Gue memandangi kamera-kamera tua itu.
Dibaikin, gak worth it. Dijual, gak laku. Jadi harus gue apain?
Ya pajanglah. Daripada gue beli pajangan di
mall yang gak ada arti personal buat hidup gue, mending gue jadiin
kamera-kamera ini sebagai everyday reminday of my past and my hopeful future.
Mulai dari Nikon F2 warisan dari Papi, kamera
pertama gue. Mengingatkan kalau all the best thing will stand the test of time.
Setelah hampir lima puluh tahun, dia semakin cantik saja.
Kamera Nikon F100, kamera jurnalistik paling
mahal di jamannya. Mengingatkan kalau expensive stuffs will wither away. Gak
pernah gue pakai untuk apapun, terlanjur rame-rame pindah ke digital.
Kamera Nikon Coolpix 5600 Chica. Mengingatkan
kalau it's okay to be broken after living life to the fullest. Hari-hari Jerman
gue ditemani doi.
Sekarang yang bisa ready dipakai tinggal 7D
Deden dan Sony VG10. Sony VG 10 gue beli karena waktu itu lagi berantem ama
Deden, jadi gak boleh pakai 7D. I guess the silver lining is I finally get to
buy my first camera, kamera yang muncul di Demi Ucok.
Sejak itu belum pernah beli lagi. Teknologinya
terlalu cepat berubah, membuat gue merasa lebih baik nyewa.
Mungkin nanti, ketika 7D dan VG 10 sudah habis
dipakai. Jangan sampai mereka dipajang cuma setelah dipakai untuk satu film.
Malu ama tetangga-tetangganya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar