Boni meninggal.
Gue kira gue gak akan nangis. Gue gak terlalu
dekat dengan Boni. Dia anjing pungut yang datang belakangan, di saat Bobot sedang sangat
disayang.
Tapi air mata menetes juga di
sela-sela kangkung cah gratisan di restoran teman papi di Kota.
Sebelum berangkat ke Jakarta, kami melewati
rumah sakit Boni. Saat itu, Boni sudah tiga hari dirawat. Saat itu Mak Gondut
sudah bilang sepertinya Boni gak akan sehat lagi, tapi kami terlalu sibuk untuk
berhenti.
Dua hari kemudian, Boni pergi.
Sendirian.
Mungkin dia berasa dibuang. Lima hari waktu
anjing mungkin berasa lima bulan ditinggalkan.
Gue menelepon Indri, meminta dia menemani Mak
Gondut menjemput Boni. Biar bisa dikuburkan di halaman Mak Gondut, di samping
Bobot.
"Sama tolong minta tolong Pak Apo gali
kuburannya ya. Kasih seorang 150 ribu, ntar gue ganti."
Jadi ingat gue sempat gak mau beli cukuran
Boni. Mahal. Padahal waktu itu Boni sudah kesakitan dan sebaiknya dibotak.
Akhirnya gue beli juga sih. Tapi mengingat
Boni sekarang sudah pergi, gue jadi malu pernah kepikiran tiga ratus ribu
kemahalan untuk Boni.
Uang bisa dicari. Nyawa gak bisa diganti.
Semoga Boni tahu dia disayang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar