Kamis, 24 Desember 2015

Pemilu Di Apartemen

"Ini surat kuasa untuk mewakili Ibu pada pemilihan ketua perhimpunan pemilik apartemen," kata Mbak-Mbak pengelola sesaat setelah gue nanda tangan surat-surat sertifikat di hadapan notaris.

Gue langsung curiga. Sebelum hari ini, gue kira ribut-ribut warga lama menuntut kinerja pengelola cuma kurang kerjaan lebay.

Secara gue pindahan dari Kalibata, di mana sampah dan manusia dianggap layak bersatu dalam sebuah lift. Keluar lift pun selalu disambut lobby beraroma ayam hidup.

Standar gue terlanjur rendah. Walaupun lift sering mati satu dan AC lift pun jarang nyala, gue tetap bahagia.

Tapi ketika pengelolanya merasa perlu memenangkan pemilihan ketua perhimpunan pemilik, gue jadi curiga.

"Nanti saya datang saja sendiri," jawab gue.

Si Mbak memasukkan kembali surat kuasa tersebut, berusaha terlihat 'all is OK, bro'.

Sejenak menyesal kenapa gue gak beli landed house aja.  Sekarang gue seumur hidup harus berurusan dengan developer mencurigakan ini.

Landed house mahal, bo.

Oh iya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar