Jumat, 08 Januari 2016

Roller Blade Tua

Sebuah roller blade yang ternyata sudah tua teronggok di pojok. Dua puluh tahun yang lalu roller blade ini paling mahal di toko. Makanya gue pilih walaupun ekornya terlalu gendut.

Mumpung yang beliin salah satu toke teman Papi.

Istri bawahannya, tepatnya.

Si toke ganti nama, jadi kaya orang Batak. Ketika namanya masuk di daftar 150 orang terkaya di Indonesia versi sebuah koran lokal berbahasa Inggris, Papi mencari dia ke Singapur.

Waktu gue SMA, dia pernah memberi Papi sebuah mobil BMW ungu.  Tapi karena  jarang dipake - padahal gue pengen banget make - dia bilang dia ganti aja dengan uang tunai. 100 juta di tahun 1997 banyak sekali.

Mobilnya diambil, tapi uangnya gak pernah dikasih. Makanya Papi ke Singapur mencoba bertemu. Kalik aja dia lupa.

Tiga kali didatangi, dia gak pernah di tempat. Papi lupa dia bukan lagi pejabat, masih berharap bisa bertemu.

Apalagi ketika perusahaannya jadi tersangka pembakar hutan paling banyak. Makinlah dia gak bisa dicari.

Dari 10 besar orang terkaya Indonesia, hanya nomor 1 yang terdaftar di Top 500 Richest versi Forbes. Nomor 2 sampai 10 gak disebut. Langsung ke nomor 11.

Dia nomor 6.

"Ya udahlah, Pi. Bukan mobil kita juga," tutur gue.

Gue membereskan roller blade, mau disumbangin.


Sepertinya gak ada yang mau lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar