Selasa, 26 Januari 2016

Mamak-Mamak Beranak Kembar

"Tujuh ratus lima belas ribu rupiah," kata si mbak-mbak kasir spa.

Gue kaget. Kirain paling lima ratus ribu.Tapi gue udah terlanjur janji bayarin Chica nyalon. Minggu depan Chica kembali bekerja setelah empat bulan ngurusin Duo Mokmoks.

Chica pengen resign dan konsentrasi ngurusin Duo Mokmoks. Tapi dia takut gak punya uang. Takut anaknya malah jadi anaknya pengasuh. Takut kehilangan momen-momen ngerangkak Duo Mokmoks. Takut bosan di rumah dan malah jadi mamak kejam.

Karenanya biarlah hari ini dia leha-leha. Uang kan bisa dicari.

"Biar kakinya gak tebel kaya gini, mending tiap malam pakai baby lotion trus dibungkus kaos kaki, Mbak," kata terapis Chica sambil mengamplas telapak kakinya.

"Udah gak kepikiran, Mbak. Saya baru ngelahirin anak kembar."

"Saya juga baru melahirkan anak kembar, Mbak. Ini saya baru masuk lagi kerja," kata mbak-mbak terapis.

Sama-sama kembar cewe. Sama-sama baru empat bulan. Umur si Mbak pun sama dengan Chica.

Berat badannya beda sih.

Sambil terus mengasah kuku kaki Chica, dia menceritakan kedua anak kembarnya yang dua-duanya di bawah dua kilo. Karena dia gak punya uang bayar NICU yang sehari lima juta, anaknya tiga hari langsung dibawa pulang walaupun masih kuning. Tiap hari dia sinari sendiri dengan botol Coca Cola diisi air dan dua lampu sebagai pengganti NICU 5 juta.

"Untungnya udah 2.5 kg sekarang... jadi saya bisa kembali kerja."

"Gak takut ninggalin anak di rumah, Mbak?"

"Ya kadang satu saya bawa kerja juga, Mbak. Satu ditinggal sama mertua."

Sore itu Chica pulang dengan lebih tegar, menyadari kalau banyak yang lebih harus berjuang.

Memang sudah harusnya kami nyalon.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar