Sabtu, 29 Maret 2014

Coklat Untuk Boni

Boni sakit.

Kaki kiri belakangnya seperti bernanah. Konon karena terkena pipis akibat Boni gak ngangkang sempurna. Mungkin Boni keberatan menahan berat tubuh sendiri sehingga Boni cepat-cepat pengen berdiri. Pipis-pipis menumpuk di bulu Boni yang tebal lama-lama mengikis bulu dan mengeluarkan nanah dari daging yang kemerahan.

Dibawalah Boni ke rumah sakit. Ternyata penyakit Boni tak hanya di kaki.

Bola Boni hanya satu, makanya Boni tak bisa kawin. Mungkin dikebiri oleh pemilik sebelumnya.

Dan di perut Boni, mungkin ada tumor. Harus di-rontgen dulu.

Papi menunda rontgen. Duit berobat Boni hari ini saja sudah 500 ribuan. Belum rontgen dan kalau jadi operasi. Sudah lebih mahal dari biaya berobat Papi.

“Ya masa Mak Gondut gak ada uang kalau demi Boni?” tanya Sunny yang lebih kasihan lihat binatang daripada manusia. Binatang tak berdaya, kalau manusia punya pilihan mau sakit atau nggak.

“Gue sih berharapnya Boni lebih cepat meninggal,” kata Chica kasihan Boni menderita. Kasihan juga Papi yang harus mandiin Boni. 

Mandiin satu Boni sama kaya mandiin 10 Manohara. Bulu Boni tebal. Hair dryer-in Boni bisa dua jam sendiri. Kalau gak di hair dryer nanti banyak kuman-kuman lembab dan Boni sakit kulit lagi.

Teringat anjing seorang teman yang terkurung buta tak berdaya dengan penyakit di mana-mana. Tiap gue datang, gue diam-diam kasih coklat biar cepat mati. At least matinya bahagia.

Boni mau Silver Queen atau Beng-Beng?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar