Jumat, 08 Januari 2016

Kentut Persahabatan

 Si penulis ketawa terus.

"Biarin, kak. Kalau gak ketawa, dia kentut," kata si Produser.

"Ya ceritanya tentang itu aja," sambut gue.

"Iya seru tuh!  Trus ceritanya kentutnya ngerusak kabel aja, Kak," tambah si Produser.

Gue bahagia mendengar ide mereka. Apalagi ketika mentor penulis bilang mereka bisa menulis dengan tanda baca dan logika yang ternyata barang langka di anak SMA kebiasaan twitteran masa kini.

Tapi film gak cukup gila di atas kertas. Visualisasinya pun harus gila.

Sepertinya si sutradara gak cukup gila. Gue bertanya-tanya kenapa bukan si produser saja yang jadi sutradara? Kayanya dia punya lebih banyak ide gila.

Sekarang otak gilanya malah terjebak ngurusin kerjaan administrasi yang sepertinya bukan bakatnya.

Mungkin karena rasa persahabatan, posisi pun jadi dibagi berdasarkan persahabatan.

Gue terbayang jaman gue dulu masih bikin film kuliahan. Jabatan sutradara digilir.  Gue yang gak mau terkesan mendominasi, sok-sok merelakan jabatan sutradara digilir.

Setelah ngerjain film buat hidup, ngegilir jabatan sutradara jadi berasa buang-buang waktu. Lebih baik dipimpin sutradara yang mendominasi daripada dipimpin sutradara yang gak tahu mau bikin apa.

Kentutlah persahabatan. Memang gak semua harus jadi sutradara.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar