"Gue suka kagum ama sutradara
kaya Bang Joko yang masih bisa punya idealisme dan brand sendiri," kata
seorang produser muda yang sekilas terlalu banyak bicara dan kurang banyak
wawasan. Tapi ternyata filmnya sudah banyak sekali. Dan jaketnya mahal.
Mungkin memang harus produser yang
banyak bicara dan berjaket mahal baru laku di Indonesia. Orisinalitas bukan
faktor penting di sini.
"Menurut gue, lo juga punya
brand," katanya.
Gue tidak menjawab. Gue tahu gue
berbeda dan film kami bukan film kebanyakan. Kalau crowd yang tepat pergi
menonton film ini, mereka pasti akan suka.
Tapi seberapa banyakkah crowd yang
tepat itu ada di Indonesia?
Apalagi film 'Selamat Pagi, Malam'
tayangnya bersamaan dengan serbuan Hollywood summer movies, Piala Dunia dini
hari, dan Pemilihan Presiden Republik Indonesia.
"Wah kalau itu pasti laku
tuh," kata Ucu nimbrung pembicaraan gue dan Lucky.
Ternyata maksudnya bukan 'Selamat
Pagi, Malam' tapi film lain yang masih di angan-angan pengembangan.
"Kalau yang Selamat Pagi Malam,
Cu?" tanya gue penuh harap.
"Wah itu gak tahu deh tuh. Tapi
filmnya bagus sih," katanya.
"Ga takut. Kalau
memang mereka pengen nonton they will watch it," kata Lucky.
Yang penting kita bikin mereka pengen
banget nonton dengan...
1. Advanced buzz yg hits
- Well, the
first crowd love it.
2. Kesan film ini bagus bgt dan ga
boleh dilewatkan
- it is.
3. Soundtrack theme song yg melejit -
Nunggu Ipong skripsi kelar baru dimixing.
4. Festival buzz
- I don't know about
this.
5. This film is about them, biar
mereka relate. - Crowd Anggia sih bakal
suka. Gak tau deh crowd Indri dan Ci Surya. Konon mereka lebih suka
cerita-cerita escapism, sejauh mungkin dari realita mereka.
Otak kiri gue masih menghitung angka.
Dengan jumlah kopi dan layar yang ada, mustahil mencapai BEP 2 minggu setelah
19 Juni 2014, sebelum layar Jakarta didominasi Angelina Jolie.
Menarik napas panjang.
Ini pertama kalinya gue release film
tanpa yakin akan balik modal.
Thank you. More reason to rely more
not on myself.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar