Sabtu, 03 Oktober 2015

Kok Dulu Cantik?


"Ini si Asterit? Kok dulu cantik kaw?" kata seorang inang yang gue gak inget siapa, tapi dari rambut keriting jijik dan gigi tonggos-nya, gue bisa menduga dia anggota klan Opung... sebut saja Opung Bolon, adik Opung Mak yang paling menyebalkan.

Waktu itu 2012.  Gue langsung menahan tangis lalu lari meraung-raung meratapi wajahku yang tidak memenuhi standar si Klan Gigi Tonggos. 

Mungkin dia ada benarnya.  Semua orang yang kenal gue waktu kecil mungkin berpikiran sama, hanya gak ada yang berani bilang. Mungkin sudah waktunya gue tobat dan diet ketat.

Untungnya keluarga besar gigi tonggos tinggal di Medan, jadi gue tidak perlu sering-sering menghadapi komentar jujur mereka di mens-mens hari pertama.

Tapi kematian Opung Mak membawa sekluruh Klan Gigi Tonggos ke Jakarta.

"Hahhhh kaw si Asterit? Padahal dulu cantik kali kaw ya," kata Gigi Tonggos #2 yang lebih muda.

Kali ini gue gak mens hari pertama, gak pake air mata, siap menerkam Gigi Tonggos #2.

"Emang sekarang gak cantik?"

"Ya dulu kan tinggi, kecil, trus putih. Gak kayak gini," katanya cuek tanpa rasa bersopan santun. Dia kembali ke Tante Onda,  melanjutkan ceritanya yang tadi terinterupsi kedatangan muka tak cantik gue.  Ternyata dia mau diceraikan suaminya.

"Mulutmu pun macam taik, mana tahanlah suamimu," dumel gue membalas mulut taiknya.

Tentunya dalam hati.

"Ini si Asterit? Kok besar kali kau?"   kata salah seorang abang berulos yang juga tak kurus.

Gue cuma tersenyum masam sambil kembali konsentrasi merekam Batak-Batak berulos yang menari mengelilingi jenazah Opung Mak.

"Nggak ingat kau sama aku?" katanya lagi.

Dari giginya sih gue tau dia pasti anggota Klan Menyebalkan.

"Aku Bang ****,  yang dulu di sebelah rumah kau di Medan."

OMG. Orang ini yang dulu nyaksang anjing gue!!!

"Nggak," jawab gue singkat dan kembali merekam wajah Opung. Tiba-tiba di viewfinder  muncul another Gigi Tonggos dengan semangat melambai ke arah kamera gue.

OMG dia mendekat!!!

Belum sempat gue lari, Gigi Tonggos #4 bertanya, "Udah ada pacarmu?"

"Nggak ada." jawab gue singkat kembali merekam Opung.

"Kau jadi parmaen-ku ajalah," katanya disambung dengan khotbah kalau hidup ini singkat dan sebaiknya sisa hidup gue yang singkat ini dihabiskan menjadi menantu dia.

"Ya gak papalah. Anaknya baek kok," kata  Mak Gondut yang ternyata lebih rela berbesan si Gigi Tonggos #4 daripada  gue jadi lesbi.

"Beneran ya Mami mau punya besan kaya dia?" ancam gue sembari mengingatkan kalau calon besannya adalah tersangka pencuri  BH - BH Mak Gondut waktu dulu kita pindahan dari Medan. 

"Ah paling bentar lagi dia mati. Yang penting anaknya baik," tangkis Mak.

Gue  kembali makan puyunghai tanpa daging, tanpa niat mendebat.


On a day like today, mungkin bukan waktunya untuk diet.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar