Bagi gue SMA, Bazaar adalah waktunya pamer. Saat rapat OSIS, yang kami omongin adalah
bintang tamu apa yang lebih keren dari bazaar SMA 2 kemaren. Saat rapat kelas,
yang kami obrolin tema desain stand apa yang lebih keren dari kapal bayangan
tahun lalu.
Bukan mau jualan apa.
Dari kelas satu sampai kelas tiga, stand kelas
gue gak pernah balik modal. Tapi tidak apa-apa. Toh semua modalnya dari
sumbangan orang tua. Yang penting desainnya
semakin lama semakin tinggi, semakin luas, dan semakin beda.
"Ihhh...," kata si anak cheers
mencibir jijik melihat gue menggambar orang ciuman di stand kami.
Andai gue tahu tahun depannya dia hamil sama
pacar temennya, hari itu gue gak akan merasa nista.
"Tid, gue boleh minjem dua juta nggak?
Nanti abis bazaar, kita balikin," kata si Ketua Bazaar.
Tentunya gue kasih.
"Tiga juta deh, Tid."
Tentunya gue kasih.
Tentunya sampai hari ini gak pernah dibalikin.
Gue gak tahu harus minta ke siapa. Menurut laporan panitia bazar ke sekolah,
bazarnya profitable. Kalalu nggak, gak mungkin tahun depannya dibiarin bikin
lagi.
Atau tahu?
Dua puluh tahun berlalu. Gue sekarang bikin film. Bukan lagi anak SMA
bikin bazaar.
Mungkin ada yang gak pernah berubah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar