"Jangan Mak Gondut lagi ah. Nanti semua
film gue isinya Mak Gondut," jawab gue menolak usul Sally untuk peran
Nenek yang cuma muncul satu scene.
Teringat analisa Bang Joko ketika kita mencoba
menyimpulkan film beberaapa sutradara dengan hanya satu kalimat. Bang Joko selalu punya karakter gay tapi
selalu di pinggir. Yang lain gak pernah ada karakter ayah.
"Kalau si Atid pasti ada Mak
Gondut!" katanya sambil tertawa terkekeh-kekeh, membuat gue merasa seperti
anak mami.
Makanya gue langsung menjauhkan segala
kemungkinan Mak Gondut muncul lagi di film ini. Padahal gue yakin kalau dia
yang main pasti lucu.
"Mak Gondut ajaaaa!" seru salah satu
Produser saat gue mengusulkan Aming pasti hits jadi nenek-nenek.
Kenapa sih gue gak mau kerja sama Mak Gondut?
Once upon a time, gue sangat bangga karena bisa mewujudkn mimpi Mak Gondut jadi
artis.
Sebenarnya gak cuma Mak Gondut. Gue gak mau
bekerja dengan yang itu-itu lagi. Mungkin karena dulu orang akuisisi sebuah TV
pernah ngomong ke gue.
"Lain kali kalau bikin film, yang main
jangan Jihan ama Sunny terus ya."
Padahal Martin Scorsese juga selalu make
Leonardo Dicaprio, tapi gak ada yang menyarankan dia ganti aktor lain.
Tapi itu kan Martin Scorsese. Udah dicobanya
berbagai jenis aktor sebelum settle dengan Leonardo. Mungkin ada bagusnya gue
mencoba aktor-aktor lain yang gak terdaftar di zona aman gue.
Casting pun terus berlanjut. Mencari
nenek-Nenek bulus yang mukanya keliatan hobby bikin gara-gara, tapi memang gak
ada yang selucu Mak Gondut.
Akhirnya gue menyerah, toh hanya satu scene.
"Ini si Nenek sayang ya cuma muncul satu
scene. Kayanya bisa kita utilize lagi deh," kata client.
Dan scene si Nenek pun bertambah.
Bah!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar