"Ini si Asterit? Kok dulu cantik kaw?"
kata seorang inang yang gue gak inget siapa, tapi dari rambut keriting jijik
dan gigi tonggos-nya, gue bisa menduga dia anggota klan Opung... sebut saja
Opung Bolon, adik Opung Mak yang paling menyebalkan.
Waktu itu 2012. Gue langsung menahan tangis lalu lari meraung-raung
meratapi wajahku yang tidak memenuhi standar si Klan Gigi Tonggos.
Mungkin dia ada benarnya. Semua orang yang kenal gue waktu kecil
mungkin berpikiran sama, hanya gak ada yang berani bilang. Mungkin sudah
waktunya gue tobat dan diet ketat.
Untungnya keluarga besar gigi tonggos tinggal
di Medan, jadi gue tidak perlu sering-sering menghadapi komentar jujur mereka
di mens-mens hari pertama.
Tapi kematian Opung Mak membawa sekluruh Klan
Gigi Tonggos ke Jakarta.
"Hahhhh kaw si Asterit? Padahal dulu
cantik kali kaw ya," kata Gigi Tonggos #2 yang lebih muda.
Kali ini gue gak mens hari pertama, gak pake
air mata, siap menerkam Gigi Tonggos #2.
"Emang sekarang gak cantik?"
"Ya dulu kan tinggi, kecil, trus putih.
Gak kayak gini," katanya cuek tanpa rasa bersopan santun. Dia kembali ke
Tante Onda, melanjutkan ceritanya yang
tadi terinterupsi kedatangan muka tak cantik gue. Ternyata dia mau diceraikan suaminya.
"Mulutmu pun macam taik, mana tahanlah
suamimu," dumel gue membalas mulut taiknya.
Tentunya dalam hati.
"Ini si Asterit? Kok besar kali
kau?" kata salah seorang abang berulos yang juga tak
kurus.
Gue cuma tersenyum masam sambil kembali konsentrasi
merekam Batak-Batak berulos yang menari mengelilingi jenazah Opung Mak.
"Nggak ingat kau sama aku?" katanya
lagi.
Dari giginya sih gue tau dia pasti anggota
Klan Menyebalkan.
"Aku Bang ****, yang dulu di sebelah rumah kau di
Medan."
OMG. Orang ini yang dulu nyaksang anjing
gue!!!
"Nggak," jawab gue singkat dan
kembali merekam wajah Opung. Tiba-tiba di viewfinder muncul another Gigi Tonggos dengan semangat
melambai ke arah kamera gue.
OMG dia mendekat!!!
Belum sempat gue lari, Gigi Tonggos #4
bertanya, "Udah ada pacarmu?"
"Nggak ada." jawab gue singkat
kembali merekam Opung.
"Kau jadi parmaen-ku ajalah,"
katanya disambung dengan khotbah kalau hidup ini singkat dan sebaiknya sisa
hidup gue yang singkat ini dihabiskan menjadi menantu dia.
"Ya gak papalah. Anaknya baek kok,"
kata Mak Gondut yang ternyata lebih rela
berbesan si Gigi Tonggos #4 daripada gue
jadi lesbi.
"Beneran ya Mami mau punya besan kaya
dia?" ancam gue sembari mengingatkan kalau calon besannya adalah tersangka
pencuri BH - BH Mak Gondut waktu dulu
kita pindahan dari Medan.
"Ah paling bentar lagi dia mati. Yang
penting anaknya baik," tangkis Mak.
Gue kembali
makan puyunghai tanpa daging, tanpa niat mendebat.
On a day like today, mungkin bukan waktunya
untuk diet.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar