Minggu, 20 Maret 2011

Mati

"Selamat menempuh hidup baru," kata papan-papan bunga di hari kematian gua.

Hidup baru apa yang akan gua jalani?

Mungkin dilahirkan kembali? Kalau nyebelin jadi kebo, kalau baek jadi putri?

Atau gue akan ditemani bidadari-bidadari yang tak menuntut dinafkahi?

Atau gue akan ngupi-ngupi di sebelah kanan Allah Bapa?

Atau jadi hantu imut transparan dengan kepala segede tweety?

Atau jadi kuntilanak penasaran karena belum nyatain juga?

Atau punya hobi baru ngisap darah perawan?

Atau ngesot di bioskop-bioskop terdekat?

Atau mati ya mati. Toh gue cuma partikel debu yang tak berarti di rentang jutaan tahun evolusi.

Atau cuma jadi another proses fisika? Dari padat jadi cair. Dari cair jadi gas. Dari gas ke padat lagi. Berulang lagi tanpa akhir.

Jangan bersandar kepada pengertianmu sendiri. Kalau Tuhan bilang ada surga, ya ada surga.

Just don't take the chance. Jangan sampai lo masuk neraka.

Itukah kenapa kita butuh Tuhan? Karena neraka begitu menakutkan?

Katanya kita dipanggang di api? Katanya kita sendiri tanpa teman?

Nggak ada yang tahu pasti.

Padahal satu-satunya yang pasti di kehidupan ini hanya mati. Tapi ketika mati pun kita gak tahu pasti apa yang akan terjadi, mati jadi semakin menakutkan.

Tak kenal maka tak sayang.

Neraka baru mulai ada beberapa ratus tahun sebelum masehi. Sebelumnya hanya ada surga. Neraka pertama ditemukan di kuburan Roma tua, sebelum Roma diduduki Romawi. Mereka berusaha membuat alternatif kematian biar pemuda-pemuda mereka takut berkhianat ke pihak sebarang.

Takut. A very powerful tool.

Jadi neraka ini ciptaan kita atau ciptaan Tuhan?

Tuhan. A very powerful tool.

Tuhan ciptaan kita atau kita ciptaan Tuhan?


PS: Tuhan, I wanna know the ending.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar