Dari Belanda, Papi mengabari Mak Gondut
dicopet, minta tolong kartu kreditnya diblokir.
Sibuklah gue meneleponi BCA dan Bank Plat Merah malam
itu juga.
Walau gue bukan pemilik kartu kreditnya, BCA dengan sigap langsung memblokir
sementara. Tentunya Mak Gondut secepatnya tetap harus menelepon dan
mengkonfirmasi sendiri biar blokirannya
selamanya.
Bank Plat Merah beda lagi. Dengan segala macam alasan
melindungi konsumen, kartu kredit Mak Gondut tidak bisa diblokir walaupun
sementara.
Tentunya kartu kredit Mak langsung dipakai dengan senang hati oleh si Pencopet. Dan tentunya si Plat Merah tidak bisa membatalkan transaksi karena pada saat terjadi, kartu kredit
tersebut belum diblokir. Mak Gondut tetap harus membayar semua tagihannya.
Begitu pulang, Mak Gondut langsung gue suruh
tarik semua uangnya dan pindahin ke BCA. Tentunya si Plat Merah tetap tidak akan peduli, toh akan selalu ada dana-dana pemerintah yang akan melindungi dia seburuk apapun performance-nya.
Namanya juga bank-bank sakit dijadikan satu di bawah restrukturisasi perbankan ala pemerintah Indonesia yang saat itu baru kena krisis moneter. Ibarat anak bengal yang seumur hidup ditolong orang tua, gak akan pernah dia mandiri.
Bulan berikutnya datang lagi tagihan dari kartu kredit mereka. Ternyata yang kemaren Mak kira penutupan kartu kredit baru pembayaran minimum payment.
Salah
sendiri nabung di sini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar