Jumat, 23 Oktober 2015

Buku Catatan Mahal

Biasanya kalau dapat notebook gratisan, gak pernah gue pake. Tapi notebook  hitam dari Singapore International Film Fest ini beda. Bentuknya sederhana sekali, tapi kenapa terlihat bagus ya?

Setelah mulai gue pakai, kok nulis berasa lebih enak ya?  

Kok tulisan gampang dihapus ya?

Kok setelah dihapus berkali-kali, kertasnya tetap bagus?

"Kok notebook kau bagus?" tanya Deden sekilas melihat. Near death experiences membuat Deden lebih pemilih dan hanya menghargai barang-barang kualitas premium. 

"Notebook ini dipakai seniman-seniman jaman Van Gogh, Den.  Semuanya dipikirin detail.  Bahkan siku-sikunya dibikin membulat gini biar ujung kertas gak melengkung. Makanya harganya mahal."

Melda melengos.

"Ah banyak buku kaya gitu di Gramedia lima puluh ribuan."

Gue hanya diam saja. Gue juga dulu seperti Melda, melengosi mereka yang beli notebook ratusan ribu di toko buku hipster Kemang. Buat apa bayar ratusan ribu padahal di Rumah Buku banyak  notebook lokal lucu-lucu cuma lima puluh ribuan?

Tapi sekarang, setelah merasakan enaknya menulis di kertas yang gak rusak walau berkali-kali dihapus...


Tetep Rumah Buku sih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar