"Nggak ada salahnya kan kalau kita taro film kita di website mereka. Nothing to lose ini, " kata gue mencoba membujuk Lucky untuk memberikan izin 'Selamat Pagi, Malam' ditaro di sebuah website database film Indonesia.
"Lo tahu siapa yang danain website-nya?" tanya Lucky.
Mendengar nama si pendana, gue langsung membatalkan keikutsertaan 3 film yang gue produseri di website itu.
Memanglah gue si Babi Air yang gampang sekali pecaya. Mendengar cita-cita mulia kalau film Indonesia harus diarsip dan jangan dibiarkan membusuk di Sinematek, gue langsung terbujuk tanpa menyelidiki ada udang di balik cita-cita.
Ternyata si pendana keluarga orang yang setahun lalu membiarkan Demi Ucok tayang di TV kabel MNC tanpa izin. Sampai hari ini belum ada pertanggungjawaban apapun dari doi.
Ternyata dia punya uang untuk bikin database.
"HBO tertarik membeli Demi Ucok dan juga film-film lain dari Mbak Sammaria," kata antek-anteknya dengan manis. Terlalu manis. Tapi gue kasih juga HD master film.
Tau-taunya muncul di cable MNC dan website Orange TV. Dia cuma bilang maaf.
Dan HBO pun tinggal janji.
Jadi ketika hari ini si manager website bilang website-nya gak disetir si pendana, gue tetap menolak.
Gue gak punya resource untuk menyelidiki. Satu-satunya cara yang gue kepikiran untuk melindungi film-film gue adalah dengan tidak berurusan lagi dengan orang-orang yang tidak menghargai film gue.
Tapi jangan-jangan semua ini gara-gara gue yang gak bisa menghargai film sendiri. Mental gue masih mental filmmaker pemula yang berasa filmnya di-screening aja udah syukur. Nothing to lose lah.
Nothing to lose? Your film is something to lose.
Babi Air, film lo berharga. Harga - as in its most literal definition.
Know your harga.
Know your harga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar