"Coba tanya si Chica, mau nggak si Kubus
dipindahkan ke Bandung sementara?" tanya Papi menanyakan nasib Golden Retriever kesayangan Chica pasca kelahiran Duo Mokmok.
Ternyata si Chica mau kali. Dua bayi
prematurnya belum boleh dekat-dekat bulu Kubus. Si Kubus kasian ditaro di luar,
ga boleh masuk rumah. Hanya Chica gak enak minta Papi ngambil Kubus. Takutnya
Papi kecapean ngurus anjing. Baru berapa
bulan dia bebas dari Boni, masa harus ngurus anjing lagi?
Hari itu juga,
kami dan Kubus berangkat menuju Bandung. Kubus ketakutan naik ke mobil.
Beda kali dengan Bobot yang pintu belum dibuka, sudah nongkrong di depan pintu
sambil melirik gue dengan tampang memerintah.
Sepanjang jalan, Kubus berusaha maju ke kursi
tengah. Dia lebih rela dua jam nemplok di kursi dengan kaki ngatung daripada di
belakang, jauh dari manusia.
Begitu sampai Bandung, Kubus berlari-lari
dengan bahagia keluar masuk rumah. Hanya Mano yang tidak bahagia melihat ada
anjing besar baru. Lepas dari penjajahan Bobot, ternyata sudah ada penjajah
baru.
Ternyata Mano yang penjajah. Tiap Kubus ngajak
kawin, Mano menggigit kuping Kubus sampai berdarah.
Sudah dua kali kuping Kubus
berdarah.
Untung Kubus besar. Jadi bisa langsung lari-lari lagi, gak peduli
luka kecil di kupingnya.
Sombong kali itu anjing kecil jelek. Padahal
Kubus kan cakep. Apalagi abis bulu Kubus dicukur, dan dibiarkan
tumbuh lagi. Tambah cakeplah Kubus.
Sepertinya udara Bandung lebih cocok untuk
Golden daripada Rawamangun.
Si Chica pun mendelik sebal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar