Kamis, 07 Januari 2016

Salary Man

Seorang urban designer muda ingin berkontribusi membangun  Indonesia. Pekerjaannya di sebuah biro arsitek korporasi di Singapura tidak memuaskan hatinya.

Karenanya, di sela-sela pekerjaan korporasinya dia ikut sayembara urban design yang diselenggarakan berbagai Pemda.

Kemaren juara tiga.

Sekarang juara satu.

"Amerika udah kebangun. Jepang udah kebangun. Vietnam belum matang. Ya yang bisa dikerjain urban design-nya sekarang Indonesia," tuturnya, membuat gue berhenti mikir sejenak.

Jadi motifnya nasionalisme atau oportunisme?

Oportunisme lebih mudah dipercaya daripada nasionalisme.

"Lo gak mau balik, bikin biro sendiri?" tanya gue.

"Ah gue mah salary man."

Dia menerawang.

"Kenapa ya salary man suka dianggap negatif?"

"Kayanya cuma negatif kalau itu bukan yang lo mau deh. Kalau lo emang maunya jadi salary man...  ngasih security buat keluarga lo, kenapa negatif?"


Jangan-jangan dia bukan salary man.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar