Kekenyangan makan Mie Goreng Pedas + Roti Bakar Coklat + Kopi Tarik + Es Teh Manis, Sammaria berjalan-jalan di sekitar kompleks Kalibata City dengan harapan lingkar pinggang turun sesenti.
Di ujung Kalibata sana, di sisinya yang mendekati kuburan, ternyata tower-towernya mulai terlihat lebih megah. Toko-tokonya mulai tertata lebih rapi. Nama-namanya mulai tercium lebih luar negeri.
Sammaria mengendap-ngendap memasuki jantung tower-tower yang konon lebih mahal dari towernya sendiri yang walau dinamakan Tower Flamboyan tapi lobbinya bau ayam. Dan penghuninya jauh dari flamboyan.
Jantung tower-tower non proletar itu dibatasi pagar berkawat duri. Sayup-sayup terdengar tawa anak-anak tak kurang gizi dan bunyi kecipak air. Sammaria mengendap kepo mencari asal bunyinya.
Kebetulan serombongan ibu anak dan 2 baby sitter keluar pagar, jadi Sammaria bisa masuk tapa kartu akses.
Ternyata benar bunyi kecipak kolam renang.
Hanya lima menit jalan kaki dari tempat Sammaria berkubang mencuri coklat Sunny ada sebuah kolam yang kalau direnangi tiap hari mungkin lebih baik dari berlari-lari dan mencederai lutut kaki.
Sammaria mencari cara bagaimana caranya agar bisa berenang di sana tiap hari.
1. Membeli condo baru.
Bah. Uang dari mana?
2. “Ya berkawanlah. Semua di dunia ini kan bisa kalau ada teman,” kata Papi sesuai doktrin sekolah tentara zaman masih dwifungsi.
Bah. Muka gue kan seram. Mana punya kawan dekat kuburan.
3. “Gue punya teman yang punya apartemen di sana. Mungkin sesama wanita dia mengerti,” kata Sunny.
Untung teman gue banyak temannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar