Sabtu, 26 Maret 2011

Malam-Malam Abis Kawinan

Dia pengen jadi sutradara. The female version of Stanley Kubrick. Tapi harus buru-buru pulang ke Jakarta, kasihan anak ditinggal ama neneknya.

Dia pengen punya banyak uang. Developer. Tambang. Duit. Arsitektur ITB ditinggalkan demi Tianshee, BMW, dan kapal pesiar.

Dia financial planner beranak satu. Teknik Sipil cuma masa lalu.

Dia mantan ketua ekskul yang menikahi adik kelasnya. Vietnam dan Arab. Anaknya ntar kaya apa?

Dia nggak mau sekolah arsitektur. Pengen secepat mungkin lulus dari arsitektur. Sekarang S2 arsitektur di Singapur.

Dia wartawan harian berbahasa Inggris setelah 6 tahun sekolah arsitektur. Tapi calon suaminya arsitek kok, jadi ada gunanya sekolah.

Dia pengen kawin. Sambil menanti, ngerjain proyek PU di sarang calon suami, Medan. Di Dubai susah nyarinya.

Dia pengen kawin jugakah? Dia diam saja. Masih bertahan menerapkan ilmunya dengan mendesain sebuah kota dengan pemimpin-pemimpin buta estetika, Bandung.

Dia doktor dari Jepang. 28 tahun. Pulang-pulang, gak jadi kawin. Akhirnya beli Mazda x2.

Dia doktor dari Perancis. 27 tahun. Sejak lulus sarjana, langsung ke Paris. Pulang-pulang, pacar malah sekolah ke Inggris.

Dia... aduh dia apa ya? Kehalangan tiang.

Pekerjaan, pacar, dan anak. Topik besar di setiap malam-malam abis kawinan teman.

"Tapi kalau ada lo, topiknya pasti homo melulu," kata si Vietnam.

Pekerjaan, pacar, anak dan homo. Topik besar di setiap malam-malam abis kawinan teman.

Kawinan teman yang ternyata tidak homo.

Walaupun kamarnya berseprai merah sulur-sulur dan berbantal emas.

Hasil desain sendiri sampai jam 3 pagi tadi malam.

Ternyata dia kawin.

Yakin lo?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar