Jumat, 11 Maret 2011

Arwah Goyang Jupe Depe: Best Indonesian Movie 2011

I know it’s a bit too early to judge. It’s only March. Dengan membanjirnya film-film dakwah yang membuat Tuhan terdengar membosankan, Jupe Depe is definitely editor’s choice of the week. Kejujuran film ini susah ditandingi oleh sineas-sineas lain di Indonesia.

Mungkin kalau Darren Aronofsky, bisa. Dengan plot balerina muda menggusur kedudukan balerina tua, Black Swan adalah versi Hollywood dari Arwah Goyang Karawang.

Eh, Arwah Goyang Jupe Depe.

Seperti Black Swan yang diprotes dunia balet karena dianggap membuat balerina terlihat sebagai mahkluk psycho self destructive yang butuh narkotika and lesbian fling agar bisa mendalami peran, Arwah pun diprotes masyarakat Goyang Karawang karena dianggap telah menyalahgunakan kesenian.

Andaikan masyarakat Goyang Karawang mau menonton filmnya dahulu sebelum menghakimi, ada scene di mana Jupe dengan tulus membusungkan dada menyatakan, “Saya merasa telah menyalahgunakan kesenian.”

Si bos diskotik berorasi panjang lebar agar Jupe tetap mau striptease sambil goyang karawang. Ini adalah perpaduan dua budaya: timur dan barat. Lebih revolusioner dari sushi fusion.

Setelah diam sesaat, Jupe kembali membusungkan dada sambil berkata, “Saya masih merasa saya telah menyalahgunakan kesenian.”

Unpredictable: satu syarat yang membuat skenario menarik. Dan ini telah dilakukan Jupe. Bahkan scriptwriter sekelas Alan Sorkin pun pasti gak kepikiran line ini.

Kualitas akting Jupe memang masih kalah dibandingkan Natalie Portman. Tapi kan doi udah akting sejak umur 11 tahun dan harus sekolah dulu di Harvard. Jadi Jupe masih okelah. Berkat bulu mata yang sama tebal atas bawah, kelemahan akting ini bisa terselamatkan.

Karenanya para penggemar Natalie Portman tidak perlu kecewa dengan keputusan MPAA untuk tidak menayangkan Black Swan dan kawan-kawan, kita punya Arwah Goyang Karawang.

Eh, Arwah Goyang Jupe Depe.

Tanpa film Hollywood, masyarakat tak punya pembanding. Sehabis ini film Indonesia pasti akan menjadi tuan rumah di negerinya sendiri, seperti diramalkan Menteri Pariwisata dan Kebudayaan kita.

Filmmaker Indonesia yang tidak setuju, silakan bikin film di negara lain. Indonesia tidak butuh kalian. Kita tidak ingin digoyang dengan pertanyaan-pertanyaan kalian.

Kita cuma pengen digoyang Jupe.

Tarik bang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar