Sebuah artikel tentang nge-text diakhiri titik
terkesan gak tulus di-post di group Whatsapp.
Sebagai penulis, gue merasa memakai tanda baca
yang baik dan benar lebih penting daripada dianggap gak tulus. Gue pun tetap
memakai titik di akhir kalimat.
"Gue kalau nyari teman kerja, selalu yang
nulis dengan benar. Yang gak pake titik biasanya gak cocok," kata gue
disambut kalimat-kalimat bertitik dari seantero penghuni Whatsapp Group.
Bah.
Sampai gue diomelin dia.
"Lo kok judes banget sih? Tau gitu gak
usah gue tanya."
Ternyata karena gue balas Whatsapp pake titik.
Siapa sih ini fundamentalis yang menyebarkan
paham Whatsapp itu gak boleh pake titik? Kenapa kita tidak bisa hidup
berdampingan tanpa menuding jempol lain salah?
"Semua orang juga gitu kan. Lo tuh emang
kepala batu."
Nasib jadi minoritas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar