Jumat, 23 Oktober 2015

Yang Bandung

Hanya ada dua mobil di pelataran parkirnya yang luas. Di dalamnya pun tidak ada pengunjung. Pameran lukisan tidak mampu mendatangkan crowd sophisticated yang diharapkannya rela mengarungi jalan tak mulus tak berangkot menuju sebuah cafe di salah satu bukit Bandung.

Pasti yang punya orang Jakarta kebanyakan duit. Target marketnya pun orang Jakarta kebanyakan duit.

Terlalu banyak kafe di Bandung. Hanya sebagian ramai dipenuhi orang Jakarta kebanyakan duit.

Pulang ke bawah, gue melewati Rumah Mode Minggu malam yang masih bergelimangan sisa-sisa turis Jakarta.  Tak hanya menjual baju tolakan ekspor, Rumah Mode juga dilengkapi batagor, siomay,  dan refleksi untuk menyenangkan turis Jakarta.

Dan segelintir Malaysia.

Apakah semua yang ada di Bandung dibuat untuk menyenangkan orang Jakarta?  Apa sih yang beneran Bandung yang dinikmati orang Bandung?

Rumah Buku? Sekarang isinya juga hipster Jakarta.

Gardujati?  Bentukannya gak terlalu Bandung, sama saja dengan makanan-makanan enak di daerah prostitusi kota manapun di Indonesia.

Yang pasti, yang dibuat untuk orang Bandung pasti harganya gak Jakarta.

Pasti gak akan rese kalau kita dateng rame-rame, gak pergi-pergi, dan hanya pesan satu kopi walau tak lagi ABG.   

Skalanya kecil dan intim. Kalau sukses, bukan nambahin gede, tapi nambahin jumlah. Disebar kecil-kecil ke seluruh Bandung.  Persis kelakuan Kerajaan Pajajaran.  Beda sama Majapahit yang sukanya bikin yang megah-megah.

Paling penting look-nya keren. Esensi belakangan. Gak peduli orang Jogja bilang kita dangkal. Gak peduli juga orang London protes music video kita tentang pengen ke London kok taksinya kuning hitam kotak-kotak.

Kalau kata Ridwan Kamil, movement apapun di Bandung yang penting ada logonya. Bagiin kaosnya. Biar bisa bagus difoto. Pasti kompak.

Mungkin karena di sini dingin. Jadi kita santai bebegoan.  Gak takut ada yang menghakimi kita kurang pintar.

Tapi itu dulu. Bandung sekarang semakin mirip Jakarta.  

Selamat datang, Summarecon Teknopolis.

Eh... Bandung Teknopolis. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar