Di awal-awal tiga puluhan, tiap ulang tahun
Bang Gigit selalu ditodong mentraktir Chica dan rombongannya (a.ka. gue, tapi
anggap aja rombongan karena makannya tak cukup seporsi). Karena rombongan maunya
nyoba restoran-restoran termahal Jakarta, seringkali ternyata kemahalan. Tapi
Bang Gigit selalu punya jurus untuk
pindah resto tanpa malu ketahuan gak punya uang.
"Ada dim sum gak?" tanya Bang Gigit
padahal udah baca di menu gak ada.
"Gak ada, Pak," jawab pelayan
bingung.
Keluarlah kami dari lantai entah berapa di
tower tertinggi Jakarta saat itu.
Tahun ini Bang Gigit tiga lima. Masih tetap
bankir tak berbudaya tapi dengan annual
fee ratusan juta.
"Ada dim sum nggak?" tanya Bang
Gigit padahal jelas-jelas restorannya bernama Dim Sum Something.
"Ada," jawab si pelayan keheranan,
terjebak di antara kekehan lawakan intern.
"Pesan ini, ini, ini, dan ini..."
kata Bang Gigit penuh percaya diri, masih diiringi kekehan bangga rombongan
pemakan dim sum fiktif.
Akhirnya hari itu kami makan dimsum sampai
kekenyangan.
Enak kali.
Dan jurus dimsum pun diturunkan ke gua.
Tiga tahun lagi, gue tiga lima.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar