Akhirnya salah satu temen gue yang bilang
pengen jadi penyanyi ada juga yang jadi penyanyi. Pagi itu dia tampil di TV
dengan jas agak kimono yang duh masak dicampur sama celana sebetis.
Tapi ternyata kata anak masa kini trendi.
"Dia aja bisa, kok lo gak bikin album
juga?" tanya gua kepada teman lain yang suaranya jauh lebih bagus.
"Ya kan dia packaging-nya bagus,"
jawab si teman bertekad diet.
Kata Yasmin Ahmad di Talentime, nyanyi emang
not all about the pitch. Tapi kayanya maksud doi nyanyi harus pake hati deh,
bukan harus cakep.
Banyak kali muka manis datang dan pergi tanpa
meninggalkan kesan berarti. Yang bisa survive puluhan tahun masih didendangkan
justru yang mukanya macam Bob Marley, Bob Dylan, Tina Turner...
Eh Tina Turner dulu cakep ya?
Tapi kan sekarang nggak dan masih didengarkan.
Jadi gak harus cakep dong.
Lagian ternyata semua lagu top hits itu
sebenarnya chords-nya sama. Cuma 4 chords yang diulang itu-itu aja.
Bagian otak kita yang bernama basal ganglia
memang lebih suka sesuatu yang familiar. Apalagi ketika harus mendengarkan
bunyi-bunyian kompleks seperti sebuah lagu.
Chords-nya sama aja deh, isinya aja yang dibedain.
Sama seperti struktur tiga babak di film.
Semua film laku pasti strukturnya begitu, sesuai permintaan bangsal ganglia
kita.
Jadi gampang banget dong jadi penyanyi? Tinggal ngisi lirik dan nada ke empat chords
itu?
You still have to have something to say. And
that something to say-lah yang membuat Bob-Bob itu masih didengar sampai
sekarang.
"Lo nyanyi buat apa sih?"
"Gue pengen nyanyi buat orang sakit.
Kayanya mereka senang dengar suara gue."
Berarti gak harus diet dong?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar