Jumat, 08 Januari 2016

Duduk

"Kita nggak bokek lho!" kata gue pada sesama sutradara perjuangan. "Nggak perlu deh kita ambil kerjaan-kerjaan gak jelas. Hidup kita singkat."

Hari ini gue baru nguburin opung gue. A glimpse of death membuat gue jadi lebih aware kalau waktu gue gak banyak. Setidaknya ada lima film lagi yang harus gue buat sebelum gue mati tenang.

Gue menghitung berapa yang gue butuh dalam sebulan. Untuk tagihan, transportasi, beli baju, makan-makan, pijit-pijit, dan menghidupi Kepompong Gendut kalau lagi gak ada kerjaan.

Ternyata cuma 20 juta sebulan. 240 juta setahun.

Sebelum tahu jumlah ini, gue selalu ketakutan gue kekurangan. Padahal tabungan gue cukup untuk membiarkan gue tidak bekerja tiga bulan.

Lebih baik gue duduk menulis di rumah, menulis semua cita-cita gue tanpa ketakutan gak punya uang. Karena cita-cita ini pun nantinya akan jadi uang. Gue hanya perlu duduk diam menulis selama tiga bulan.

"Ya nanti kalau lo berhasil gue ikutin deh," kata si sutradara perjuangan.

Lalu dia dapat satu job nulis seharga seratus juta, job sutradara dua ratus juta, dan gaji bulanan menulis 20 juta selama dua belas bulan.

Gue tergoda meninggalkan kursi gue.

Mungkin gue terlalu maksa.

Tapi cin(T)a dan Demi Ucok gak akan pernah jadi kalau gak dipaksa. Toh gak ada juga yang nawarin gue job nulis seratus juta, job sutradara dua ratus juta, dan gaji bulanan menulis 20 juta.


Kembali duduk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar