Kamis, 17 Maret 2011

Nyetirin Papi

"Awas kiri."

Hampir gue nabrak. Bukan karena gak lihat. Karena kaget papi teriak.

"Kanan. Kanan."

Gue manrik nafas dalam-dalam inget doa tadi pagi. Jauhkanlah kami dari pencobaan.

Dua jam nyetir Bandung- Jakarta, dunia aman tentram damai. Hanya ditemani Maroon 5 dan sedikit-sedikit jason mraz.

Begitu papi melek, bangunlah pencobaan.

"Kanan! Kanan!" kata papi menunjuk jalur pembayaran tol yang sedikit lebih pendek di ujung kanan sana.

Gue ikut ke kanan.

"Jangan di atas 100."

Giliran macet, papi nyuruh nyelap-nyelip biar cepet. Pas lengang, 100?

Telepon papi berdering.

Fiuhhh. Setidaknya 5 menit papi gak rewel, sibuk ngobrol di telepon.

Gue masuk jalan tol dalam kota dengan damai sentosa.

"Kenapa tadi gak lewat Cawang?" kata papi melihat jalan tol macet.

"Jakarta malam minggu ya macet di mana-mana , Pi." jawab gue sambil pelan-pelan mengikuti deretan mazda, toyota, dan mobil jepang lainnya.

"Kiri!!! Kita ke arah priuk aja, keluar jatinegara."

"Sama aja pi."

"Kiri!"

Gue belok kiri.

Macet juga.

"Kalau belok ke Cawang, udah nyampai kita dari tadi."

Kalau bukan bapak gue, udah gue suruh setir sendiri.

"Kiri. kiri"

Gue ke kiri.

"Kanan aja!"

Gue berhenti.

"Papi mau nyetir sendiri?"

Papi nyetir sendiri.

Belok ke Jatinegara.

Setengah jam kemudian, masih di Jatinegara.

Sejam kemudian, akhirnya sampai Tebet.

"Kok lama?" tanya om gue menyambut rombongan BAndung yang cemberut.

"Salah ambil jalan tadi. Coba belok ke Cawang."

Terserah deh. Biarin aja papi nyetir sendiri.

Pulang ke Bandung, papi nyetir. 60 km/ jam.

20 km kemudian, papi minta gantian.

Matanya gak kuat. Vertigo.

Tidur 3 hari.

Hari minggu nanti, papi mau ke Jakarta lagi.

Papi duduk di belakang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar