Rabu, 28 Oktober 2015

Something To Say

Akhirnya salah satu temen gue yang bilang pengen jadi penyanyi ada juga yang jadi penyanyi. Pagi itu dia tampil di TV dengan jas agak kimono yang duh masak dicampur sama celana sebetis.

Tapi ternyata kata anak masa kini trendi.

"Dia aja bisa, kok lo gak bikin album juga?" tanya gua kepada teman lain yang suaranya jauh lebih bagus.

"Ya kan dia packaging-nya bagus," jawab si teman bertekad diet.

Kata Yasmin Ahmad di Talentime, nyanyi emang not all about the pitch. Tapi kayanya maksud doi nyanyi harus pake hati deh, bukan harus cakep.

Banyak kali muka manis datang dan pergi tanpa meninggalkan kesan berarti. Yang bisa survive puluhan tahun masih didendangkan justru yang mukanya macam Bob Marley, Bob Dylan, Tina Turner...

Eh Tina Turner dulu cakep ya?

Tapi kan sekarang nggak dan masih didengarkan. Jadi gak harus cakep dong.

Lagian ternyata semua lagu top hits itu sebenarnya chords-nya sama. Cuma 4 chords yang diulang itu-itu aja.   

Bagian otak kita yang bernama basal ganglia memang lebih suka sesuatu yang familiar.  Apalagi ketika harus mendengarkan bunyi-bunyian kompleks seperti sebuah lagu.  Chords-nya sama aja deh, isinya aja yang dibedain.

Sama seperti struktur tiga babak di film. Semua film laku pasti strukturnya begitu, sesuai permintaan bangsal ganglia kita.

Jadi gampang banget dong jadi penyanyi?  Tinggal ngisi lirik dan nada ke empat chords itu?

You still have to have something to say. And that something to say-lah yang membuat Bob-Bob itu masih didengar sampai sekarang.

"Lo nyanyi buat apa sih?"

"Gue pengen nyanyi buat orang sakit. Kayanya mereka senang dengar suara gue."


Berarti gak harus diet dong?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar