"Pakai BH-nya kok gitu?"
Dia melepas BH-nya kembali, menyuruh gue
mengikuti.
"Gini nih."
Dia menunduk sambil memastikan kedua bulatan itu
didorong gravitasi masuk penuh ke tempatnya.
Gue ikut menunduk.
Dia berdiri, mengikat kait di belakang BH-nya.
Gue ikut mengait.
"Tuh bawahnya masih keluar-keluar,"
katanya.
Dia membantu mendorong kedua dada gue masuk ke
tempat yang seharusnya.
"Jadi selama ini lo kalau make BH begini?"
Dia menggeleng-gelengkan kepalanya, tak
percaya gak ada yang mengajari gue make BH.
Dia terlambat datang. Dada gue yang melimpah ruah selama ini
dipakaikan BH kekecilan dengan cara pakai gak benar. Jadilah dada gue terlanjur
ngondoy.
Sampai suatu hari dia datang dan memaksa gue
membeli BH 500 ribuan dua biji.
"Pakaian dalam itu jauh lebih mahal dari
yang luar," katanya.
Gue menyeruduk, nemplok di dadanya. Dia tidak
menolak.
Buk... BH-nya turun, mengikuti buah dadanya
yang merata saat tidur.
"Kok BH lo kopong?"
"Berisik," katanya sebal,
membenamkan muka gue di dadanya, biar gak bisa ngomong.
Gue langsung bobo.
Home.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar