Kamis, 10 Maret 2011

Pura-pura Bebek

“Gue gak suka ngewe ama laki. Sakit booo. Gue mulu yang dimasukin. Enakan ama cewe,” katanya.

Dia 100% laki-laki, tanpa kebiri tanpa silikon. Walaupun di TV seringnya jadi banci.

Tapi dia selalu jatuh cinta ama lelaki.

“Bisa gak ya kita jatuh cintanya ama cowo, nikahnya ama cowo, tapi ML ama cewe aja?”

Satu suami. Satu fuck buddy.

Dia gak mau kena HIV akibat keseringan gonta-ganti. Sudah cukup banyak penyakit menggerogotinya, menghambatnya dari menjamah lebih banyak lelaki.

Tapi ini Indonesia. Gak boleh nikah ama laki. Lebih baik pura-pura beristri sambil tetap miara laki. Sampai suatu hari, istri sadar dan gantung diri.

Mungkin dia harus nikah ama lesbi. Biar simbiosis mutualisme. Seperti kerbau dan burung jalak di buku biologi.

It’s a holy matrimony. Tak ada yang diparasiti.

Tapi siapa yang akan percaya kerbau jatuh hati pada burung jalak? Apa tak lebih baik mengaku dan pasrah dicaci maki?

In an era after ellen and ricky martin, kerbau dan burung jalak tak perlu pura-pura. They are supposed to be more confident about their feeling. But I guess this is not America.

Ini tanah Indonesia, di mana semua telah teracuni CBSA, membuat kita menjadi budak-budak dunia ke tiga yang miskin inovasi. Akibat tak kenal perasaan sendiri.

Bagai kerbau dicucuk hidung. Sorong ke kiri. Sorong ke kanan.

Tak peduli yang kita ikuti bebek. Terbuang dari kawanan kerbau.

Sorong ke kiri. Sorong ke kanan.

Yang penting ikut arus mayoritas.

Syalalalalalalalalala.

Burung jalak, mari ke mari. Sudah cukup kita pura-pura bebek.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar