Gue berjalan hampir satu jam untuk membeli
kripik balado Christine Hakim. Sampailah gue di toko kripik paling besar dengan
wajah seorang ibu dendy yang bukan Christine Hakim.
Ternyata si ibu dendy-lah yang jaga kasir.
"Saya juga Christine Hakim. Tahun
lahirnya pun sama dengan yang di Jakarta," katanya sambil memperlihatkan
KTP dan berbagai arsip dirinya di majalah maupun TV nasional. Gak kalah ngartis dengan si Jakarta.
"Ibu udah pernah ketemu Christine
Hakim Jakarta?" tanya gue.
"Belum pernah," jawabnya.
Dilanjutkan cerita kalau dulu dia gak ada
uang. Punyanya cuma ubi. Mulailah dia membuat kripik. Taunya banyak yang suka.
Lalu dia pasanglah mukanya di semua materi
promo Christine Hakim. Ketika muka Christine Hakim Jakarta sudah tak lagi
dipajang di poster film-filmnya, muka Christine Hakim Padang semakin merambah Sabang sampai Merauke.
Ternyata untuk jadi terkenal tak harus jadi
bintang film.
Bikin kripik pun heits.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar