Kamis, 13 Maret 2014

Angin

"Filmnya terasa bijaksana, gak berusaha membuktikan apapun," katanya di tengah malam, 6 jam setelah kami menonton The Wind Rises, film terakhir Miyazaki.

Gue mengangguk-angguk mengiyakan. Ini adalah Miyazaki ke dua gue setelah gue dihina-hina gak tau Miyazaki. Untung setidaknya gue pernah nonton Grave Of The Fireflies walau gak tahu itu Miyazaki, jadi tidak terlalu dinista mereka.

"Miyazaki is like my all time favorite filmmaker," katanya lagi. "Lo bisa ngerasain anginnya. Rumputnya aja dipikirin. Gak ada satu shot pun yang sembarangan di film ini."

Gue terdiam tidak berkomentar. Menonton The Wind Rises, sebenarnya yang paling gue ingat adalah subtitle-nya. Karena filmnya berbahasa Jepang, Blitz bikin subtitlenya ada dua.  Yang atas Indonesia, yang bawah inggris.

Dan gue baru tahu kalau "Gale" artinya "Angin badai" dalam bahasa Inggris.

Judul Bahasa Inggris Dongeng Bawah Angin adalah Dancing Gale. Simply karena karakter utamanya bernama Gale.  Gue gak pernah aware kalau judul ini lebih puitis dari yang gue pikirkan pertama kali menuliskannya. Bukan hanya sekedar Gale Menari, tapi Angin Menari.

Gue merinding membayangkan semua kebetulan ini. Terbayang judul film cin(T)a yang maknanya juga datang belakangan, seperti yang membuat bukan gue.

Mungkin ini petunjuk, sehabis ini gue harus lebih banyak mengamati angin menari.

Bagaimana caranya mengamati angin menari?

Gue membayangkan Miyazaki makan ikan makarel dan mengagumi kurva tulangnya. Membayangkan Miyazaki memandangi langit dan mengagumi bintang jatuh. Membayangkan Miyazaki mendengarkan angin dan mendesain suara filmnya.

Butuh kesederhanaan, kerendahhatian, ketenangan, dan pengamatan yang mendalam untuk melihat angin menari.


Fu...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar