Pertama kali gue melihat dia, dia naik ke
panggung sebuah penghargaan film bikinan pemerintah yang katanya beda dengan
Festival Film Indonesia. Yang ini fokus di pendidikan, bukan pencapaian
artistik. Dia menggenggam penghargaannya seenak hati, bilangnya sih terima
kasih, tapi pialanya akan dia masukkan ke kantong plastik saja.
Gue juga mikir apresiasi ini hanya another
proyek buang-buang duit. Di saat Indonesia gak punya proper festival di mana
penonton bisa nonton film-film yang dikurasi dengan baik, ngapain punya dua
acara awarding yang film-filmnya mungkin gak pernah ditonton penonton?
Tapi gue gak akan masukin piala itu ke karesek
di depan publik.
"Orang kaya gini mah gak bakalan ke
mana-mana," kata Deden mengomentari.
Berikutnya gue lihat dia, dia mempresentasikan
festival film kecil di suatu kota kecil yang sepertinya penting bagi
penontonnya. Dia sudah berhasil menciptakan sebuah iklim apresiasi yang
dicita-citakan dua acara awarding pemerintah tanpa dana berarti. Anak Purbalingga pelan-pelan tidak melulu
berkiblat ke Jakarta dan pede untuk punya cerita sendiri.
"Beda dengan film tentang Jakarta yang
didanai DKJ kemaren. Isinya jelek semua," katanya, lagi-lagi di publik.
Kalau yang dia kritik pemerintah, bolehlah di
depan umum. Tapi kalau yang dikritik teman sendiri yang bisa kita samperin,
perlukah di depan umum? Apalagi kita tahu teman kita masih kesusahan nyari
penonton.
Ke tiga kali gue melihat dia, dia dengan sadar
menjadi panitia roadshow FFI. Mau mempergunakan uang pemerintah biar
teman-temannya bisa jalan-jalan, katanya.
"Menurut lo dia gimana? Soalnya banyak
orang yang kapok kerja ama dia," kata pembicara lain.
Gue menceritakan kejadian saat dia presentasi
festival filmnya. Sepertinya dua teman filmmaker baru yang gue ajak ke sana
agak shock mendengar dia ngomong.
"Bagusnya sih kalau dia ngomong begitu
jangan di publik soalnya..."
Gue diam. Memikirkan kalau tidak ada mahkluk
seperti dia di Indonesia. Isinya semua orang-orang yang saling memuji. Sementara filmnya semakin dihina di kalangan
penonton.
"Nggak ding. Dia udah seharusnya
begitu."
Gak ada yang perlu diubah. Semua ada fungsinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar