Hanya ada dua mobil di pelataran parkirnya
yang luas. Di dalamnya pun tidak ada pengunjung. Pameran lukisan tidak mampu mendatangkan
crowd sophisticated yang diharapkannya rela mengarungi jalan tak mulus tak
berangkot menuju sebuah cafe di salah satu bukit Bandung.
Pasti yang punya orang Jakarta kebanyakan
duit. Target marketnya pun orang Jakarta kebanyakan duit.
Terlalu banyak kafe di Bandung. Hanya sebagian
ramai dipenuhi orang Jakarta kebanyakan duit.
Pulang ke bawah, gue melewati Rumah Mode Minggu
malam yang masih bergelimangan sisa-sisa turis Jakarta. Tak hanya menjual baju tolakan ekspor, Rumah
Mode juga dilengkapi batagor, siomay, dan
refleksi untuk menyenangkan turis Jakarta.
Dan segelintir Malaysia.
Apakah semua yang ada di Bandung dibuat untuk menyenangkan
orang Jakarta? Apa sih yang beneran
Bandung yang dinikmati orang Bandung?
Rumah Buku? Sekarang isinya juga hipster Jakarta.
Gardujati? Bentukannya gak terlalu Bandung, sama saja dengan makanan-makanan enak di daerah prostitusi kota manapun di Indonesia.
Yang pasti, yang dibuat untuk orang Bandung
pasti harganya gak Jakarta.
Pasti gak akan rese kalau kita dateng rame-rame,
gak pergi-pergi, dan hanya pesan satu kopi walau tak lagi ABG.
Skalanya kecil dan intim. Kalau sukses, bukan
nambahin gede, tapi nambahin jumlah. Disebar kecil-kecil ke seluruh Bandung. Persis kelakuan Kerajaan Pajajaran. Beda sama Majapahit yang sukanya bikin yang megah-megah.
Paling penting look-nya keren. Esensi
belakangan. Gak peduli orang Jogja bilang kita dangkal. Gak peduli juga orang
London protes music video kita tentang pengen ke London kok taksinya kuning
hitam kotak-kotak.
Kalau kata Ridwan Kamil, movement apapun di Bandung yang penting ada logonya. Bagiin kaosnya. Biar bisa bagus difoto. Pasti kompak.
Mungkin karena di sini dingin. Jadi kita
santai bebegoan. Gak takut ada yang
menghakimi kita kurang pintar.
Tapi itu dulu. Bandung sekarang semakin mirip
Jakarta.
Selamat datang, Summarecon Teknopolis.
Eh... Bandung Teknopolis.
Selamat datang, Summarecon Teknopolis.
Eh... Bandung Teknopolis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar