"Jadi gitu dek caranya presentasi ke client," katanya.
Ini pertama kalinya gue bekerja sama dengan dia, mengikuti proses dia mulai dari cari ide sampai nanti shooting, ngedit, dan presentasi lagi. Dia memang berbeda di depan client dan di depan kami. Hanya bajunya saja yang selalu hitam.
Walau cari idenya hanya 5 menit, ditulis hanya dalam waktu 5 menit karena dia lanjut mau kencan, di depan client dia bisa mempresentasikan dengan meyakinkan, menggunakan frase-frase berbahasa Inggris yang seperti dipanen dari brandbook client.
Tiga jam gue mikirin ide cerita gak ketemu karena banyak batasan. Lokasinya harus satu. Harus bisa menarik orang selama 80 menit. Dan yang paling penting, product client harus masuk.
"Macam film Circle itu aja lah. Udah nonton kan kau?"
Gue mengangguk walau ternyata yang gue udah nonton Signs. Untung Circle ada di Netflix.
Sepertinya dia sudah menonton semua film di dunia. At least semua film yang premisnya bagus, bukan yang kata kritik bagus. Makanya bisa bikin ide cerita 5 menit jadi.
"Jadi begitu dari kami. Next kami akan...," katanya mengakhiri meeting. Tidak membiarkan client mengatur jadwal kami. Waktu kami sangat berharga.
Dalam hati gue bersyukur bisa mengamati cara dia bekerja dari dekat.
Selama makan siang, tidak ada obrolan soal film sedikitpun. Dia menceritakan seorang berondong beragama yang dia sosor di Facebook. Sudah beda lagi dengan berondong kencan kemaren.
"Aku pengen kawin lah, Dek..."
"Lah abang pacaran tiga tahun aja bosan, kok bisa pengen kawin?"
"Pesanlah dulu... pesan..."
Gue menyisir menu, tidak lagi ngomongin kawin.
Dia berbeda ke tiap-tiap orang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar