Jumat, 11 Maret 2011

Kerja Di Indonesia

Kenapa orang pengen masuk ITB?

Karena hanya fresh graduate ITB yang bisa dapat gaji awal 50-100 juta.

Tentunya minyak-minyak dan tambang-tambang itu. Bukan arsitek. Kalau arsitek sih, lo sekolah di mana aja sama aja.

Lulusan arsitek paling dapet SGD 2500 di Singapur, lebih rendah dari lulusan Singapur. Tapi aku dan teman-temanku rela-rela saja. Daripada dirodi di Jakarta, cuma dapet 3 juta. Angkatan di bawah gue, hampir semua begitu lulus langsung ke Singapur.

Inilah sekolah yang konon per anak disubsidi 15 juta per semester oleh negara.

Disubsidi untuk kemudian memperkaya negara lain.

Yang stay , memperkaya diri sendiri.

Yang gak memperkaya diri sendiri, jadi apa?

Gue selalu kagum ketika ada teman yang rela pulang S3 dari negara-negara penjajah untuk kerja di Indonesia.

Kagum bercampur harap-harap cemas, karena negeri ini tidak tahu cara menghargai mereka.

Contohnya seorang teman yang S2 di Amerika. Setelah lulus dan bekerja setahun, dia ditawari kontrak 5 tahun.

Kalau gue yang ditawari kontrak 5 tahun di Amerika, mungkin Mak Gondut udah langsung syukuran potong babi sambil bikin persekutuan doa semoga gue dapet jodoh Batak berwarga negara Amerika. Negara ini gak menghargai suaminya. Anaknya gak usah pulang lagi juga gak papa.

Tapi ayahnya menyuruh dia pulang. Kerja di Indonesia. Simply karena uangnya akan berputar di Indonesia. Walaupun kecil, berguna untuk sekitar.

Dan jangan kerja ama orang. Harus kerja sendiri, walaupun kecil.

Karenanya dia pulang dan membuat sebuah toko buku kecil, tempat gue menonton film-film yang seharusnya disediakan perpustakaan Indonesia.

Gue kagum dan berharap-harap cemas.

Tapi tampaknya dia bahagia-bahagia saja dengan toko buku kecilnya. Pegawainya cuma dua. Apa ini cukup untuk disebut membantu perekonomian lokal?

Setidaknya dia membantu gue. Kalau gak ada toko bukunya, filmmaker bodoh ini gak akan pernah nonton 8 1/2 dan Jacques Tati.

Karenanya siapapun yang berpikir untuk bekerja di Indonesia, I thank you. Your work might mean a lot to the future of some underdeveloped filmmaker.

Oh iya. Dia Cina btw.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar