"Saya sudah kerja di sini dua puluh
tahun. Orangnya baik-baik," kata Mak Gondut menirukan kata-kata Pak Apo ke temannya
Mami.
Gue nggak percaya.
Pak Apo sudah kerja di Jalan
Bali sejak bikin lemari-lemari kayu di kamar masa kuliah gue yang full kayu. Baru kali ini Pak Apo dibayar Rp
125.000 per hari. Sebelumnya, bertahun-tahun dia hanya dibayar 60 sampai 80 ribuan plus
makan.
Dan mengingat pembantu Mak yang gak pernah bertahan lama, sepertinya Pak Apo bisa tahan 20 tahun hanya karena gak terus-terusan di sini.
"Anak ITB itu memang suka aneh-aneh, Bu." kata Mami lagi menirukan Pak Apo ketika ditanya kenapa bentuk lemarinya begitu.
Gue nggak percaya lagi. Dua puluh tahun Pak Apo kerja, gak pernah dia membantah desain apapun yang gue suruh.
Pak Apo bukan tukang yang luar biasa. Ada saja yang salah. Kuning menjadi putih,
putih menjadi kuning. Yang penting kerjanya rapi.
Dan murah.
Sampai suatu hari tiba-tiba Indri menyampaikan tagihan Pak Apo dengan perhitungan 450.000 per meter dikali 21 meter!!!
21 meter?!?!
Jadinya jauh lebih mahal dari Ikea.
Dan murah.
Sampai suatu hari tiba-tiba Indri menyampaikan tagihan Pak Apo dengan perhitungan 450.000 per meter dikali 21 meter!!!
21 meter?!?!
Jadinya jauh lebih mahal dari Ikea.
Gue langsung ngamuk-ngamuk dan menyuruh Indri memberhentikan semua pekerjaan. Udah salah-salah, sekarang kerjanya lambat pulak. Masa jadinya lebih mahal? Tahu gitu kan gue beli aja dari Ikea.
Gue teringat Pak Apo bekerja, lambat...
Pak Apo sudah tua.
Sudah dua puluh tahun sejak dia pertama kerja di sini.
"Ya udah, Ndri. Bayar ajalah."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar