Senin, 21 Maret 2011

Menang

Jika Allah Di pihak kita siapa dapat melawan
Kita lebih dari pemenang


Jemaat melompat-lompat, mengikuti beat lagu dan pemimpin biduan yang penuh semangat.

"Salam kiri kanan anda. Katakan mereka adalah pemenang."

Salam kanan: tanteku.

"Kita lebih dari pemenang," kataku sambil nyalam dengan senyum selebar-lebarnya. Tante balas menyalam.

Salam kiri.

"Kita lebih dari... ,"

Gak jadi.

Seorang bapak tua yang tak mampu lagi berdiri.

Dia menyadari. Gua menyadari. Beat lagu tidak mampu membuat kami melarikan diri dari realiti.

Dia bukan pemanang. Gak akan bisa lebih dari pemenang.

Halauya kibarkanlah panjinya
Kita lebih dari pemenang


Gue tidak lagi menyanyi bertepuk tangan. Tidak enak dengan si bapak.

Kita lebih dari pemenang

Shut up!

Kenapa kalian masih melompat? Kita bukan pemenang. Kita cuma sekelompok orang ignorant yang gak lihat kanan kiri.

"Beri tos ke kanan kiri dan kiri!" kata si pemimpin biduan.

Pengen gue tendang dan bawa ke sini. Lo gak lihat nih bapak gak bisa tos?

Goblok!

He's miserable.

Si pendeta turun panggung dan mengajak si bapak berdoa dan bersuka cita.

Si bapak tertawa.

Dia lebih dari pemenang.

Bukan realiti yang membuat dia bersedih. Tapi orang-orang seperti gua yang mengasihani dan mengangap dia nggak mungkin menang.

I'm sorry that I feel sorry.

Jika Allah di pihak kita siapa yang butuh kaki
Kita lebih dari pemenang


Karena hidup bukan soal menang.

1 komentar:

  1. haha..pengen ngelike neh.
    pemandangan sama di gereja gw.hihi

    BalasHapus