.

Kita butuh ditolak untuk tahu itu bukan yang benar-benar kita mau.

Rejection is God's way to tell us we have something else to do.


Senin, 15 April 2013

Satu

Buka berita pagi ini, mencoba memahami manusia-manusia dan motif mereka. Temukan betapa semua berita sebenarnya berhubungan. Ada sebab, ada akibat.

Muhammad Nuh harus bertanggung jawab karena tertundanya Ujian Nasional di 11 provinsi.

Kasus korupsi PON Riau mengungkap keterlibatan ketua fraksi sekaligus Bendahara Umum Golkar.

Grup Bakrie terancam sentimen negatif di Bursa Saham.

Kisruh PSSI.

Kurang dari setahun, tiga nyawa melayang di dunia tinju Indonesia. Tanda ada yang tak beres.

TNI menutup investigasi penyerbuan anggota Kopassus di Lembaga Pemasyarakatan Cebongan. 

Adik Prabowo Subianto membeli saham Bumi.

Polo semakin digemari di Indonesia. Seperti golf, polo bukan sekedar olahraga melainkan gaya hidup dan tempat membangun jaringan.

Tarif penerbangan bakal naik.

Pertamina sumbang mobil ambulanz.

BBM subsidi akan beda harga bagi angkutan pelat kuning dan pelat hitam.

GE membeli perusahaan Shale Gas di Amerika.

Veteran menuding George W.Bush bertanggung jawab atas kerusakan dalam Perang Irak.

Amerika Serikat:  pertemuan rahasia dengan Korea Utara.

Warga merayakan wafatnya Margaret Thatcher di Glasgow, Skotylandia.

Maduro dan kisah burung kecil yang didatangi arwah Hugo Chavez.

Penghasil sampah terbesar dunia adalah AmerikaSerikat, Australia, dan Islandia. Sampah Indonesia 490.000 ton per hari.

Kuota haji Bandung dan Bekasi berkurang.

Mesjid Ahmadiyah di Bekasi ditutup. 

Toto Hutagalung disebut-sebut dalam kasus narkoba di Serang.

Partai berlomba mencapai kuota caleg 30% perempuan. Terganjal izin suami.

Istri Dada Rosada mencalonkan diri sebagai pasangan walikota Bandung.

Pembelian gedung Bank Jabar Banten di Jakarta mencurigakan.

Sapi impor yang didatangkan lewat program kredit usaha pembibitan sapi susah dikembangbiakkan.

Tidak ada yang kebetulan.

Ignorance is simply no more bliss.

Minggu, 14 April 2013

Creation

Creation - Uncreation - Recreation

Sebagai orang yang dilahirkan di suku Batak, dibesarkan secara Kristen Protestan,  dan dididik di sekolah yang mengutamakan Ilmu Pengetahuan Alam, gue mendapatkan setidaknya tiga versi sejarah penciptaan dan penghancuran dunia.

Sebagai orang Batak, gue diceritakan tentang si Naga Padoha  yang berhasil diikat si Boru Daek Parujar,  tapi masih suka goyang-goyang dan menyebabkan gempa di Dunia Tengah, tempat kita hidup. Setelah itu Si Boru Daek Parujar kawin dan menurunkan si Raja Batak langsung ke Pusuk Buhit, gak lewat Adam dan Hawa.

Sebagai  Orang Kristen Protestan versi HKBP, gue diceritakan tentang 6 hari penciptaan yang diakhiri dengan penciptaan manusia bernama Adam. Beberapa generasi setelah Adam, Tuhan membersihkan bumi besar-besaran lewat  banjir yang menyisakan hanya Nuh dan keluarganya.

Sebagai lulusan sekolah yang mengutamakan muridnya belajar IPA, gue diceritakan tentang Black Hole dan betapa dunia sesungguhnya sudah berumur jutaan tahun. 75000 tahun yang lalu,  Danau Toba meledak dan menghabisi 60% penduduk bumi dan bumi dilanda musim dingin selama 6 tahun.

Semua merasa ceritanyalah yang benar. Cerita lain hanya dongeng.

Dongeng menceritakan kebenaran dengan cara yang berbeda. Tidak semua orang mau mendengarkan kebenaran karena masing-masing punya kebanarannya sendiri.  Karenanya hari ini gue memilih untuk mendongeng, agar tidak ada yang tersinggung.

Settingnya di dunia kita, entah 75000 tahun sebelum masehi atau setelah masehi, or it can be both. Sebuah megavulkano meletus dan menghabisi 60% penduduk bumi. Sisa 40% selamat karena mereka berlindung dalam sebuah kubus melayang yang sudah dipersiapkan jauh-jauh hari oleh Sang Kapten. Sang Kapten mengajak istrinya, 3 anaknya bersama istri mereka, dan masing-masing sepasang dari tiap hewan.

Cerita belum berakhir di sana. Setelah 150 hari, musim dingin belum juga berlalu. Mereka terperangkap di dalam kubus itu dan mulai kehabisan bahanmakanan. Satu per satu hewan yang mereka bawa beralih fungsi jadi makanan. Ketika jumlah hewan mulai sedikit, persaingan antar anak-anak  kapten mulai meruncing. Tidak hanya rebutan makanan, mereka juga bertengkar siapa yang berhak menguasai bumi setelah musim dingin berlalu.

Perang tak terhindarkan, menyisakan hanya para wanita dan anak-anak. Anak-anak lelaki punakhirnya ikut berperang. Tinggal tersisa seorang ibu dan anak perempuan, Gale.

Si anak terlahir lemah sehingga si Ibu melarang anaknya melakukan apapun, apalagi menari. Lebih baik menunggu sampai musim semi tiba.

Tapi si anak tetap menari. Untuk apa hidup kalau hanya diam seperti orang mati.

Si anak meninggal dengan bahagia, ketika menari, menyisakan si Ibu sebagai penghuni terakhir kubus. Uriel datang dan merasakan kesedihan si Ibu.Uriel mengingatkan si Ibu kalau Pencipta mereka sudah berjanji kalau keturunannya tidak akan selesai. Saat pelangi muncul, si Ibu harus menyusuri pelangi dan menemukan sebuah pohon yang masih tersisa di bumi.

Si Ibu pun berekreasi menyusuri pelangi sampai menemukan sebuah pohon di tengah padang tandus. Dia menanam anaknya di sana dan menunggu sampai ia tumbuh kembali.

Si anak tumbuh kembali, tapi tidak bisa ngapa-ngapain kecuali menari.

Aduh kok jadi menyeramkan ya? It's a story of recreation. It's supposed to be more fun. Namanya juga rekreasi.

Bisakah yang menyeramkan menjadi menyenangkan?

Sabtu, 13 April 2013

The World After Twitter

Awalnya bermotif narsis, pengen liat foto gue untuk pertama kalinya masuk majalah nasional 2 halaman penuh, gue keluar duit 33.000.  Duit yang terlalu besar buat membeli berita bagi generasi  biasa gratisan kaya gue.

Ternyata ada berita soal tiga kakak beradik lintas partai yang suka memancing ikan besar di tengah sungai miskin bernama Indonesia. Minggu itu majalah mereka digugat si adik. Karenanya minggu depannya gue beli lagi, walaupun muka gue gak lagi muncul. Lumayanlah nambahin 33 ribu buat mereka melawan.

Minggu depannya gue beli lagi. Gak lagi berpikiran berderma, karena sepertinya mereka gak butuh 33 ribu gue. Tapi nagih baca cerita mereka. Cerita tentang bawang merah, bawang putih, sapi, bapak-bapak billboard, dan curhat si Komo.

Dulu gue males baca majalah. Untuk apa? Cuma memperkaya bapak-bapak kaya yang mau meingisi otak gue dengan kebenaran versi mereka. Lebih seru baca informasi gratisan dari Facebook, Twitter, Wikileaks, hasil kreasi para  milioner muda, bersepatu kets, dan  bergadget.

Lama-lama informasi semakin banyak. Semakin sulit mengikuti semuanya. Semakin gue cuma baca yang bersangkutan dengan gue saja.

It's all about me.

Penjualan majalah dan koran semakin menurun. Iklan semakin menurun, lebih memilih masang di Google atau blog personal yang lebih murah tapi tepat target market. The New York Times harus mencari cara agar mereka bisa bertahan, membuat majalah versi online yang tetap berbayar.

Siapa yang mau bayar ketika kita bisa dapet berita gratisan?

Ternyata banyak bo. Dan mereka sekarang jadi situs berita terbesar di dunia.

Lo bisa dapet berita gratisan emang. Banyak banget tinggal click. Terlalu banyak malah. Ketika lo berlangganan majalah online, lo kaya membayar kurator berita. Lo gak usah susah-susah search, lo langsung disajikan berita-berita yang lebih menarik, lebih terpercaya, dan lebih mendalam.

Kedalaman, something 140 characters can't deliver.

Kalau perusahaan segendut The New York Times bisa survive jualan berita di tengah-tengah banjir berita, kenapa gue gak bisa jualan film di tengah-tengah banjir film? Gue kan gak segendut mereka, jadi harusnya bisa bergerak lebih lincah.

OK. Penonton film kita adalah remaja yang hiburannya tidak lagi menonton. Ngapain bayar 25 ribu kalau lo bisa nonton Youtube gratisan? Ngapain macet-macet ke Grand Indo kalau lo bisa nonton di rumah? Ngebalesin mention di twitter aja udah abis waktu, gak perlulah nonton  ke bioskop.

Ngapain juga gue ke Bioskop? Pendapatan gue cuma 30% dari penjualan gara-gara bagi-bagi ama pajak dan yang punya bioskop. TV juga cuma mau nayangin materi-materi aman yang halal dikonsumsi pasar C dan D.

Mending gue bikin film langsung untuk penonton. Penonton yang biasa download film, gak betah berlama-lama, dan cuma mau keluar duit buat sesuatu yang nambah gengsi: outfit dan segelas kopi di kafe asik.

Nothing I can do to change them. Gue yang harus berubah. Film seperti apa yang mereka mau nonton, dan gue masih mau bikin?

Gak harus film kok. Cerita. Cerita seperti apa yang mereka mau nonton dan gue mau bikin?

Pendek. Penting. Penasaran.

Temu Lawak

Udah bukan jamannya melawan penyakit. Lebih baik mengajak mereka berteman, sehingga tidak merugikan tubuh kita. Itulah prinsip kerja pengobatan homeopati yang diimpor langsung dari Jerman, terbukti tidak meninggalkan efek samping pada tubuh, dan merugikan keuangan.  Karenanya gue melirik ke sebuah tanaman asli Indonesia yang cantik di atas dan koreng di akar. Tapi si korenglah yang ternyata banyak mendatangkan manfaat, si bunga cantik dipajang aja.

Temu Lawak.

Namanya saja sudah membuat ketawa, konon tawa adalah obat paling mujarab. Apalagi untuk penyakit-penyakit komedi seperti milikku.  Fatty Liver.

Bukan liver.Kalau liver, penyakitnya masih membanggakan. Karena Liver adalah lambang para pekerja keras yang bekerja sampai lupa makan minum. Atau lambang kegagahan karena identik dengan James Bond, alkohol, dan gonta ganti wanita.

Fatty liver identik dengan kerakusan dan kemalasan.

Karenanya mari kita tertawa bersama Temulawak agar lemak dan dendam segera menghilang dari bait allah gue yang 85.6 kg ini. Padahal kemaren-kemaren sempat 84. Damn.

Khasiat temulawak adalah:

1. Sebagai detox alami untuk liver atau hati.
Membersihkan lemak dan dendam dari hati yang luka. Andai Betharia Sonata kenal temulawak, mungkin dia tidak akan merana.

2. Sebagai antiseptik dan antibakteri alami terutama berguna untuk mengobati luka bakar.
Untuk hati yang terbakar dendam juga mungkin bisa.

3. Karena khasiatnya sebagai anti-peradangan alami, dapat mengatasi gejala peradangan sendi (rematik) & serangan asam urat.
Untuk hati yang meradang juga bisa.

4. Meningkatkan kualitas juga jumlah ASI.
Kata si Boru Raja, dia bisa kurus karena menyusui. Ada yang butuh ASI kualitas tinggi agak rasa temulawak dikit? yuhuuuu... Anyone?

5. Penawar rasa sakit alami, terutama ketika masa menstruasi pada wanita.
Tiap bulan gak ke  Anmo Peter Cung lagi dong?

6. Dapat membantu kontrol metabolisme lemak dalam tubuh dan kadar kolesterol.
Lemak dan kolesterol, hati-hati kalian! Temulawak mau datang.

7. Mengatasi maag, sakit kepala, masuk angin, sembelit juga jerawat di wajah.
Bah! Bebas jerawat juga? Cakep banget deh gue berkat temulawak. Mbok, beli temulawak  3 liter!

8. Dipercaya sebagai penambah nafsu makan untuk segala usia.
Eh,  Mbok. Gak jadi deh.

Jumat, 12 April 2013

Demi Senayan

Subuh-subuh Mak Gondut dan 2 anaknya sudah berangkat dari Bandung menuju Ibukota. Sehari sebelumnya Mak Gondut sudah mempersiapkan stick untuk bermain golop bersama ibu-ibu Kartini Cup. H-1 dibatalkan karena ada SMS berantai undangan penetapan calon legislatif  partai peserta pemilu nomor satu.

"Tapi undangannya untuk Linda Marpaung. Ini mami gak ya?" Tanya Mak Gondut harap-harap cemas. Namanya Lina, bukan Linda.

Gue melepas Mak Gondut ke kerumunann massa berjas biru, berharap mereka salah ketik. Kebayang kalau ternyata si Linda Marpaung datang dan  Mak Gondut pulang  tanpa nomor urut.

Kenapa Mak Gondut harus berpartai politik? Yang jelas bukan untuk menurunkan harga subsidi BBM atau mencegah pembotakan Babakan Siliwangi. Apakah dia kurang aktivitas karena anak-anaknya kurang sayang?

"Biarin ajalah dia. Asal gak gangguin kita," kata salah satu anak Mak Gondut.

Bukan pertama kalinya dia ikutan pemilu. Dulu dia pernah jadi caleg dan pulang membawa bon sticker dan kaos, tanpa kursi di DPRD Bandung.

"Ya dijagain aja sih dia," kata si Boru Raja simpatik di sela-sela tips menjaga berat badan.

Tunggu ditunggu sampai jam 7 Mak Gondut tak juga meraung minta dijemput. Pertanda Linda Marapaung memang dia adanya.

"Tadi ada yang kenal lho Mami siapa. Katanya: yang maen pilim itu kan ibu?"  katanya bangga saat dijemput pulang, 2 jam setelah perjanjian.

Mak Gondut resmi jadi caleg nomor 3 setelah Ricky Subagja dan anak ketua cabang somewhere.

"Kita ajuin ajalah ke Surya Paloh biar dibikinin serial Mami," goda anaknya usil.

Mak Gondut tersenyum-senyum mau, "emang bisa?" tanyanya menyembunyikan harap.

Demi Senayan.

Emang bisa?

Selasa, 09 April 2013

Manis

"Tambahin satu karakter deh yang manis-manis biar penonton cewe betah," katanya merevisi reality show gue.

Gak reality show lagi dong kalau scripted?

Ternyata semua reality show scripted. 

Reality juga scripted kok. Buka aja scripture. Endingnya udah ada.

Jadi hari ini kita menambahkan seorang karakter manis, menggantikan posisi Bang Deden sebagai antagonis.

Untuk antagonis, mendingan cewe. Batak. Yang udah nikah ama Batak. Beranak dua. Tapi badannya masih singset. Lehernya masih angsa. Suaranya masih bikin merinding. Dan mengaku anaknya Raja.

Biar boru-boru Juntak lain di Demi Turki makin senewen. Makin drama. Makin seru ditonton.

"Itu mah bikin penonton cewe sebel, gak malah pada betah," kata gue melihat hasil search image si Boru Raja.

Boru Raja it is then. Pemanisnya nanti aja gonta ganti per episode.

Revenge is sweet but not fattening.

Senin, 08 April 2013

My Own Dystopia

"Film ini rawan banget looknya kejebak jadi  kaya film-film Dystopia 90an ya. Terminator. Robocop. Underworld...

"Underworld sih masih bagus ya," kata salah satu aktor gue.

Dystopia? Gak mau ketahuan gak tahu, gue langsung cek cek google, my savior.

Definition of DYSTOPIA
1: an imaginary place where people lead dehumanized and often fearful lives
2: anti-utopia

"Nggak akan kok, makanya lo ikutan aja hunting lokasi. Ntar kalau lokasinya udah ketemu, elemen-elemen lain akan mengikuti,"  kata gue mengutip aktor gue lainnya. Sudah 3 lokasi didatangi: hutan hijau bersungai bergua dan berkuburan batu, tempat pembuangan sampah akhir dengan sampah plastik sejauh mata memandang, dan gunung tempat penambangan batu dengan mesin-mesin. Belum ada yang memenuhi dystopia versi kita.

Working with 2 visual artists yang perfeksionis, sutradara diteror untuk lebih bervisi dan berimajinasi kalau gak mau didemo pemain di tengah shooting.

Ayo, sutradara. Bayangkan. Dalam beberapa ratus tahun ke depan, dunia akan menjadi seperti apa?

Dunia tinggal diisi segelintir wanita dan bencong. Laki-laki udah pada mati karena perang, bunuh diri kalah pemilu, atau mati ketimpa billboard kampanye sendiri. Mungkin masih ada Papi dan cowo-cowo non patriarki tersisa, tapi budget gue cuma buat 3 karakter, jadi anggap sajalah mati semua.

Dunia udah gak lagi berpohon. Udah jadi tempat pembuangan sampah buat planet-planet lain. Atau tanahnya abis ditutupin kuburan? Atau simply tandus tak berkehidupan? Yang tersisa hanya segelintir manusia yang menguasai Energi Terbarukan dan budayanya tidak tergantung bahan bakar fosil.

Atau mungkin Danau Toba meledak lagi, jadi 60% populasi dunia punah dan bumi diselimuti musim dingin selama 6 tahun? 40% persen yang tersisa ini siapa saja?  Mereka yang gak tinggal dekat Danau Toba? Tentunya mereka yang punya teknologi pemanas yang gak tergantung PLN karena PLN udah menghancurkan diri sendiri karena tak ada lagi minyak dan gas yang menghidupi. 

Atau mereka yang lemaknya tebal? Bah udah keburu mati kurang kardio.

Atau mereka yang  gak butuh makan banyak karena makanan udah pada abis?

Atau mereka yang bisa makan sesama manusia?

Atau binatang-binatang yang tahan api?  Kecoa?

Mereka yang punya teknologi sejenis kapal Nuh versi volcano resistant?

Lebih seru Bahtera Nuh! The Cube floating in a dystopian world. Nah, selama 6 tahun musim dingin, bukannya bekerja sama menghadapi bencana,  para penghuni Bahtera Nuh ini kemudian saling bertarung satu sama lain untuk mendapatkan kekuasaan.

Jadilah sisanya tinggal para wanita, anak-anak, dan bencong.

Mereka mengembangkan sebuah teknologi yang bisa menghidupkan manusia kembali seperti layaknya pohon. Hanya saja tidak sembarangan orang bisa dihidupkan kembali karena mereka takut kalau orang-orang penjahat bumi akan dihidupkan kembali.

Kenapa Gale harus dihidupkan?  

Kenapa dia gak boleh menari?
 
Kenapa semua harus mati?

Kenapa pohon bisa hidup lagi?

Just wait and see. Ceritanya akan tetapseru walau  endingnya kita sudah tahu.

Pelangi.





Minggu, 07 April 2013

Nafas

Gue terduduk, hampir blackout setelah beberapa pose sederhana di hari ke tiga latihan pelenturan Gale, pemeran Dancing Gale yang in real life beneran penyakitan. Harus dilenturkan.

Taunya sutradara yang tumbeng.

Apakah ini karena perut kegendutan? Kurang sarapan? Atau kemalasan badan?

"Makanan sebenarnya tidak pengaruh. Manusia bisa hidup berbulan-bulan hanya dengan air saja. Mungkin kemaren kurang istirahat?" tanya instruktur melambai yang ternyata beristri.

Gue selalu tidur 8 jam. Gak lihat kulit gue bersinar terang?

Mungkin karena gue tidak bernafas dengan benar. Asupan oksigen ke otak tidak lancar.

Nafas. Gus selalu lupa bernafas. Lupa memberikan nutrisi buat tubuh dan otak gue. Makanya dia selalu terbawa ke masa lampau dan lupa menikmati matahari kini.

Roh tubuh dan jiwa. Mind body spirit. Jiwa raga karsa.

Hidup itu seperti bernafas, ada harmoni. Berkarya juga. Film itu bernafas. Coba rasakan...

Tarik...

Buang...

Tarik...

"AH gue gak suka yoga! Gue tuh meditasi lari 10 kilo ampe ga bisa mikir lagi. Nah itu buat gue meditasi," kata penulis 43 tahun bersepatu boots bertetek kencang dan berlengan padat.

Makanya karyanya penuh passion, kasar, tapi tetap bernafas. Lari 10 kilo gak akan kuat tanpa nafas yang benar.

"Anjing pug emang nafasnya jelek," kata si Gale sambil tertawa mengejek.

Muka gue langsung berlipat-lipat. Tambah pug.

Hari ini gue gak mau lagi jadi pug. Gue mau di umur 43 nanti foto di majalah Tempo, pake boots, tank top ungu, dan pamer lengan.

10 kilo?

2 kilo dulu deh, Mbak.
 

Saboteur

Ada 7 kurcaci. Empat ingin menemukan emas, 3 ingin menghalangi. 4 kurcaci  pencari emas harus menyusun 7 kartu yang menghubungkan tangga awal dan lokasi emas. Yang membuat permainan kartu ini tambah full drama dan tawa karena tidak ada yang tahu siapa kawan dan lawan. Siapa kurcaci pencari emas dan siapa kurcaci saboteur.

It needs acting.

Karenanya gue selalu kalah dan 2 wanita di kanan kiri gue selalu menang berkat jago memalsukan senyum dan menyusun strategi penipuan.

Laen kali gue casting suruh maen ini aja deh.

"Gak seru kalau jadi kurcaci baek. Mending jadi Saboteur," kata si Kanan.

"Iya.. Kalau Saboteur lebih banyak tantangan," sambut si Kiri dengan mata nakal.

Pantesan gue selalu ketahuan. Gue suka yang aman-aman. Kecanduan dengan kemapanan. Dan selalu takut dikalahkan.

Sejak kapan gue suka yang aman-aman? Mungkin karena sejak kecil gue selalu jadi anak baik, disayang mami papi dan dipuji guru-guru. Overdosis approval, gue jadi selalu butuh approval orang lain.

Gak seperti 6 kurcaci lainnya.

Enam kurcaci lainnya lulusan sebuah sekolah seni rupa ternama di Bandung. Tiga dosen dan tiga mantan mahasiswa, tapi tak terasa beda kasta seperti hubungan dosen-mahasiswa di sekolah-sekolah Indonesia pada umumnya. Sepertinya memuja ketidakmapanan, sangat suka dengan tantangan, dan somehow terasa lebih menyenangkan.

Ada satu masa gue gak takut dengan ketidakmapanan. Resign, gak takut gak punya duit karena Tuhan pasti mencukupi. Gak takut gagal karena Tuhan gak peduli hasil akhir. Gak takut gak menyenangkan karena Tuhan gak menuntut gue fun.

Tapi setelah berjalan dalam lembah kekelaman dan nonton Borgias season dua, gue semakin curiga dengan semua yang memakai kata Tuhan. Mungkin karena dulu gue sering memakai kata Tuhan simply karena lingkungan  gue lebih menerima ketika gue ber-Tuhan.  I need my daily dose of approval.

Tapi gue suka berdoa. Gue suka ngobrol-ngobrol tiap pagi dengan Tuhan. Gue suka punya my own personal time dengan Tuhan, membuat gue lebih tahu siapa gue, apa gue, dan kenapa gue tanpa terpengaruh keinginan gue yang untuk selalu diterima lingkungan. 

Doa  adalah sumber kekuatan. Doa adalah sumber keyakinan. Dan doa adalah sumber penghiburan.

Cara gue berdoa mungkin tidak sama lagi dengan kalian. Tapi bukan berarti Tuhan tidak mendengarkan. 

"Oi. Nyangkul lo," si Kiri mentoel, melihat gue bengong.

Gue kembali ke kartu dan melanjutkan sabotase. Tuhan kembali menunggu.

Sabar ya. I'm working it out.

Jumat, 05 April 2013

Peta Di Awan

Pagi ini gue memandang awan. Putih tanpa biru, dengan gradasi kelabu. Hujan deras membuat Bandung Utara terasa dingin-dingin romantis , Bandung Selatan banjir-banjir tragis.

Seratus lima puluh tahun yang lalu, menantu seorang pedagang budak juga pernah memandang langit. Dia merasa waktunya sudah dekat, istrinya masih di seberang lautan. Satu-satunya yang bisa mengobati kerinduannya adalah langit, langit yang sama  yang akan dilihat istirnya. Untungnya dia pernah menolong seorang budak yang menyelundup ke kapal ini, sehingga si budak berbalik menolongnya. Sesampainya di daratan, hidupnya berubah. Dia mempelopori persamaan hak kulit hitam dan menuliskannnya dalam sebuah jurnal.

Selang setengah abad, kata-katanya dibaca seorang komponis muda yang kemudian menulis sebuah musik yang diberi judul Peta Atlas. Dia mati bunuh diri sebelum sempat mempublikasikan musiknya, sebelum Love of his life sempat melepas rindu.

Tapi musik ini  sampai ke telinga seorang jurnalis San Fransisco di tahun 1975. Musik ini tidak terkenal, tapi Rey merasa yakin dia mengenal musik ini. Tanda lahirnya pun sama dengan si komponis, kata kekasih si komponis yang 'kebetulan' terperangkap bersama Rey di dalam lift. Pertemuan kebetulan ini membawa Rey kepada penyelidikan  kolusi di perusahaan nuklir yang ternyata didanai duit minyak yang kemudian dituliskan Rey dalam sebuah novel.

Di London masa kini, novel ini dibaca seorang penerbit pengecut yang akhirnya berani membebaskan teman-teman jomponya dari Penjara Jompo. Pengalaman kabur ini  akhirnya menjadi sebuah film.

Filmnya ditonton di Neo Seoul oleh seorang manusia kloningan yang dianggap lebih rendah dari manusia beneran. Manusia kloningan boleh didaur ulang setelah 12 tahun hidup dan  dijadikan sebagai sumber protein murah yang dikonsumsi sesamanya. Sonmi akhirnya menuntut persamaan hak dan memimpin gerakan perubahan dan menyebarkan pidatonya lewat  internet.

2000 tahun kemudian, Sonmi sudah menjadi Tuhan bagi banyak orang. Pidatonya dituliskan sebagai kebenaran yang harus dihayati setiap pagi. Namanya disebut untuk meminta perlindungan dan kesembuhan.  Setelah dunia hancur, manusia pindah ke planet lain. Tapi tiap malam seorang pengikut Sonmi selalu menceritakan Bumi kepada anak cucunya. Semuanya mengelilingi dia di bawah ribuan bintang, persis seperti imajinasi gue tentang Abraham.

Cerita turun temurun, lewat jurnal, musik, novel, film, youtube, dan oral. The storyteller keeps generations in touch with each other. Lintas waktu. Lintas tempat. Lintas kulit. Lintas planet.

Cerita yang sama terus berulang. Manusia terus saja mengulangi kesalahan yang sama. Menganggap orang lain lebih rendah daripada dirinya.  Ada suatu masa kulit hitam dianggap halal dibunuh. Ada satu masa homo dianggap halal dibunuh. Ada satu massa ketika manusia miskin halal dibunuh, demi kepentingan para milioner pemilik saham minyak. Ada satu masa, manusia tua halal dibunuh, pelan-pelan lewat Panti Jompo yang dibayar mahal oleh anak-anak mereka. Ada satu masa, manusia kloningan halal dibunuh. Dan ada satu massa, manusia lemah halal dibunuh. Yang kuat yang berhak hidup.

Tapi ada satu yang tetap membuat mereka bertahan hidup, dan tak keberatan berjuang walau tahu akhirnya akan dihukum mati di kursi listrik. Kebenaran harus diceritakan.

"What if nobody believes your story?" kata si pemeriksa kepada Sonmi sebelum dia dieksekusi.

"Somebody already has." jawab Sonmi sambil memandang mata penyidiknya.

Dan penyidik hanya terdiam. Tapi tidak selamanya dia diam. Karena 2000 tahun kemudian cerita Sonmi terus diceritakan, padahal gerombolan Sonmi sudah habis dieksekusi.

Manusia datang dan pergi. The truth is always passed on.

I wanna tell you a story.

Kamis, 04 April 2013

Sepertiga Jiwa

"Tahun depan gue mau kejar setoran, 3 film langsung!!!" sesumbar gue tahun lalu, setelah setahun gak bikin film. Setahun gue tersita mengais seratus ribuan dari 10 ribu orang. My Begging Pilgrimage.

Tahun ini : Oma Kepo, Love Expired, dan Amok. My Big Budget Pilgrimage.

Ternyata takdir berkata beda. Film-film berbiaya besar terpaksa gue tunda ke tahun depan, saat pemilik kapital negara ini tidak lagi bertanya-tanya siapa ketua preman nasional selanjutnya. But no more begging pilgrimage.

Let's start a low pilgrimage.  Low budget, Low carbo, low iron, but high in return.

Yeah, baby! Amen to that.

Tahun ini kita mulai dengan Amok, yang termurah di antara ketiganya.

"Kok judulnya Amok tapi di dalamnya gak ada amuk massa?" tanya koko ganteng pendana kita.

Maklum budgetnya mengharamkan scene-scene bermassa lebih dari lima. Gak bisa ganti budget, terpaksa ganti judul.

Dongeng Bawah Angin.

Lebih puitis. Lebih Indonesia. Lebih ramah adegan sepi.

Isinya kumpulan 5 film pendek berdasarkan 5 cerita rakyat dari Bawah Angin: Timun Mas, Lutung Kasarung, Cinduo Mato, Bawang Merah Bawang Putih, dan Sigale-Gale.

Punya gue tentunya Sigale-Gale versi masa depan. Judulnya The Dancing Gale. Settingnya di dunia sampah di mana cuma tersisa cewe-cewe dan bencong. Semua cowo udah pada mati karena perang atau bunuh diri kalah pemilu.

It's a haunting and less dialog film. Shooting Juni.

Yang ke dua ternyata Demi Turki, reality show 13 episode berdasarkan sepupu-sepupu gue yang taruhan bakal kurus dengan hadiah ke Turki. Iseng-iseng cerita ke TV, malah mereka minta tayang Juni.

Gak ada haunting-haunting-nya  dan dialog di mana-mana. Gak mungkin mendiamkan Batak-Batak kalau udah terlanjur ngumpul. Shooting April.

Yang ketiga adalah In The Absence Of The Sun, supposed to be film pertama Lucky Kuswandi sebelum akhirnya bikin Madame X duluan. Dari judulnya aja gue udah langsung jatuh cinta. Apalagi pas baca script-nya. Sudah direvisi dari script darft 1-nya yang konon menang Jiffest masa lalu.  Dengan Black Magic Cinema Camera akan kita telanjangi malam-malam Jakarta sampai pagi.

Tapi itu simpan  dulu. Shootingnya masih Agustus. Hari ini gue membagi dua jiwa gue: separuh komedi separuh tragedi.

Separuh imajinasi membayangkan para penari wanita bertulang menonjol tak berlemak, separuh lagi dipenuhi lemak-lemak Sepupu-Sepupu Gondut.

Satu tabs berisi tarian telanjang manusia dengan gerak patah-patah slomo, tabs lain reality show cewe-cewe cakar-cakaran.

Sejam merinding, sejam tertawa.

And I like both part of me.  Juggling 2 projects at the same time. Jadi mengerti kenapa Robert Rodriguez gak bisa cuma ngerjain satu proyek di satu saat. Dancing Gale gue jadi lebih nakal, dan Demi Turki gue jadi lebih artistik.

Tahun depan 4 film?

Bring it on, Baby.

Rabu, 03 April 2013

Memilih

"Bikinin iklan untuk campaign-ku dong. Untuk Bandung," BBM dosen gue yang kaca matanya paling keren. Dasinya juga. Beli di Tokyo. Bukan dengan dana studi banding tentunya. Doi arsitek ahli tata kota yang sudah melanglang buana ke berbagai pelosok dunia untuk mendesain kota-kota mereka agar lebih sustainable.

Sekarang dia ingin menata kotanya sendiri, Bandung, dengan mencalonkan diri menjadi walikota.

Sudah cukup sepuluh tahun Bandung dihiasi foto bapak-bapak berwajah template yang maksa muncul di tiap billboard kota, walaupun isinya tentang uji emisi kendaraan sekalipun.   Sudah saatnya Bandung dipimpin walikota baru yang bukan istrinya.   

Gue ingin mendukung. Dari pemilihan kacamata, terbukti kalau bapak ini setidaknya mempunyai taste lebih cantik. Kalau sampai suatu hari dia terjatuh dalam dosa narsis para pejabat negara, setidaknya Bandung tidak dihiasi billboard diri dengan keahlian photoshop pas-pasan. 

Tapi jempol gue tidak kunjung menekan O dan K  , teringat jengah dengan tim pendukungnya yang tak berkacamata sekeren si Bapak.

Wakil walikotanya bukan Ahok. Cuma another bapak-bapak bermuka template. Didukung partai yang menghidupi diri dari bikin harga daging sapi dan bawang melonjak. Partai lainnya mendanai diri dari harta seorang tentara pintar nan bengis zaman orde baru. 

Tapi kalau gak kompromi ama partai ya dia gak bisa maju. Jokowi aja didukung partai kok. 

Kalau dua-duanya gak oke, ya pilih yang lebih bagus dari dua itu.  Di saat Wakil Ketua Pengadilan Bandung sudah ditangkap tangan menghitung duit suap dari 7 kader Pak Walikota yang nyaplok duit bantuan sosial masyarakat, tentunya memilih tidak sulit.

Dengan yakin gue akan mencoblos kacamata si Bapak dalam pemilihan nanti, tapi untuk ikut dalam tim kampanyenya?

Terbayang gue di antara sapi-sapi berjanggut dan tawa mantan tentara kaya. Yang akan gue promosikan tidak hanya si bapak, tapi wakilnya juga.

Hari ini gue sudah memilih. Gue akan menggarap lahan yang sudah diberikan kepada gue.

Film. Bukan iklan kampanye.
 

Selasa, 02 April 2013

Low Iron Diet

Women with low iron diet are 30 % more likely to have PMS : keram perut, buas kepada sesama, ganas kepada coklat dan karbohidrat sederhana lainnya.

Women with low iron diet are more likely to soften  all of her edges and forget to remember it as it really was: Fucking Hell!

So, Iron. Come to mama! Hari ini gue akan makan kalian, wahai  kangkung bayam brokoli dan segala makanan Popeye.

Eh, tapi gak boleh yang kalengan. Lebih sehat yang organik.

Makanan Popeye, coret. Kangkung bayam brokoli, masuk.

Malam ini gue wanita besi, tidak lagi mimpi tentang dia.

Hihiyyy.  I'm free. I'm tough. I'm the iron lady.

Semenit.

Semenit kemudian merasa bersalah kok gak mimpi tentang dia.

Check baby check, boker gue isinya kangkung semua. Ternyata tubuh kita gak bisa mengkonsumsi kangkung kebanyakan.

Memang aku ini wanita lemah. Hik.



Senin, 01 April 2013

A Little Bit Of Magic

"Tahu Marina Abromovich?" tanya soerang performer yang bellum pernah main film.

Si anak tentara tak berbudaya  menggeleng.

Pina Bausch? Santa Sangre? Suspiria?

Kalau  Black Swan, dia tahu.

Baraka? Akira Kurosawa yang Dreams?

"Iya itu film wajib pas kuliah," kata seorang lulusan Fakultas Film dan Televisi.

Anak tentara menggeleng.

Frida?

Gue mengangguk bahagia. Akhirnya ada juga yang gue tahu.

"Inget scene pas bus-nya ketabrak gak? Itu kan indah banget."

Si lulusan FFTV mengiyakan. Gue lupa.

"Inget scene ending yang di tempat tidur?"

Si lulusan FFTV mengiyakan. Gue lupa.

Dan gue mengaku sutradara.

Kadang-kadang gue merasa kok bisa si anak tentara tak berbudaya ini of all people punya portfolio 2 film panjang, sementara lulusan FFTV yang sangat berbakat dan berbudaya ini  belum. Mungkin emang bikin film gak butuh bakat, cuma butuh nekat.

Gue pulang dibekali Baraka dan Akira Kurosawa. Dan ketika ditonton, gue menganga kagum. Sebentar. Tertidur, sebentar. Dan bangun-bangun mengutuki referensi gue yang sangat Hollywood.

Cek BB, Beberapa email muncul, ternyata dari aktor-ku. Isinya alternatif setting, alternatif kostum, alternatif topeng, dan alternatif awan.

Kalau kata Elia Kazan, tugas sutradara 80% selesai ketika kita memilih aktor yang tepat. In my case, tugas gue 98% selesai karena si aktor datang sepaket dengan alternatif awan. Gue tinggal jaga monitor dan bilang cut.

Semua berkat memilih aktor yang tepat.

Tapi benarkah gue yang memilih?

It's a little bit of magic that takes me here.

More reasons not to put 'a film by sammaria'.