Setelah menonton film dia, gue sebal karena
perspektif film ini soal cewe sangat merendahkan. Ada tiga cowo yang dikutuk
jadi cewe. Perubahan yang terjadi ketika mereka jadi cewe adalah jadi gampang
nangis, moody, unreasonable, dan suka nyanyi lagu Andien.
Dengan kata lain, cewe di
perspektif dia hanya mahkluk gampang
nangis, moody, unreasonable, dan suka nyanyi lagu Andien.
Nothing else.
"Yah gimana Tid. Abis skenarionya
begitu."
"Tapi kan lo sutradaranya. By the end of
the day, itu film lo."
"Susah sih, Tid. Abis penontonnya
cewe-cewe. Mereka sukanya yang kaya gitu," jawabnya lagi.
Ternyata penontonnya malahan kaum yang gue
bela.
Penontonnya 700 ribu. Kalau semua penontonnya
cewe, anggaplah ada 700 ribu cewe indonesia yang memang bahagia digambarkan
sebagai spesies whiny yang tujuan hidupnya hanya jadi istri seseorang.
Indonesia ada 250 juta orang. Semoga masih ada
jutaan cewe-cewe keren dan cowo-cowo yang lebih prefer cewe-cewe non whiny di
luar sana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar