Kamis, 24 Desember 2015

Fastival Film Beneran

"Kita butuh International Film Festival," katanya panjang lebar berapi-api kepada Bapak Presiden di suatu acara yang dinisiasi badan yang seharusnya memajukan ekonomi kreatif. Disiarkan langsung sebuah televisi nasional, membuat Mak Gondut cepat-cepat menelepon gue dari Bandung nyuruh nonton tipi.

Yang ditulis di berita-berita tentunya hanya kita butuh jaringan bioskop baru. 

Memang ekonomi duluan. Kreatif belakangan.

Kita sudah punya kok  festival film internasional. Bukan Festival Film yang sebenarnya awarding show ya. 

Di Jogja. Sudah 10 tahun. Gak bertebaran artis Hollywood kaya Cannes tapi visinya lebih membumi: film Asia. Gak ngoyo membidik seluruh dunia sementara penduduknya sendiri juga  gak peduli  film Indonesia ada atau nggak.

Dulu ada yang peduli.  Seorang sutradara Mesir. Terinspirasi  sebuah konferensi bangsa-bangsa dunia ketiga di Bandung, dia sebagai anak bangsa terjajah jadi merasa punya harga diri. Dia berani membuat film dengan gaya yang berbeda dari dikte negara penjajahnya. 

Kalau sutradara Mesir saja bisa menemukan dirinya karena sebuah konferensi di halaman rumah kita, kenapa kita tidak?


Mungkin festivalnya harus festival film asia afrika.

Psycho Magnet

Kami bersembunyi diam-diam di kamarnya, jangan sampai ketahuan kalau kami belum tidur. Sambil berbisik, dia menceritakan kenapa dia gak mau sampai berondong itu nginap.

"Kayanya butuh father figure, jadi ngikutin gue ke mana-mana. Berusaha terlibat di setiap conversation gue.  Gue jadi risih banget," katanya tetap berbisik.

"The question is... kenapa semua psycho ngumpul di sekitar lo?" tanya gue mengingat Mbak-Mbak psycho sebelumnya yang juga mengikuti dia ke manapun. Dan juga mbak-mbak sebelumnya lagi.

Baru ngeh, dia tambah freak out.

Mungkin karena dia selalu mendengarkan. Dan semua orang ingin didengarkan. Apalagi psycho-psycho yang sudah tidak ada lagi yang mau mendengarkan. Makanya semua ngumpul di sekitar dia.

"Jadi lo apa kabar?" tanyanya.

Gue pun mulai bercerita.

Eh...

Damn.

Jempol Activism

 Timeline FB gue hari itu dipenuhi opini keras yang menentang dan mendukung gay marriage.

Besoknya Tolihara.

Besoknya pembakaran gereja di Aceh.

Besoknya asap.

Besoknya Setya Novanto.

Hari ini tentang seorang bapak bernama Haram yang mengucapkan Selamat Hari Natal.

Asap apa kabar?

Jempol activism membuat gue jadi terkesan peduli hanya dengan sign, share, comment, atau like.  Lalu gue bisa melanjutkan hidup berasa sudah berkontribusi ama permasalahan dunia yang tentunya bukan salah gue ini.  

Besok apa?

Panel Pemblock Website

Gue diutus asosiasi produser untuk jadi wakilnya di sebuah panel yang berjaya ngeblock Vimeo sampai hari ini. Rapat minggu depan sasarannya Facebook.

"Menurut gue, lebih baik asosiasi kita gak ikutan di panel ini. Soalnya keputusan yang  keluar ke masyarakat gak diumumkan kalau ada dissenting opinion. Jadi kalau sampai Facebook di-block, nanti asosiasi kita akan dianggap ikut menyetujui keputusan panel," lapor gue pada Mbak Ketua.

Menurut Mbak Ketua, nggak mungkin mereka menutup Facebook. Kemaren kan Mark Zuckerberg udah silaturahmi ke Jokowi.

"Panel ini  kelihatannya sepele, tapi bisa jadi sorotan luas. Kalau Vimeo ditutup paling yang ngomel cuma kita-kita. Kalau Facebook, emak gue juga pasti ikut ngomel."

Tapi Mbak Ketua punya banyak pertimbangan. We stay.

Gue mengusulkan lebih baik gue diganti. Mending yang profilnya lebih mirip mayoritas anggota panel: ibu-ibu yang punya anak dan dari agama mayoritas.  Argumen mereka gak pernah jauh-jauh dari melindungi anak dan ajaran agama mereka.  

Gue pun diganti dengan alasan personal.

Lalu rapat panel dibatalkan.

Silaturahminya manjur.

Fruitarian


Sudah tiga hari gue cuma makan buah. Sudah tiga hari waktu gue gak habis  untuk belanja dan cuci piring. Bisa fokus ngerjain yang penting-penting.

Dan ternyata semakin sedikit gue makan, semakin jarang gue lapar.

Jadi mengerti kenapa Steve Jobs fruitarian. Boleh juga dicoba.

Tapi kan di Pasadena gak ada teri Medan.

Gak jadi.

Pug Memeluk

Dari belakang lehernya indah, mengundang seekor pug gendut tergoda memeluk.

"Aaaaaaa berat!!!" raungnya menghempas si Pug.

Pug gendut mundur teratur, takut-takut.

Dia mulai tertidur, Pug mendekat lagi.

"Aaaaaaa berat!!!"

Pug mundur lagi.

Tidur lagi.

Peluk lagi.

Aaaa berat lagi.

Pug mundur menjauh. Terluka.

Dia tertidur nyenyak. Pug jauh-jauh, berjanji tidak akan mencoba lagi.

Dua jam kemudian, dia terbangun, meraung minta dipeluk.

Pug langsung memeluk, lupa.

Pemilu Di Apartemen

"Ini surat kuasa untuk mewakili Ibu pada pemilihan ketua perhimpunan pemilik apartemen," kata Mbak-Mbak pengelola sesaat setelah gue nanda tangan surat-surat sertifikat di hadapan notaris.

Gue langsung curiga. Sebelum hari ini, gue kira ribut-ribut warga lama menuntut kinerja pengelola cuma kurang kerjaan lebay.

Secara gue pindahan dari Kalibata, di mana sampah dan manusia dianggap layak bersatu dalam sebuah lift. Keluar lift pun selalu disambut lobby beraroma ayam hidup.

Standar gue terlanjur rendah. Walaupun lift sering mati satu dan AC lift pun jarang nyala, gue tetap bahagia.

Tapi ketika pengelolanya merasa perlu memenangkan pemilihan ketua perhimpunan pemilik, gue jadi curiga.

"Nanti saya datang saja sendiri," jawab gue.

Si Mbak memasukkan kembali surat kuasa tersebut, berusaha terlihat 'all is OK, bro'.

Sejenak menyesal kenapa gue gak beli landed house aja.  Sekarang gue seumur hidup harus berurusan dengan developer mencurigakan ini.

Landed house mahal, bo.

Oh iya.

Doa Mami

Deden masuk apartemen baru. Mak Gondut pun memimpin doa agar intinya:
1. Deden tambah berkat.
2. Deden dapat istri.
3. Atid juga.

Bukan istri. Suami.

Mak Gondut merasa doa yang lebih panjang pasti lebih  didengar Tuhan.

Sepanjang doa, mata gue tetap terbuka. Mata Deden juga.

Mata Papi nutup, tapi sepertinya tertidur.

Di saat begini, jadi kangen Opung Mak. Hanya dia yang berani 'Amin' di tengah-tengah doa Mak Gondut. Tentunya gue sambut amin haleluya dalam hati sambil senyum-senyum liat Mak Gondut keki doanya disunat mertua.

"Hanya dalam namamu kami berdoa dan mengucap syukur. Amin," kata Mak Gondut.

Akhirnya.

"Ya pulanglah kalian," kata Deden ketus.

Mau kembali kerja.

The Tiger Exploit The Fox's Might


"Panggil Tante dong," kata Mak Gondut sambil memperkenalkan gue pada istri teman toke baru Papi.

"Paling umur Atid sama," kata gue.

Ternyata dia pun lahir tahun 1983.

Mak Gondut gak nyadar gue semakin tua, bukan anak kecil lagi.  Sementara toke-toke yang mendekati Papi semakin muda.

Gue memesan Arby's.  Toke memaksa membayari.

Dulu gue dengan senang hati ikut Papi ditraktir toke-toke. Setelah sadar Arby's ini gak gratis, ditraktir gak lagi selezat dahulu.

"Papi tuh gak pernah korupsi. Kalau ada toke yang minta dibantu, Papi gak pernah nyekek minta ini itu," kata Papi.

Tapi kalau dikasih ya gak ditolak. Kan lumayan bisa dibagi-bagi ke anak buah.

Pernah Papi dikasih kebon sawit berhektar-hektar. Dibagi-baginya sama semua anak buahnya. Papi gak tertarik punya kebon sawit.

Papi memang baik.

Atau lugu?

Bahkan di saat perusahaan si toke sawit jadi tersangka pembakar hutan paling banyak, sepertinya Papi tetap gak ngeh kalau yang dia sebut 'bantu' itu merugikan  banyak orang di kemudian tahun.

So who is the tiger, really?

Laki-laki Semut

Cowo midlife low class cerai anak satu jadi super hero. Dia akhir film, semua bahagia. Dinner bersama mantan istri + suami baru yang gak lagi menganggap dia loser, anaknya yang diam-diam tahu dia super hero, dan pacar baru yang hot dan  tentunya juga tahu dia super hero.

Dengan cerita yang logis dan treatment yang baik, cowo midlife low class cerai lainnya berbondong-bondong datang ke bioskop.

Hollywood memang paling jago memahami pasar.

Rabu, 16 Desember 2015

Cool For The Summer

Even if they judge, fuck it out, do the time
I just wanna have some fun with you

Suara Demi Lovato mendesah-desah di speaker Scarlett, Macbook kesayangan eike. Oh ini toh lagu yang tulis salah seorang lesbi internet membuat girls and girls love jadi berasa trend buat summer doang.  

"It's just a phase," begitu SOP jawaban anak kuliahan Amerika kalau denger curhatan temennya yang jatuh cinta ama cewe. Lesbian dianggap fase sementara, sebelum nantinya kembali ama cowo.

Sementara kalau cowo suka ama cowo, gak akan ada yang pernah bilang 'it's just a phase'. He is just gay all season.

Don't tell your mother, kiss one another
Die for each other, we're cool for the summer

Jangan-jangan Demi Lovato cuma mengikuti tradisi alumni Disney Nickoledeon pasca drinking age lainnya. Biar gak dianggap anak kecil lagi, semua wajib punya video clip mendesah-desah lalu eksperimen ama cewe. Mungkin sebentar lagi Demi  juga bakalan ada short fling sama model Victoria Secret yang tau-taunya mau launching album juga.

Sekelebat perasaan iri menyelusup. Kok mereka bisa dengan mudah pindah dari cewe ke cowo ke cewe lagi?  Kok gue gak  bisa ya? Kayanya hidup lebih mudah.

Tapi dengan target market yang lebih niche aja, gue malas marketing diri. Jadi  gak usah deh sok iri. Party aja males, sok-sokan mau polypacar.

Just something that we wanna try
Cause you and I, we're cool for the summer

Enak juga nih lagu. Udah 15 kali gue putar.

I'm a litlle curious...


Well, Miss Lovato.  It's summer all year long lho di Indonesia.

Playlist Lesbi

"Playlist lo lesbi banget sih," kata seorang conq rese mendengar Paulo Cole muncul di speaker mobil gue setelah sekian dekade lenyap dari hidupnya.

Sebelumnya Michelle Branch, Tracy Chapman, dan all those chicks with guitar yang buat bencong-bencong bulu matanya kurang tebal untuk dijadikan idola.

"Bencong sukanya yang over the top. Gak suka yang cewe-cewe low key.  Lebih banyak lapisan bulu matanya, bencong lebih nge-fans," katanya lagi sambil menyebutkan Mariah Carey, Titi Dj, Beyonce, dan Syahrini.

Ternyata playlist gue juga dipenuhi Mariah Carey, Titi Dj, dan Beyonce.  Syahrini gak ada.  Tapi gue suka kok kalau Syahrini muncul, lucu.

"Atau yang penuh drama. Kaya Taylor Swift, Miley Cyrus, Lindsay Lohan...," tambahnya lagi.

Nah itu juga ada di gue. Mungkin lesbi dan conq suka cewe-cewe kuat, hanya kalau lesbi gak peduli bulu matanya ada berapa lapis.

Lalu Madonna 'I'll Remember' pun muncul di layar.

Lesbi dan conq menyanyi bersama.


Cate Blanchett


Apa yang membuat emak-emak beranak empat ini makin tua makin hot?

Maybe because I have a thing for Australian blonde actress. Portia de Rossi, Kate Winslet, eh... tapi Nicole Kidman biasa aja tuh.

Mungkin karena actress yang berperan jadi lesbi selalu keren. Julianne Moore, Angelina Jolie, eh... tapi Annette Benning biasa aja tuh.

Maybe because she didn't take herself too seriously. Dia gak malu-malu jadi ibu tiri Cinderella ketika dia masih bisalah casting jadi Cinderella.  Dia gak malu-malu harus adegan telanjang dengan actress yang kulitnya hampir 2 dekade lebih muda. Dia gak malu-malu menarik wajahnya jadi jelek di depan wartawan berbagai negara.

That, and off course her long list of films and theaters. Her wide range of subtle emotions. And her four children. And her 16 year long marriage.

Kalau ada emak-emak yang berhak sombong di muka bumi ini, she's the one. Tapi dia tidak pernah menganggap lalu orang lain, sepertinya selalu mendengarkan semua orang dengan seksama, dan  selalu menjawab tidak dengan jawaban ala para Supermom yang bikin gue modom.

"I love failure. We would have no innovation without it," katanya sambil tertawa.

Gimana caranya bisa cinta failure di dunia yang gampang banget menghakimi ini?

"We need to know who we listen to. There are too many voices in this world," katanya.

Siapa yang dia dengarkan? Mungkin her 16 year long husband and 4 children. Makanya jawabannya terasa sangat membumi di Hollywood yang kalau nonton 'Under The Stars' sepertinya gampang banget bikin orang ngejar yang gak jelas.

"The best advice I  ever got was from a Hungarian theater director. Before our first night, he told us to forget everything we thought was good and try something else," katanya.

Mungkin itulah kenapa dia tambah tua tambah hot.  It is always the first night for her.


How do we forget everything we thought was good and try something else?

Pussy Dewata


Terakhir gue ketemu dia, dia baru bercerai dengan satu-satunya cowo yang dia pernah have sex with, pengen berpetualang mencoba berbagai jenis lelaki, mulai sosis Jerman, baguette Perancis,  dan makanan lain yang bukan tradisional Indonesia.

Dia pun menamakan dirinya Pussy Dewata, sesuai nama peliharaan dan nama jalan tempat tinggalnya. Nama yang sepertinya cucok untuk menemani petualangan sex-nya.

I am happy for her. She is a liberated woman.

Tak lama gue bertemu dia lagi, ternyata dia sudah melabuhkan pussy-nya di seorang koki Perancis. Mungkin karena koki ini bisa memasak berbagai jenis makanan, dia gak perlu  lagi icip-icip ke mana-mana.

Gue mendengarkan mereka berdua membicarakan pernikahan dan mamanya yang gak rela anak gadisnya dikawinin bule. 

She is not the liberated woman I thought she was.


Mungkin hidup sendiri memang menakutkan bagi perempuan-perempuan seperti kita.  Lebih menakutkan daripada harus makan satu sajian  seumur hidup tanpa tahu makanan apa yang sebenarnya kita suka.