Tiga buah voor rider mengawal ambulance Opung
Mak, bus hijau bertuliskan Mabesad, dan mobil nguing-nguing lain menuju Tanah Kusir
melintasi kemacetan Jakarta jam 5 sore.
Sejam sampai.
Berasa lebih singkat karena Mak Gondut stand up.
"Togar, masuklah kau ke dalam! Ada gurumu
lewat, nanti ketahuan kau gak sekolah."
Mak Gondut menirukan gaya Togar panik dari
bangku bus paling depan. Semua mata di bus menunggu reaksi Togar.
"Opung yang masuk! Tadi kubilang ke
guruku aku gak masuk karena Opung meninggal."
Gue takjub menyaksikan satu bus tertawa mendengar
Mak Gondut. Berhubung gue udah dengar setidaknya tujuh puluh kali, jadi gue
udah gak ketawa.
Abis ini pasti
cerita Mak Gondut hampir mati sesak napas pas kereta lewat di Senen, dan
berpesan ke Papi beliin gue apartemen.
"Trus kan aku gak jadi mati... tetap
ditagihnya apartemen itu!" seru Mak Gondut.
Semua tertawa.
Gue ikut senyum-senyum sikit. Cerita ini juga
hobi gue ceritain ke teman-teman gue.
Tapi joke-joke kematian kalau diceritain
nenek-nenek memang lebih ngena.
"Si Mak itu emang cocoknya jadi
entertainer ya," kata Chica.
"Gue rasa kalau dia lebih dengerin orang,
pasti bakal lebih bagus," jawab gue.
Same goes to me.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar